Banjarbaru, Sonora.ID – Pada September 2022 lalu, komoditi Kalimantan Selatan (Kalsel) berupa kelapa tua berhasil merambah pasar ekspor dengan tujuan Hainan dan Haikou, China.
Kala itu, sebanyak 3 kontainer kecil kelapa tua dengan berat 17 ton setiap kontainernya dikirim ke negeri Tirai Bambu, atau setara 20 ribu biji kelapa dengan nilai Rp 50 juta.
Pasca ekspor perdana tersebut, eksportir asal Banua tampak kesulitan dalam memenuhi permintaan suplai, yaitu setiap bulannya antara 30 sampai dengan 50 kontainer.
Keterbatasan jumlah kelapa, disebut-sebut menjadi kendala utama dalam memenuhi permintaan pasar global, karena berkurangnya jumlah populasi pohon kelapa milik masyarakat
Kondisi ini diamini oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel, dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalsel.
Kepala Disbunak Kalsel, Suparmi melalui Kepala Seksi Perbenihan, Perluasan dan Peremajaan Tanaman Perkebunan, Agustinus Adie menyebut adanya penurunan jumlah luasan tanaman kelapa.
Pada 2021, luasan tanaman kelapa di Kalsel papar Agus masih berada di angka 38,2 ribu hektar, dan saat ini jumlahnya hanya 37, 8 ribu hektar.
“Produksinya pun berkurang, saat ini 22,8 ton pertahun,” beber Agus.
Baca Juga: Belasan Orang Terlantar Dipulangkan, Ini Daerah Paling Banyak
Ada banyak kendala menurutnya dalam mengembangkan tanaman kelapa.
Pertama Agus menjelaskan, pengembangan tanaman kelapa terkendala oleh terbatasnya jumlah benih unggul yang akan ditanam. Padahal, potensinya menurut Agus sangat tinggi, yaitu mencapai 2 juta batang.
“Tidak ada kepastian dari pemerntah untuk mengambil benih, jadinya masyarakat menjualnya dalam bentuk kelapa muda,” tutur Agus.
Persoalan kedua, lanjutnya adalah terkait terbatasnya anggaran dalam mengembangkan tanaman kelapa.
“Di kita memang belum dianggarkan pengembangan kelapa,” aku Agus.
Melihat fakta di lapangan, mestinya ada peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sebagai jawaban atas berkurangnya populasi dan alih fungsi lahan kelapa.
Sembari menunggu adanya alokasi anggaran, pihanya jelas Agus hanya dapat mendorong masyarakat untuk tetap mempertahankan tanaman yang ada.
“Kita tawarkan pola tanam ganda, yaitu tanaman kelapa dengan kopi, kakao, atau tanaman pangan yang lain.” pungkasnya.
Baca Juga: Nelayan Kalsel Serukan Jaga Kondusifitas Perairan