Sonora.ID - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tercantum bahwa observasi adalah peninjauan secara cermat. Tak heran jika observasi menjadi salah satu metode yang dipilih peneliti untuk melakukan sebuah penelitian.
Seperti yang sudah disebutkan, observasi dilakukan dengan tinjauan secara cermat.
Biasanya setelah melakukan observasi, si peneliti akan menuliskan laporan hasil observasi tersebut. Karena bentuknya adalah hasil penelitian, maka hasil observasi berisi apapun yang sedang menjadi objek penelitian tersebut.
Teks laporan hasil observasi atau LHO adalah tulisan yang isinya berupa penjelasan hasil pengamatan atau observasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Teks laporan hasil observasi berisi berisi:
Berikut ini adalah 7 contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah.
1. Sampah
(Pernyataan Umum) Sampah merupakan sisa buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi. Berdasarkan jenisnya, sampah dibagi menjadi sampah organik yang bisa terurai dan sampah anorganik yang sulit terurai. Sampah yang tidak bisa terurai atau sampah anorganik merupakan masalah bagi lingkungan. Hal tersebut karena sampah ini sulit terurai oleh pengurai sehingga bertahan bisa bertahun-tahun, bahkan hingga ribuan tahun.
(Deskripsi Bagian) Jika sampah anorganik ini tidak dikelola dengan baik, maka bisa menimbulkan sejumlah dampak buruk. Salah satunya adalah dampak buruk bagi lingkungan. Apalagi rata-rata masyarakat memiliki kebiasaan membuang sampah di selokan ataupun di sungai.
Padahal, sampah-sampah tersebut dapat menyebabkan pencemaran pada ekosistem sungai. Makhluk seperti ikan yang hidup di dalam air menjadi korbannya. Kualitas air yang buruk tidak hanya mengurangi makanan ikan tetapi juga bisa berujung pada kematian dan kepunahan. Penumpukan sampah di aliran air juga bisa memicu bencana alam seperti banjir.
(Kesimpulan) Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang sulit terurai. Contohnya adalah bungkus plastik, botol minuman, kaca, kertas, serta logam. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah anorganik ini bisa menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
Baca Juga: Ciri-ciri Teks Laporan Hasil Observasi, Materi Bahasa Indonesia Lengkap!
2. Sampah sungai
Sungai masih dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah aneka jenis oleh masyarakat. Bungkus plastik, kardus, perabot rumah tangga yang sudah tidak terpakai, elektronik, barang-barang dari karet, hingga pakaian.
Penumpukan berbagai material buangan tersebut membuat aliran sungai semakin lambat. Semua benda di atasnya menumpuk tidak dapat mengalir ke hilir karena semakin banyak. Pemandangan jadi tidak asri lagi.
Air sungai seharusnya jernih, atau kecoklatan karena kandungan material lumpur alami. Tetapi tidak demikian adanya karena adanya tumpukan berbagai material di atasnya. Sungai justru menyerupai daratan karena airnya tidak tampak lagi.
Semula material buangan masyarakat di aliran sungai bisa menepi seiring aliran air. Tapi kini bahkan di tengah permukaannya tertutupi. Selain pemandangan yang tidak asri bau menyengat tidak dapat dihindari.
Sungai yang tidak bersih seperti ini jadi sumber penyebab penyakit seperti demam berdarah. Sebab jadi tempat hidup nyamuk yang bisa menularkan penyakit dari satu orang ke orang lain.
Selain itu menyebabkan air tanah di sekitar tercemar limbah. Limbah di sungai lama-kelamaan larut terutama wadah mengandung bahan kimia. Pada akhirnya akan masuk ke dalam tanah dan mencemari sumur sekitar.
3. Sisa makan di restoran fast food
Restoran cepat saji lebih tertib masalah sampah. Sudah disediakan cabinet sendiri khusus untuk membuang sisa-sisa makanan dan bungkusnya. Tidak ada petugas membuang sampah dan merapikan tempat makan.
Pengunjung secara mandiri akan merapikan meja dan membuang sisa makanan beserta bungkusnya pada cabinet yang sudah disediakan. Restoran cepat saji sudah sangat teratur dan ideal sebagai tempat makan, bahkan tidak ada bekas puntung rokok di meja pengunjung.
Sedikit berbeda dengan restaurant tradisional atau warung-warung makan. Sisa makanan tidak dirapikan oleh pengunjung. Melainkan dibiarkan dan ditinggal saja di meja tempat makan sebelumnya.
Sisa nasi, sayur, lauk, minuman tidak habis, tisu semua dibiarkan di atas meja. Sangat tidak estetik. Namun ini sudah jadi kebiasaan pengunjung warung dan dianggap wajar. Pemilik warung juga tidak merasa keberatan.
4. Sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga paling banyak ada di area dapur. Sisa makanan, minuman, bumbu masakan, kotoran sisa proses memasak, bungkus plastik, sterofoam, kaleng, daun pembungkus.
Area yang biasa ada di belakang ini sangat mudah kotor. Kotoran organik lebih mendominasi seperti sisa nasi, sisa sayur, sisa lauk, bahan makanan busuk. Sisa-sisa seperti ini menimbulkan pemandangan tidak sedap.
Di Dapur ada tempat sampah untuk menampung semua sisa makanan dan bahan makanan tersebut. Meski kondisinya tertutup tetapi bau menyengat tidak sedap tetap ada. Kotoran yang tidak segera dibuang tersebut juga mengundang semut dan lalat.
Kondisi semakin tidak enak dipandang saat tempat sampah berserakan karena tikus. Di malam hari saat kondisi gelap karena tidak ada lampu kecoa dan tikus masuk ke dalam tempat sampah mengais sisa makanan. Akhirnya berceceran keluar.
Baca Juga: 8 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Singkat beserta Strukturnya
5. Sampah di tempat wisata
Fasilitas umum seperti tempat wisata pasti bermasalah dengan sampah. Pengunjung banyak yang belum sadar untuk buang sampah pada tempatnya. Ini tampak pada banyaknya kotoran di jalanan dan spot-spot penting.
Kebiasaan buang bungkus makanan dan botol minuman sembarangan masih belum dapat dihilangkan. Jauh dari lokasi tong sampah jadi salah satu alasannya. Padahal bisa saja dibawa sementara kemudian dibuang saat menemukan tempat penampungan yang disediakan.
Di kebun binatang banyak terdapat bungkus makanan plastik yang diletakkan begitu saja di pinggir jalan. Kotoran tersebut mengganggu pemandangan dan tidak langsung ditangani sebab petugas kebersihan bekerja di pagi hari.
Bukan satu dua pengunjung saja yang melakukan hal kurang etis tersebut. Akibatnya seperti tempat wisata tidak pernah mendapat perawatan memadai terkait dengan masalah kebersihan.
Belum lagi beberapa sampah menyebabkan bau karena berasal dari makanan dan minuman basi. Ini mengundang datangnya lalat dan larva pemakan sisa makanan. Pemandangan yang mengurangi nilai estetika tempat wisata tentunya.
6. Sampah di taman bermain
Taman bermain juga merupakan fasilitas umum yang paling sering mudah kotor. Taman bermain milik swasta menyediakan tempat penampungan sampah di berbagai sudut. Selain itu juga ada petugas kebersihan yang rutin bekerja di pagi hari.
Kenyataannya semakin siang semakin banyak pengunjung, tampak berbagai bungkus makanan berserakan. Mulai dari bahan plastik kantong, daun, kertas, sterofoam, cup dan gelas plastik.
Tempat wisata adalah lokasi bersantai, kadang juga berfoto untuk update sosial media. Karena kondisinya tidak bersih dan rapi maka hasil foto tidak maksimal dan kurang estetik. Ini merugikan pengunjung, mengurangi kenyamanan.
Belum lagi munculnya bau, datangnya lalat dan serangga pengurai. Namun kondisi ini seperti sudah dianggap wajar. Sebab tidak mungkin menegur satu persatu orang yang membuang sampah sembarangan.
Selain buang sampah di jalan, pengunjung juga sering tidak dapat membedakan mana organik mana anorganik. Terbukti di tong sampah yang sudah ditandai masih tidak terpisah antara keduanya. Bercampur jadi satu antara limbah-limbah organik dan non-organik.
7. Sampah di sekolah
Lingkungan sekolah juga tidak luput dari sampah dan kotoran apapun jenisnya. Bagi kamu yang masih duduk di bangku sekolah akan lebih mudah mengamatinya. Untuk laporannya bisa kamu tulis seperti contoh di bawah ini.
Sampah di sekolah paling banyak berupa kertas, bungkus makanan, botol minuman, sisa alat tulis yang habis. Setiap kelas memiliki tempat penampungan sementara diletakkan di sudut depan. Tapi kebanyakan diletakkan di depan kelas.
Tempat penampungan berupa branjang dilapisi dengan plastik polybag. Saat membuang ke tempat penampungan utama cukup diambil plastik polybag. Kotoran didalamnya tidak akan berceceran.
Sampah di lingkungan sekolah lebih kering, kebanyakan berupa anorganik yaitu yang tidak dapat langsung terurai. Tidak mengundang lalat atau binatang lain datang dan mengacak-acak.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Upaya Cegah Korupsi, Tim KPK RI Lakukan Observasi Desa Anti Korupsi