Sonora.ID – Bioteknologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup ataupun produk dari makhluk hidup dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Ada dua macam jenis bioteknologi yang dikembangkan manusia, yaitu bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
Namun, artikel ini akan fokus membahas mengenai bioteknologi konvensional, pengertian, ciri-ciri dan contohnya.
Pengertian bioteknologi konvensional
Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang memanfaarkan secara langsung mikroorganisme, seperti bakteri maupun jamur secara langsung.
Kemudian enzim yang dihasilan mikroorganisme dan melibarkan proses fermentasi (proses peragian) untuk menghasilkan produk atau jasa juga masuk ke dalam bioteknologi konvensional.
Baca Juga: 5 Contoh Tumbuhan yang Berkembang Biak dengan Umbi Akar, Lengkap dengan Penjelasannya
Di dalam pemanfaatan mikroba ini, manusia tidak melakukan manipulasi atau rekayasa proses.
Manusia hanya menciptakan kondisi dan bahan makanan yang cocok bagi mikroba untuk berkembang secara optimal.
Bioteknologi konvensional biasanya dilakukan secara sederhana dan diproduksi tidak dalam jumlah yang besar.
Dalam bidang pangan, fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki.
Untuk diketahui, fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Dalam pengertian luas, fermentasi adalah semua proses yang melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang merupakan metabolit primer atau sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan.
Contoh produk bioteknologi konvesional
Tempe
Tempe adalah makanan tradisional khas Indonesia yang sering dikonsumsi dan menjadi salah satu makanan favorit yang kandungan gizinya patut diperhitungkan.
Dengan kadar protein cukup tinggi, tempe merupakan alternatif sumber protein nabati.
Selain itu tempe juga mengandung beberapa asam amino yang diperlukan tubbuh manusia.
Bagaimana cara membuat tempe? Pada dasarnya produksi tempe dilakukan dengan teknik fermentasi.
Fermentasi dilakukan dengan menumbuhkan jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus pada bijii kedelai.
Pada proses pertumbuhan, jamur akan menghasilkan benang-benang yang disebut dengan hifa.
Baca Juga: 20 Contoh Benda Cair dan Sifatnya, Lengkap dengan Perubahan Wujudnya
Kecap
Jamur Aspergillus wentii berperan dalam pembuatan kecap. Jamur ini ditumbuhkan dalam kulit gandum terlebih dahulu.
Selanjutnya, jamur bersama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang sudah dimasak akan menghancurkan campuran gandum.
Setelah melalui fermentasi karbohidrat yang cukup lama maka dihasilkan kecap Oncom Pernahkah kamu makan oncom?
Oncom merupakan makanan yang dikenal di kawasan Jawa Barat. Oncom terbuat dari ampas kedelai atau bungkil kacang dengan bantuan jamur Neurospora Sitophila.
Jamur ini dapat menghasilkan zat warna merah atau orange yang merupakan pewarna alami.
Tauco
Terbuat dari kacang kedelai yang proses pembuatannya mirip dengan pembuatan kecap yang memanfaatkan mikroorganisme Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus.
Tauco pun merupakan produk hasil fermentasi. Yoghurt Yoghurt terbuat dari susu.
Yogurt merupakan minuman hasil fermentasi susu yang menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus atau lactobacillus bulgaricus.
Bakteri ini akan mengubah laktosa menjadi asam laktat. Efek lain dari proses fermentasi adalah pecahnya protein pada susu yang menyebabkan susu menjadi kental.
Hal tersebutlah yang menjadikan yogurt terasa asam dan kental.
Keju
Keju merupakan bahan makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat pada susu melalui proses pengentalan atau koagulasi.
Proses pengentalan ini dilkukan dengan bantuan bakteri lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.
Bakteri ini akan menghasilkan enzim renin, sehingga protein susu akan menggumpal dan membagi susu menjadi cari dan padatan (dadih).
Selanjutnya enzim renin akan mengubah gula laktosa dalam susu menjadi asam dan protein yang ada pada dadih.
Kemudian dadih mengalami proses pematangan dan pengemasan sehingga terbentuk produk olahan yang kita kenal dengan keju.
Baca Juga: Mengenal Ciri-ciri Komet, Lengkap dengan Pengertian dan Jenisnya
Mentega
Mentega terbuat dari susu dengan menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis.
Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman pada susu. Krim susu terpisah menjadi bagian lemak yang padat, dan bagian yang cair dipisahkan.
Kemudian lemak mentega diaduk dan dipadatkan untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
Roti
Pembuatan roti memerlukan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae.
Mikroorganisme tersebut akan memfermentasikan gula di dalam adonan menjadi CO2 dan alkohol sehingga adonan mengembang.
Dalam proses ini, roti tidak memecah tepung menjadi gula karena tidak menghasilkan enzim amilase.
Selain itu untuk mengembangkan dan memberikan rasa saat dipanggang, uap CO2 hasil fermentasi ragi juga meninggalkan tekstur yang khas dan menyebabkan roti menjadi ringan.
Nata de coco
Nata de coco (sari kelapa atau kolang-kaling dari air kelapa) juga produk bioteknologi konvensional yang pembuatannya dibantu bakteri Acetobacter xylinum.
Nata de coco terbuat dari air kelapa dengan massa kenyal berwarna putih yang terbentuk dari serabut hemiselulosa yang terbentuk pada permukaan medium cair tempat hidup bakteri Acetobacter xylinum.
Minuman Alkohol
Pemanfaatan mikroorganisme ini juga terjadi pada produk minuman dan alkohol seperti pada pembuatan tuak, sake, minuman anggur (wine), dan bir.
Minuman tuak dan sake dapat dihasilkan dari fermentasi beras ketan oleh Aspergillus orizae.
Sedangkan pembuatan minuman anggur dapat dibuat dari buah anggur atau buah lain yang memanfaatkan Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces ayanus melalui proses fermentasi dan bir dibuat dari biji padi yang sebelumnya diubah menjadi malt yang mengandung enzim amilase.
Baca Juga: Fungsi Badan Golgi, Beserta Ciri-ciri dan Struktur Pembentuknya