Pertama Agus menjelaskan, pengembangan tanaman kelapa terkendala oleh terbatasnya jumlah benih unggul yang akan ditanam. Padahal, potensinya menurut Agus sangat tinggi, yaitu mencapai 2 juta batang.
“Tidak ada kepastian dari pemerntah untuk mengambil benih, jadinya masyarakat menjualnya dalam bentuk kelapa muda,” tutur Agus.
Persoalan kedua, lanjutnya adalah terkait terbatasnya anggaran dalam mengembangkan tanaman kelapa.
“Di kita memang belum dianggarkan pengembangan kelapa,” aku Agus.
Melihat fakta di lapangan, mestinya ada peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sebagai jawaban atas berkurangnya populasi dan alih fungsi lahan kelapa.
Sembari menunggu adanya alokasi anggaran, pihanya jelas Agus hanya dapat mendorong masyarakat untuk tetap mempertahankan tanaman yang ada.
“Kita tawarkan pola tanam ganda, yaitu tanaman kelapa dengan kopi, kakao, atau tanaman pangan yang lain.” pungkasnya.
Baca Juga: Nelayan Kalsel Serukan Jaga Kondusifitas Perairan