Sonora.ID - Ketika usia kanak-kanak, bahkan ketika masih di dalam kandungan, tak sedikit dari kita yang sudah diperkenalkan dengan dongeng atau cerita yang di dalamnya mengandung makna kehidupan dan pembelajaran.
Seperti yang dikutip dari Gramedia.com, dongeng adalah cerita khayalan atau cerita yang tidak benar-benar terjadi, yang biasanya memiliki sifat menghibur dan mengandung nilai-nilai moral di dalamnya.
Tak heran jika dongeng lekat dengan dunia anak-anak, karena dengan cara ini, anak-anak bisa belajar nilai kehidupan.
Ada beberapa jenis dongeng, di antaranya:
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dongeng parabel. Parabel adalah jenis dongeng yang kisahnya mengandung nilai pendidikan, baik itu moral, agama, hingga pendidikan yang disampaikan secara tersirat.
Agar lebih jelasnya, berikut ini adalah 6 contoh dongeng parabel.
1. Bawang Merah Bawang Putih
Alkisah hiduplah seorang anak perempuan yang baik dan tulus hati, Bawang Putih, dirinya baru saja kehilangan sang ibu karena meninggal dunia. Ayahnya yang begitu sayang kepadanya, menikah dengan seorang wanita yang kemudian menjadi ibu tirinya.
Sang ibu barunya tersebut membawa seorang anak, Bawang Merah.
Bawang Putih sangat baik dan berbeda sekali dengan Bawang Merah dan ibunya. Penderitaan Bawang Putih pun dimulai ketika ayahnya sudah meninggal.
Tetapi dengan kebaikan dan ketulusan hatinya, Bawang Putih memiliki hidup yang bahagia pada akhir cerita, tetapi tidak dengan sang ibu tiri dan kakak tirinya.
Baca Juga: 6 Dongeng Sunda dengan Pesan Moralnya, Memiliki Makna yang Dalam!
2. Anak Keong Mas
Ada seorang raja yang memiliki dua putri yang cantik. Meski sama-sama cantik tapi kedua putri itu memiliki watak yang berbeda. Sang Kakak sangatlah baik hati dan tidak sombong. Sebaliknya sang adik berwatak angkuh dan kasar.
Suatu hari, raja memanggil Sang Kakak, dan memintanya untuk menikah dengan pangeran tampan dari kerajaan tetangga. Mendengar kabar itu, Sang Adik tidak terima dan merasa cemburu. Akhirnya Sang Adik pergi ke rumah penyihir dan meminta agar penyihir mengubah kakaknya menjadi seekor keong. Dan berubahlah sang kakak menjadi seekor keong.
Penyihir berkata Sang Kakak bisa berubah wujud kembali jika ia menemukan cinta sejatinya. Cerita Keong Mas ini berakhir dengan bahagia. Karena akhirnya Sang Pangeran bisa menemukan Keong Mas. Keong Mas pun berubah kembali menjadi seorang putri.
3. Malin Kundang
Alkisah, hiduplah seorang ibu dengan anak laki-laki semata wayangnya bernama Malin Kundang. Ketika Malin Kundang sudah beranjak dewasa, ia pun ingin pergi mengadu nasib di negeri sebrang seperti jejak ayahnya. Dengan berat hati, ibu Malin Kundang pun melepaskan kepergian putra tercintanya.
Sesampainya di tanah seberang, ia bekerja pada salah satu saudagar yang kaya raya. Karena ketekunannya, Malin Kundang pun menjadi tangan kanan saudagar kaya tersebut.Ia akhirnya menikahi putri saudagar kaya raya yang cantik dan menjadi orang yang kaya raya. Sayangnya, ketika ia sudah kaya raya dan sukses, ia menjadi lupa dengan orang tuanya. Ketika ia menuju kampung halamannya, ia tidak mengakui ibu kandungnya sendiri yang miskin. Sang ibu kecewa dan sakit hati, ia pun mengutuk Malin Kundang menjadi sebuah batu.
4. Timun Mas
Cerita dongeng menarik lain yang bisa menjadi inspirasi adalah kisah Timun Emas. Cerita ini mengisahkan seorang ibu yang ingin sekali memiliki anak. Suatu hari, raksasa di hutan mendengar suara si ibu ketika berdoa. Raksasa itu memberi bij mentimun pada si ibu. Raksasa mengatakan bahwa dalam Timun yang ditanam akan ada bayi, dan ia harus menyerahkan kembali ke raksasa ketika bayi telah tumbuh dewasa.
Ketika timun tumbuh, terdapat buah yang besar. Ketika dibelah isinya bayi yang sangat cantik. Ibu tersebut sangat senang. Tanpa terasa, anak bayi sudah dewasa. Ia harus menyerahkannya kepada raksasa. Akhirnya, kisah Timun Mas yang dikejar raksasa pun dimulai.
Baca Juga: 11 Cerita Dongeng Pendek Penuh Nasihat dan Pesan Moral untuk Anak
5. Hakim yang Adil
Ratusan tahun lalu, ada seorang hakim di Cina bernama Duan Guangqin. Ia terkenal sebagai hakim yang adil.
Suatu hari, Duan Guangqin berjalan-jalan di sebuah pasar. Ia tertarik melihat orang-orang yang berkumpul di toko ayam. Ia segera mendatangi kerumunan itu untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Ternyata, seorang petani telah menjatuhkan sebuah karung yang berat ke atas seekor ayam hingga ayam itu mati. Ayam yang mati itu masih kecil dan hanya berharga beberapa sen. Tapi, si pemilik toko yang kikir memaksa si petani membayar ganti rugi seratus sen.
Si pemilik toko berpendapat bahwa ayam kecil itu akan tumbuh menjadi ayam besar yang harganya seratus sen. Jadi, si petani harus membayar seratus sen.
“Orang ini telah ceroboh menjatuhkan karungnya sehingga membuat ayamku mati. Ayam ini akan dihargai seratus sen dalam dua tahun lagi. Itulah mengapa aku memintanya membayar seratus sen,” kata si pemilik toko kepada Duan Guangqin.
Duan Guangqin mengangguk dan berkata, “Harga ayam ini seratus sen. Jadi, kau harus membayar seratus sen,” kata Duan Guangqin kepada petani.
Kerumunan orang itu tertegun mendengar keputusan Duan Guangqin yang tidak merasa kasihan kepada si petani tua yang miskin.
Sementara, si pemilik toko gembira sekali mendengar keputusan itu. “Kau memang adil, Yang Mulia,” kata si pemilik toko sambil menciumi tangan Duan Guangqin.
“Kau berikanlah sekarung gandum kepada petani sebagai ganti pembayarannya seratus sen,” perintahnya pada pemilik toko.
Wajah pemilik toko berubah pucat. Ia tahu bahwa harga sekarung gandum lebih dari seratus sen. Kerumunan orang itu berteriak gembira dan bertepuk tangan. Mereka memuji kehebatan dan keadilan Duan Guangqin. Si kikir pemilik toko pun mendapatkan pelajarannya.
6. Sangkuriang
Pada zaman dulu hiduplah Dayang Sumbi bersama dengan anaknya yang bernama Sangkuriang. Suatu hari, Sangkuriang sedang pergi berburu dengan Tumang, saat sedang berburu ia melihat ada seekor rusa. Ia ingat ibunya sangat suka dengan rusa, kemudian ia menyuruh Tumang untuk mengejar rusa tersebut. Namun Tumang gagal, Sangkuriang pun menjadi sangat marah. Ia kemudian membunuh Tumang dan mengambil hatinya untuk kemudian dimakan bersama ibunya.
Saat pulang, ia memberikan hati tersebut kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi kemudian memasak dan memakannya. Saat sedang makan berdua dengan anaknya, ia kemudian menanyakan keberadaan Tumang kepada Sangkuriang. Dengan wajah yang ketakutan, Sangkuriang menjawab jika Tumang sudah mati. Dayang Sumbi sangat marah kepada Sangkuriang, kemudian ia memukul Sangkuriang dengan sendok nasi dan mengusir Sangkuriang.
Setelah kejadian tersebut, Dayang Sumbi menangis dan merasa sangat menyesal. Setiap hari dirinya berdoa kepada sang Dewa. Hingga pada suatu hari Dewa memberikan Dayang Sumbi anugerah berupa kecantikan abadi dan menjadi wanita yang tidak akan pernah tua. Setelah diusir dari rumah, Sangkuriang berkelana hampir ke semua tempat, dan pada akhirnya kembali lagi ke halaman kampungnya. Saat di halaman kampungnya, Sangkuriang melihat Dayang Sumbi.
Ia terpana melihat kecantikannya dan berniat untuk menikahinya. Pada suatu hari saat pergi berdua dengan Dayang Sumbi, tidak sengaja Dayang Sumbi melihat bekas luka yang ada di kepala Sangkuriang. Sangkuriang menjawab jika luka tersebut didapatkan akibat pukulan sendok nasi dari ibunya. Mendengar cerita Sangkuriang, Dayang Sumbi kaget dan dia mengatakan bahwa dirinya merupakan Ibu kandungnya. Sangkuriang tidak percaya dan tetap akan menikahi Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi membuat permintaan kepada Sangkuriang. Jika ingin menikahinya, ia harus bisa membuatkannya perahu layar dalam waktu satu hari tidak lebih. Sangkuriang setuju dan dia mulai membuat perahu layar dibantu dengan jin. Melihat hasil pekerjaannya hampir selesai, Dayang Sumbi memohon bantuan kepada Dewa. Dayang Sumbi akhirnya membuat ayam jago berkokok lebih cepat dan berhasil membuat jin yang membantu sangkuriang pergi. Sangkuriang marah dan menendang kapal yang dibuatnya dan kapal tersebut jatuh diatas gunung dan menyatu dengan gunung tersebut. Sangkuriang kemudian meninggal karena terjatuh ke sungai Citarum.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Mari Belajar Mengambil Keputusan dari Pak Sising Sang Singa!