7 Contoh Teks Biografi Pahlawan Singkat beserta Strukturnya, Lengkap!

31 Oktober 2022 09:00 WIB
Ilustrasi Contoh Teks Biografi Pahlawan
Ilustrasi Contoh Teks Biografi Pahlawan ( Freepik.com)

Sonora.ID - Teks biografi adalah teks yang berisi kisah atau cerita tentang hidup seseorang yang bisa memberikan pesan atau nilai bagi orang yang membacanya.

Berbeda dengan autobiografi yang ditulis oleh orang atau tokoh di dalam teks tersebut atau ditulis sendiri, sedangkan biografi ditulis oleh orang lain yang menceritakan tentang orang atau tokoh tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

Dikutip dari Gramedia.com, tujuan dari membaca teks biografi sendiri yaitu untuk mengenal tokoh dan mengetahui pemikiran dan tindakan yang dilakukan ketika menghadapi segala masalah dalam hidup.

Struktur teks biografi adalah:

  1. Orientasi
  2. Peristiwa dan Masalah
  3. Reorientasi

Agar lebih jelasnya, berikut ini adalah 7 contoh teks biografi pahlawan singkat.

Baca Juga: 4 Contoh Teks Biografi Bahasa Inggris untuk Kamu Pelajari, Ada Biografi Thomas Alva Edison!

1. Ir Soekarno

Kusno Sosrodihardjo atau yang lebih dikenal dengan nama Ir. Soekarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Bung Karno yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta pada usianya yang ke-69 dan beliau dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Presiden Soekarno tinggal di Tulungagung, Jawa Timur bersama kakeknya. Beliau tidak menghabiskan waktu kecilnya bersama kedua orang tuanya. Di Tulungagung, Soekarno sempat bersekolah, namun tidak bisa menyelesaikannya, karena kembali ikut dengan orang tuanya tinggal di Mojokerto.

Tahun 1915, Soekarno berhasil menyelesaikan pendidikannya di Europeesche Lagere School dan selanjutnya tinggal bersama H.O.S Cokroaminoto yang merupakan teman dari ayah Soekarno. Bersama H.O.S Cokroaminoto, Soekarno mulai mengenal dan mempelajari politik.

Beliau juga mempelajari bagaimana cara untuk berpidato dan pada tahun 1921 beliau menyelesaikan sekolahnya di Hogere Burger School. Setelah itu, Soekarno pindah ke Bandung dan bersekolah di Technische Hooge School jurusan teknik sipil, di mana saat ini merupakan ITB. Soekarno lulus pada tanggal 25 Mei 1926 dan berhasil memperoleh gelar insinyur.

Hingga saat ini, sosok Ir. Soekarno masih sangat melekat di hati masyarakat Indonesia. Perjuangannya dan keteguhannya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia bersama dengan masyarakat patut menjadi inspirasi perjuangan pada saat ini.

2. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman merupakan pahlawan nasional yang lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916. Ia lahir dari keluarga biasa dan diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi.

Semasa hidupnya, Jenderal Soedirman dikenal aktif dan sering melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan sejak duduk di sekolah menengah, Jenderal Soedirman sudah menunjukkan jiwa-jiwa kepemimpinannya yang dimilikinya.

Pada tahun 1944, Jenderal Soedirman membuat keputusan untuk bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) dan kemudian dipercaya menjadi Komandan Batalyon Banyumas. 

Saat menjadi seorang komandan, beliau dengan rekan prajurit lainnya melancarkan sebuah pemberontakan. Akibat dari pemberontakan tersebut, Jenderal Soedirman diasingkan di Bogor. Di tahun 1984, Jenderal Soedirman diangkat sebagai Panglima Besar dan mulai dikenal keberadaannya ketika Perang Gerilya 1 Maret 1949.

Beliau wafat di Magelang, 29 Januari 1950 di umurnya yang ke-34 tahun. Karena semangatnya untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, jasa Jenderal Soedirman pun masih dikenang hingga sekarang.

3. RA Kartini

R.A Kartini atau Raden Ajeng Kartini merupakan perempuan dari keluarga terpandang yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Kartini merupakan sosok perempuan yang haus akan ilmu pengetahuan, itu sebabnya ia terus melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkatan yang lebih tinggi.

Sayangnya, ayah dari Kartini tidak mengizinkannya untuk melanjutkan pendidikan dan keluar rumah sampai waktunya nanti ia harus menikah. Untuk menghilangkan rasa jenuhnya itu, Kartini menghabiskan waktunya untuk membaca buku ilmu pengetahuan yang dimiliki. Lambat laun, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Kartini semakin luas.

Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih kebebasan mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu sangat menginspirasinya untuk dapat memajukan wanita di Indonesia. Menurut Kartini, perempuan tidak harus bisa dalam urusan belakang rumah tangga saja, tetapi lebih dari itu.

Tidak lama setelah itu, Kartini menikah dengan Raden Adipati Oyodiningrat dan mendirikan sekolah wanita di berbagai daerah, seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, Cirebon, dan lainnya. Sekolah wanita tersebut dikenal dengan sebutan Sekolah Kartini.

Kartini meninggal di usianya yang baru 25 tahun pada tanggal 17 September 1904. Walaupun kini Kartini sudah tiada, namun perjuangannya sangat menginspirasi perempuan di Indonesia untuk bisa memperjuangkan hak-haknya, terutama dalam bidang pendidikan. Tulisan Kartini kemudian dibuat buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang atau Door Duistemis Tot Licht.

Melalui Keputusan Presiden No. 108 Tahun 1964, R.A Kartini resmi ditetapkan menjadi salah satu pahlawan Nasional. Untuk mengingat perjuangan beliau, tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Selain itu, W.R Supratman juga membuat lagu “Ibu Kita Kartini” untuk mengenang jasa dan perjuangan beliau.

Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Ciri-ciri Biografi, Lengkap dengan Contohnya

4. Dewi Sartika

Dewi Sartika adalah seorang putri dari pasangan priyayi dari Jawa Barat yang lahir pada tanggal 4 Desember 1884. Dewi Sartika memiliki orang tua yang ingin memiliki seorang putri berpendidikan, walaupun pada saat itu hal tersebut bukan merupakan hal yang sesuai dengan adat.

Setelah ditinggal oleh sang ayah, Dewi Sartika diasuh oleh paman yang merupakan seorang Patih Cicalengka. Dari pamannya, Dewi Sartika mengetahui mengenai Sunda, sementara pengetahuan mengenai budaya Barat.

Sedari kecil, Dewi Sartika sangat tertarik dengan dunia pendidikan. Sejak ia berusia 10 tahun, ia sudah mengajar kepada anak-anak yang ada di Cicalengka untuk bisa menulis, membaca, dan berbicara bahasa Belanda.

Pada tahun 1902, Dewi Sartika meyakinkan pamannya untuk mendirikan sebuah sekolah untuk perempuan. Akhirnya di tahun 1904, Dewi Sartika bisa mendirikan Sakola Istri yang merupakan sekolah pertama di Hindia Belanda.

Akibat dari niat baik Dewi Sartika ini, ia mendapatkan dukungan positif dari berbagai pihak. Atas jasa beliau di bidang pendidikan, Dewi Sartika diberi anugerah 'Bintang Jasa' oleh pemerintah Hindia Belanda.

Sampai saat ini, jasa yang dilakukan oleh Dewi Sartika tidak bisa dilupakan dan sangat memberikan inspirasi serta harapan bagi banya orang, terutama perempuan dalam mewujudkan cita-citanya.

5. BJ Habibie

BJ Habibie lahir 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Presiden ke-3 Indonesia ini memiliki nama lengkap Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Habibie pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI ke-7. Ibunda Habibie berasal dari Jawa, sedangkan ayahnya asal Pare-Pare. Kecerdasan pada ilmu teknologi dan pengetahuan terutama fisika semenjak Habibie masih kecil.

Habibie kuliah Teknik Mesin di ITB atau Institut Teknologi Bandung selama 6 bulan, kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Jerman pada 1955 di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule. Butuh waktu 10 tahun Habibie muda menuntaskankan studi S1 sampai S3 di Aachen, Jerman.

Selama beliau kuliah di Jerman ia menekuni dan menggeluti bidang desain dan konstruksi pesawat terbang di Fakultas Teknik Mesin. Butuh waktu lima tahun untuk mengakhiri studi di Jerman, Habibie pun memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik dengan predikat terbaik atau summa cum laude.

Di tahun 1962, BJ Habibie menikahi teman semasa SMA-nya, yakni Ibu Hasri Ainun Besari. Meski demikian, Habibie tetap melanjutkan program doktoral dan tinggal bersama istrinya di Jerman. Semasa hidupnya, Habibie sudah berkontribusi banyak untuk negara dengan membuat pesawat terbang pertama untuk RI.

6. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien adalah wanita kelahiran Lampadang, Kerajaan Aceh pada tahun 1848. Sayangnya, tidak diketahui dengan pasti mengenai tanggal lahir dari Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan yang memang sangat taat dalam beragama. Keluarga dari Cut Nyak Dien bertempat tinggal di Aceh Besar, wilayah VI Mukim. Ayah dari Cut Nyak Dien bernama Teuku Nanta Setia, yang merupakan seorang uleebalang VI Mukim, dan merupakan keturunan Machmoed Sati, seorang perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati datang ke Aceh sekitar abad ke 18 di saat kesultanan Aceh kala itu diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Jadi tidak heran jika ayah dari Cut Nyak Dien masih merupakan keturunan Minangkabau. Beda halnya dengan ibu dari Cut Nyak Dien. Ibu Cut Nyak Dien merupakan seorang putri uleebalang Lampagar.

Di masa kecilnya, Cut Nyak Dien dikenal sebagai seorang gadis yang cantik. Dirinya memperoleh pendidikan pada bidang agama dan juga pendidikan rumah tangga. Tidak heran jika kala itu Cut Nyak Dien disukai oleh banyak laki-laki. Bahkan, karena kecantikannya, banyak laki-laki yang berusaha melamarnya. Pada tahun 1863, tepatnya ketika Cut Nyak Dien tepat berusia 12 tahun, dirinya dinikahkan oleh orang tuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Pria tersebut merupakan putra tunggal dari uleebalang Lamnga XIII.

Meletusnya Perang Aceh

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh. Belanda melalu armada kapal Citadel van Antwerpen, mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan. Kemudian pada tanggal 8 April 1873, Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler berhasil mendarat di Pantai Ceureumen dan langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman kemudian membakarnya. Perlakuan Belanda tersebut memicu perang Aceh yang saat dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah melawan 3.198 prajurit Belanda. Namun, Kesultanan Aceh bisa memenangkan perang pertama melawan Belanda tersebut dengan tewas tertembaknya Köhler.

Kemudian pada tahun 1874-1880, di bawah kepemimpinan Jenderal Jan van Swieten, wilayah VI Mukim berhasil diduduki Belanda begitu juga dengan Keraton Sultan yang akhirnya harus mengakui kekuatan Belanda. Hal tersebut memaksa Cut Nyak Dien dan bayinya mengungsi bersama ibu-ibu serta rombongan lain pada tepatnya pada 24 Desember 1875. Namun, suami dari Cut Nyak Dien tetap bertekad untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Sayangnya, ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, dirinya tewas bertepatan dengan tanggal 29 Juni 1878. Hal tersebut akhirnya membuat Cut Nyak Dien sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda.

Pertemuan dengan Teuku Umar

Kemudian, setelah kematian suaminya, Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar, yang merupakan tokoh pejuang Aceh. Awalnya Cut Nyak Dien menolak, akan tetapi karena Teuku Umar memperbolehkan Cut Nyak Dien untuk bertempur, akhirnya Cut Nyak Dien menerima pinangan Teuku Umar dan mereka menikah pada tahun 1880. Bergabungnya kedua insan tersebut menyebabkan moral dan semangat para pejuang Aceh semakin berkobar. Akhirnya perang tersebut berlanjut dengan gerilya, lalu tercetuslah perang fi’sabilillah. Seakan tidak ingin menyianyiakan kesempatan, pada tahun 1875 Teuku Umar mencoba untuk mendekati Belanda dan mempererat hubungannya dengan orang Belanda. Hal tersebut berlanjut dengan Teuku Umar beserta pasukannya yang berjumlah 250 orang, pergi menuju Kutaraja dan “menyerahkan diri” kepada Belanda pada tanggal 30 September 1893. Strategi dari Teuku Umar akhirnya berhasil mengelabui Belanda hingga mereka memberi Teuku Umar gelar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.

Strategi Teuku Umar Menjatuhkan Belanda

Demi melancarkan aksinya, Teuku Umar rela dianggap sebagai penghianat oleh orang Aceh. Tidak terkecuali Cut Nyak Meutia yang datang menemui Cut Nyak Dien kemudian memakinya. Namun, meski begitu Cut Nyak Dien tetap berusaha menasehatinya untuk fokus kembali melawan Belanda. Akhirnya, di saat kekuasaan Teuku Umar dan pengaruhnya cukup besar, Teuku Umar memanfaatkan momen tersebut untu mengumpulkan orang Aceh di pasukannya. Ketika jumlah orang Aceh di bawah komando Teuku Umar sudah cukup, kemudian Teuku Umar melakukan rencana palsu ke orang Belanda dan mengklaim jika dirinya ingin menyerang basis Aceh.

Kemudian Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan seluruh pasukan serta perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda. Tapi, mereka tidak pernah kembali ke markas Belanda. Strategi penghianatan tersebut disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar). Strategi dari Teuku Umar untuk mengkhianati Belanda membuat Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Tapi para gerilyawan Aceh saat ini sudah dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Ketika Jenderal Van Swieten diganti, orang yang menggantikan posisinya yaitu Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel dengan cepat terbunuh oelah geriliyawan Aceh, hingga akhirnya membuat para pasukan Belanda berada dalam kondisi yang sangat kacau.

Tertangkap dan Akhir Hayat

Seorang pengawal Cut Nyak Dien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markas Cut Nyak Dien kepada Belanda. Hal tersebut membuat Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Pasukan Cut Nyak Dien terkejut dan bertempur mati-matian, hingga akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Sehabis tertangkap oleh Belanda, Cut Nyak Dien dibawa dan dirawat di Banda Aceh. Penyakit rabun dan encoknya berangsur sembuh. Tapi sayangnya Cut Nyak Dien pada akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang bersama tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian salah satu orang yaitu bupati Suriaatmaja. Tahanan laki-laki lainnya juga turut menyatakan perhatian mereka kepada Cut Nyak Dien, namun tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Cut Nyak Dien ditahan bersama ulama bernama Ilyas dan ulama tersebut segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien adalah ahli dalam agama Islam. Hal tersebut membuat Cut Nyak Dien dijuluki “Ibu Perbu”.

Tepat pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal karena faktor usia yang sudah tua. Makam Cut Nyak Dien sendiri baru ditemukan pada tahun 1959, itupun karena permintaan Gubernur Aceh kala itu, Ali Hasan. Cut Nyak Dien sendiri baru diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

7. John F Kennedy

John Kennedy atau yang memiliki nama lengkap John Fitzgerald Kennedy merupakan tokoh dunia yang lahir di Brookline, Massachusetts, 29 Mei 1917. Beliau meninggal pada usia 46 tahun pada 22 November 1963 di Dallas, Texas. John Kennedy merupakan presiden Amerika Serikat ke-35 di tahun 1960. Ia adalah presiden termuda, selain Theodore Roosevelt yang menjadi seorang presiden.

Ia berhenti menjadi presiden setelah terjadinya insiden di tahun 1963 yang merenggut nyawanya. Pada tanggal 22 November 1963, John F. Kennedy jatuh dari mobil terbuka karena tembakan peluru ketika berkunjung ke Dallas, Texas.

Pada masa pemerintahannya, John Kennedy dianggap sebagai lambang liberalisme hadir di Amerika Serikat. Ketika Perang Dunia II terjadi, John Kennedy dipuji karena keberaniannya menyelamatkan rekan pelaut di Samudera Pasifik Selatan

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: Sinopsis Film 'Elvis' Drama Musikal Biografi sang Raja Rock and Roll, Tayang di HBO Max!

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm