Sonora.ID – Angklung adalah alat musik tradisional asli Indonesia asal Jawa Barat yang terbuat dari bambu dan sudah terkenal hingga panggung internasional.
Setiap satu angklung bisa menghasilkan satu nada atau akord dan beberapa pemain harus berkolaborasi jika ingin memainkan melodi.
Cara memainkan angklung bisa dibilang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan alat musik tradisiobal lainnya.
Kendati berbeda, sebenarnya cara memainkan angklung cukup sederhana dan bisa dilakukan siapa saja.
Lantas bagaimana cara memainkan angklung? Mari simak penjelasan cara memainkan angklung, sejarah dan jenis-jenisnya berikut ini.
Baca Juga: Pengertian dan 9 Contoh Alat Musik Idiophone yang Ada di Indonesia!
Cara Memainkan Angklung
Cara memainkan angklung bisa dibilang cukup mudah. Pemain hanya perlu memegang angklung dengan satu tangan sementara tangan lainnya menggoyangkan angklung sampai terdengar suaranya.
Ada tiga teknik dasar dalam menggoyangkan angklung, yakni:
1. Getar (kurulung), teknik ini adalah teknik memainkan angklung yang paling umum dipakai.
Rangka dari angklung akan dipegang dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya bertugas untuk menggoyangkan angklung untuk menghasilkan suara.
2. Sentak (cetok), teknik untuk memainkan angkung ini adalah dengan menggunakan jari yang menarik tabung dasar angklung dengan cepat sehingga bunyi angklung akan terdengar satu kali saja.
3. Tengkep, teknik ini hampir mirip dengan teknik getar (kurulung) tetapi ada satu tabung bambu dari angklung yang ditahan sehingga tidak ikut bergetar.
Sejarah Angklung
Kata angklung berasal dari bahasa Sunda "angkleung-angkleung", yang artinya gerakan pemain dengan mengikuti irama.
Sementara kata "klung" adalah suara nada yang dihasilkan instrument musik tersebut.
Setiap nada dihasilkan dari bentuk tabung bambu yang berbeda ukuran. Sehingga jika digoyangkan akan menghasilkan melodi indah yang enak didengar.
Maka dari itu, untuk menciptakan sebuah melodi, angklung dimainkan secara kolektif.
Menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java, selain di Jawa Barat, angklung juga ditemui di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan.
Di luar itu, masyarakat Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mengenal alat musik tersebut.
Tercatat, sejarah penggunaan angklung di Jawa Barat sendiri dimulai pada masa Kerajaan Sunda, yakni pada sekitar abad ke-12 hingga ke-16.
Permainan angklung pada era itu dilakukan demi pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dari Dewi Sri, yakni Dewi Kesuburan atau Dewi Padi.
Selain untuk pemujaan, kisah yang tercatat dalam Kidung Sunda juga mengungkap bahwa alat musik ini dimainkan untuk memacu semangat prajurit saat peperangan.
Meski kegunaannya sangat berbeda dengan saat ini, angklung masih digunakan sebagai alat musik untuk beragam pertunjukan.
Baca Juga: 21 Contoh Alat Musik Ritmis dan Cara Memainkannya, Lengkap!
Misalnya, pertunjukkan angklung dilakukan oleh Daeng Soetigna, seorang tokoh angklung nasional, pada Perundingan Linggarjati 1946 setelah proklamasi.
Saat ini, Daeng sendiri dikenal dengan julukan Bapak Angklung Indonesia yang berhasil menciptakan alat musik itu dengan tangga nada diatonis yang bisa dimainkan dengan harmonis bersama alat musik lainnya.
Sang murid, Udjo Ngalagena, pun melanjutkan upaya Daeng melestarikan angklung.
Udjo sendiri dikenal sebagai pendiri tempat wisata seni budaya unggulan bernama Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung.
Udjo pun mempromosikan penggunaan angklung secara luas dalam pendidikan musik Indonesia.
Saung Angklung Udjo sendiri didirikannya pada 1966 sebagai pusat pembelajaran dan pertunjukkan angklung.
Saat ini, SAU dioperasikan oleh keluarga dan anak-anak Udjo yang masih terus aktif mempromosikan angklung dan beragam kesenian lainnya, khususnya dari Sunda.
Tak hanya mengajar kelas musik dan tari kepada siswanya, pusat SAU ini juga menampilkan pertunjukkan wisata “Bambu Sore” setiap harinya, yang merupakan rumah bagi pabrik kerajinan bambu yang membuat souvenir bambu dan instrumen angklung berkualitas tinggi.
Hingga akhir hayatnya, Udjo juga sangat aktif berupaya menjangkau desa-desa dan sekolah-sekolah demi menyebarluaskan budaya angklung dan akhirnya mendapat dukungan untuk pendidikan angklung dari pemerintah.
Jenis-jenis Angklung
Angklung Badeng
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa badeng adalah jenis kesenian yang menekankan segi musikal.
Angklung pun menjadi alat musik utamanya. Angklung badeng dapat ditemukan di Sanding, Malangbong, Garut.
Beberapa lagu yang terdapat dalam kesenian badeng ialah Lailahaileloh, Ya’ti, Yautike, Kasreng, Solaloh, dan Lilimbungan.
Angklung Gubrag
Namanya memang unik, seperti karakter suara jatuh sesuatu. Angklung yang satu ini dapat ditemukan di Kampung Cipining, Cigudeg, Bogor.
Angklung Gubrag sendiri sudah berusia cukup tua. Ia digunakan untuk menghormati Dewi Padi dalam kegiatan melak pare atau menanam padi, ngunjal pare atau mengangkut padi, dan ngadiukeun atau menempatkannya ke lumbung.
Baca Juga: Nggak Cuma Bikin Happy, 5 Manfaat Mendengarkan Musik Bagi Kesehatan
Angklung Padaeng
Inilah jenis angklung yang dikenalkan oleh daeng Soetigna pada sekitar tahun 1938. Angklung ini menggunakan laras nada diatonik yang umumnya dipakai untuk memainkan lagu-lagu internasional.
Jadi, angklung ini pastinya bisa disertakan dalam ansambel bersama alat musik internasional lain pula.
Angklung Buncis
Terdapat di Baros, Arjasari, Bandung, buncis ialah seni pertunjukan yang sifatnya hiburan.
Angklung buncis awalnya dipakai saat acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Namun, saat ini ia mulai beralih fungsi sebagai hiburan masyarakat.
Angklung Toel
Diciptakan oleh Kang Yayan Udjo dari Saung Angklung Udjo pada 2008, angklung toel punya rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung yang dijejer dengan terbalik dan diberi karet.
Dalam memainkannya, pemain hanya perlu “menoel” angklung tersebut dan mereka akan bergetar selama beberapa saat karena adanya karet di sana.
Angklung Sarinande
Angklung yang satu ini adalah istilah untuk angklung padaeng yang cuma menggunakan nada bulat tanpa nada kromatis.
Adapun, nada dasarnya ialah C. Satu unit kecil angklung sarinande berisikan 8 angklung, dari Do rendah sampai Do tinggi.
Sementara itu, angklung sarinande plus berisikan 13 angklung, dari Sol rendah sampai Mi tinggi.
Angklung Sri-Murni
Gagasan Eko Mursito Budi menciptakan angklung Sri-murni. Angklung ini sendiri diciptakan khusus untuk kebutuhan robot angklung.
Angklung Sri-murni menggunakan dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama sehingga nada yang dikeluarkan ialah nada murni atau mono-tonal.
Baca Juga: Awas Kecolongan Lagi! 8 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia