Sonora.ID - Berdasarkan buku Sastra Indonesia Untuk Siswa Madrasah Aliyah (MA) gurindam dibawa oleh orang Hindu dan berasal dari bahasa Tamil (India), yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal atau perumpamaan.
Gurindam dapat diartikan sebagai puisi lama yang terdiri dari 2 bait, tiap bait terdiri atas 2 baris kalimat yang memiliki rima yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Baris pertama dalam gurindam sendiri biasanya berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian.
Sementara itu, baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian yang disebutkan di baris pertama.
Pengarang gurindam yang paling terkenal adalah Raja Ali Haji. Gurindam 12 pasal karyanya menjadi salah satu gurindam yang melegenda hingga sekarang.
Berikut ini pun penggalan Gurindam 12 karya Raja Ali Haji.
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka Ia itulah orang yang makrifat.
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut senang hati.
Baca Juga: 5 Persamaan dan Perbedaan Pantun, Syair, dan Gurindam, Lengkap!
Seperti jenis karya sastra lainnya, gurindam pun memiliki beberapa ciri khasnya di antaranya sebagai berikut.
Gurindam ini pun memiliki fungsi di antaranya sebagai berikut.
Baca Juga: 30 Pantun Agama Ini Penuh dengan Nasihat Bijak dan Menginspirasi
Berdasarkan isinya, gurindam pun di bagi menjadi dua jenis, yakni gurindam berkait dan gurindam berangkai.
a. Gurindam Berkait
Merupakan gurindam yang mempunyai kata yang sama pada setiap baris pertama baitnya dan bercirikan dengan tutur yang sama pada baris pertama di setiap baitnya.
Contoh:
b. Gurindam Berkait
Merupakan gurindam yang bait pertamanya berkaitan dengan bait selanjutnya dan bait seterusnya.
Contoh:
Siapa yang enggan sesat dunia akherat
Maka cepat-cepatlah bertaubat sebelum terlambat
Jika segera bertaubat sebelum akhir Zaman
Maka akan mendapatkan yang namanya selamat.
Apabila tidak suka memberi
Maka janganlah suka mencaci
Hidup itu harus saling menghargai
Jika tak ingin menyesal di kemudian hari.
Baca Juga: Contoh Puisi Naratif Lengkap dengan Pengertian dan Jenis-jenisnya
Barang siapa semangat belajar,
Tentu hidup akan di jalan yang benar.
Tuntutlah ilmu sepanjang masa,
Meski sampai ke negeri Cina.
Barang siapa berbuat cermat,
Hidupnya akan selalu selamat.
Barangsiapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.
Kalau mulut tajam dan kasar,
Boleh ditimpa bahaya besar.
Jika ilmu tidak sempurna,
Tiada berapa ia berguna.
Jangan malas membaca buku,
Karena buku gudangnya ilmu.
Jika kamu bersifat budiman,
Dipandang sebagai bunga di taman.
Jangan gemar berbuat dusta,
Kelak dirimu mendapat nista.
Barang siapa mungkirkan janji,
Namanya tentu menjadi keji.
Dengan bapak jangan durhaka,
Supaya Allah tidak murka.
Barang siapa tidak sembahyang,
Ibarat rumah tidak bertiang.
Belajar adalah wajib hukumnya,
Agar jadi manusia yang lebig berguna.
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Kalau mulut tajam dan kasar,
Boleh ditimpa bahaya besar.
Siapa menggemari silang sengketa,
Kelak pasti berduka cita.
Dunia ini taman pergaulan,
Harus dipilih sahabat kenalan.
Jika kamu bersifat dermawan,
Segala orang dapat kamu tawan.
Kalau kita malas belajar,
Kelak masa depan akan hambar.
Kalau kita tak mau dididik,
Maka akan susah jadi cerdik.
Tuntutlah ilmu sampai nanti,
Agar hidup semakin berarti.
Tuntutlah ilmu dunia dan akhirat,
Untuk bekal setelah kiamat.
Malas belajar tidaklah baik,
Tanda kita susah di didik.
Banyak sedikit ilmu didapatkan,
Jangan lupa untuk diamalkan.
Jangan mendidik dengan kasar,
Nanti murid malas belajar.
Menuntut ilmu wajib hukumnya,
Dalam pendidikan maupun agama.
Jika belajar dengan sungguh-sungguh,
Maka masa depan akan direngkuh.
Banyak ilmu janganlah angkuh,
Nanti kamu bisa terjatuh.
Jangan putus asa dalam belajar,
Jadilah murid yang penyabar.
Barang siapa berbuat fitnah,
Ibarat dirinya menentang panah.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Kurang pikir kurang siasat,
Tentu dirimu kelak tersesat.
Pekerjaan marah janganlah dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Apabila banyak berkata-kata,
Di situlah jalan masuk dusta.
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.
Jika orang muda kuat berguru,
Dengan syaitan jadi berseteru.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya faedah.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Jika ingin hidup bahagia,
Belajar giat wajib hukumnya.
Ilmu jangan hanya dibafalkan,
Namun juga harus diamalkan.
Barang siapa belajar giat,
Masa depan pasti akan didapat.
Murid yang hormat pada guru,
Pastilah ia berlimpah ilmu.
Menggali ilmu wajib hukumnya,
Untuk bekal di masa tua.
Apabila janji tidak ditepati,
Orang tak percaya sampai mati.
Baik-baik memilih kawan,
Salah-salah bisa jadi lawan.
Jika suami tiada berhati lurus,
Istri pun kelak menjadi kurus.
Semasa hidup berbuat curang,
Buktikan diri bak otak udang.
Murah senyum sebar banyak tawa,
Niscaya hidup bahagia bak dewa.
Baca Juga: Contoh Puisi Naratif Lengkap dengan Pengertian dan Jenis-jenisnya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.