Henri juga menyampaikan bahwa program ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan seiring tuntutan revolusi industri 4.0.
“Dosen pendidikan tinggi vokasi dituntut untuk memiliki kompetensi, wawasan, dan pengetahuan terkait perkembangan dan dinamika industri berskala internasional,” ujarnya.
Oleh karena itu, selama menjalani program magang di beberapa perguruan tinggi dan industri besar luar negeri, peserta diwajibkan untuk menggali sebanyak-banyaknya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman penyelenggaraan proses pembelajaran pendidikan vokasi di perguruan tinggi bereputasi global tersebut.
“Hingga akhirnya, sepulang dari menjalani program magang, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi internasional ini, diharapkan dosen tersebut akan menjadi change agent dan leader proyek perubahan dan inovasi bagi perguruan tinggi asal mereka,” tutur Henri.
Melalui perubahan dan inovasi tersebut, Henri berharap para dosen ini dapat membawa perguruan tingginya ke dalam ekosistem dan tata kelola perguruan tinggi vokasi yang baik dan sehat menuju reputasi perguruan tinggi global, serta siap untuk bersaing di kancah internasional.
Sebagai informasi, program ini juga dilaksanakan dalam rangka membantu Pemerintah Indonesia dalam menjawab tantangan dari hasil penelitian McKinsey Global Institute yang memprediksi bahwa Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-7 di dunia.
Baca Juga: Menteri Nadiem Apresiasi Kepala Sekolah Terapkan Sekolah Penggerak di Pontianak
Pemerintah Indonesia saat ini tengah berupaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) terampil sebanyak 113 juta pada tahun 2030.
“Ini merupakan tantangan yang cukup berat, mengingat peringkat daya saing global Indonesia saat ini masih berada pada urutan ke-50 dari 141 negara dan menduduki peringkat ke-4 di ASEAN (WEF, 2019),” kata Henri.
Oleh karena itu, lanjut Henri, peran berat perguruan tinggi sebagai pencetak SDM yang memiliki daya saing global tak terelakkan lagi.
“Kualitas dan kapasitas perguruan tinggi menjadi kunci dalam menyiapkan SDM unggul. Peringkat akreditasi dan reputasi global menjadi indikator untuk melihat kualitas dan kapasitas perguruan tinggi. Selain itu, keduanya juga ditentukan oleh peran strategis, kapasitas dosen, tata kelola, dan kepemimpinan perguruan tinggi,” pungkas Henri.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.