Misalnya Tea Pai di Jawa bisa saja berbeda dengan yang ada di Kalimantan. Waktu pelaksanaan Tea Pai biasanya pada pagi maupun siang hari sebelum prosesi pemberkatan pernikahan di tempat ibadah.
Baca Juga: Resep Membuat Bakpao yang Simple dan Mudah Untuk di Recook
Dalam tradisi Tea Pai ini, tersimpan doa dan harapan dari orang tua agar nanti kedua mempelai hidup dengan bahagia.
Jika kakak dari kedua mempelai belum menikah, mereka tidak boleh ikut melaksanakan Tea Pai. Hal ini berlaku pula untuk adik dari keluarga mempelai yang sudah menikah.
Prosesi ini tentunya dilaksanakan sederhana. Sebelum pelaksanaan, akan ditunjuk seseorang yang bertugas untuk membawa nampan yang berisi dua cangkir teh untuk diberikan kepada mempelai pria, jika keluarga yang dilayani adalah keluarga mempelai wanita.
Setelah itu, mempelai pria akan memberikan satu per satu cangkir tehnya kepada keluarga sambil menyebutkan status orang tersebut.
jika keluarga yang dilayani adalah pihak mempelai pria, maka yang menyuguhkan cangkir tersebut adalah mempelai wanita. Jadi dilakukan secara keterbalikannya.
Baca Juga: Bakar Kapal Wangkang, Ritual Masyarakat Tionghoa Menghantarkan Leluhur ke Nirwana
Setelah sudah selesai minum teh, mempelai pria akan mengambil kembali cangkir tersebut.
Setelah itu aka nada ucapan terimakasih dan ada pemberian bingkisan berupa uang, angpau maupun perhiasan.
Jika mendapat angpao, bisa langsung diambil dan disimpan.
Namun berbeda jika mendapat emas, jika mendapat emas maka keluarga yang memberi biasanya akan memakaikan perhiasan itu kepada kedua mempelainya.
Persoalan mengenai hadiah pernikahan dari tamu, zaman dahulu orang-orang biasanya memberikan kain yang mahal, arak atau anggur, peralatan rumah tangga serta lainnya.
Tetapi, karena zaman sudah berkembang jadi dibuat sederhana. Sekarang, tamu hanya memberikan angpao atau amplop berisikan uang.
Baca Juga: Bakar Kapal Wangkang, Ritual Masyarakat Tionghoa Menghantarkan Leluhur ke Nirwana