Kisah Athena diterbitkan tidak lama sebelumnya oleh Universitas Harvard. Athena berasal dari keluarga miskin, mereka bahkan tidak memiliki rumah. Ibu Athena hanya bisa membayar sewa jika dia perlu tinggal di tempat penampungan darurat. Juga, ibunya meninggal karena kanker payudara dan neneknya yang meninggal. Hal ini memungkinkan Athena untuk belajar keras.
“Aku merasa harus kuliah dengan baik karena tempat ini bukan keinginanku”, kata Athena. Nah, begitulah cara Athena bisa keluar dan mencari pekerjaan yang baik di masa depan. Athena adalah anak yang cerdas bahkan sebelum dia kehilangan rumahnya. Dia juga kapten tim seniman di sekolah seniman terkenal seperti Al Pacino, Jennifer Aniston, dan Ansel Elgort.
“Aku menelpon temanku dan berteriak, ”Ya Tuhan, Aku diterima oleh Harvard!” Itu sangat menggembirakan. Aku terbiasa menantang diri sendiri. Aku melakukannya selama sisa hidupku,” kata Athena, yang mendengar kabar baik saat bepergian dengan kereta api.
Selain unggul secara akademis, Athena berpartisipasi dalam program NYPD (Departemen Kepolisian New York) dan dilatih untuk menjaga lingkungan yang aman.
Berkat program ini, ia mendapat kesempatan untuk belajar bela diri, teknik patroli, pertolongan pertama, dan banyak lagi. Gadis berusia 18 tahun itu juga salah satu yang menerima hibah $1.000 dari kantor walikota.
Pesan moral: Siswa yang ingin belajar ilmu saraf ini berencana untuk belajar dan bekerja pada waktu yang sama. Kemudian, selama liburan, dia mengunjungi tempat penampungan bersama ibunya. Sang ibu juga merupakan sukarelawan Departemen Kepolisian New York. Athena bahkan mempertimbangkan untuk pergi ke polisi setelah lulus.
3. Penebang Kayu
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang sangat kuat yang meminta pekerjaan kepada pedagang kayu dan dia mendapatkannya. Gaji yang diberikan sesuai keinginannya dan tempat kerja dekat dengan tempat tinggalnya. Karena itu, pemuda itu memutuskan untuk bekerja dengan serius.
Akhirnya, saudagar itu memberinya kapak dan menunjukkan di mana kayu-kayu itu harus dipotong. Pada hari pertama, si penebang membawa 21 pohon.
“Wow, kamu kuat sekali, kamu bisa membawa pulang kayu sebanyak itu dalam sehari,” kata bosnya yang merupakan seorang pedagang kayu.
Termotivasi oleh Firman, keesokan harinya pemuda itu menebang pohon dengan usaha yang lebih keras. Tapi hari itu dia hanya bisa membawa 17 batang kayu. Dia bekerja lebih keras pada hari ketiga, tetapi dia hanya bisa membawa 10 dari mereka. Pohon semakin kecil setiap hari.
“Aku pasti kehabisan tenaga,” pikir penebang kayu. Dia menoleh ke pedagang kayu dan meminta maaf karena tidak dapat memahami apa yang terjadi.
“Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu itu?” tanya bos. “Mengasah? Aku tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Aku sangat sibuk menebang pohon”, kata penebang.
Pesan moral: Kerja keras saja mungkin tidak cukup untuk menjadi sukses. Kita juga harus bekerja dengan bijak.
4. Ibu
Lapak bunga Pak Tono dibanjiri pesanan. Dia sibuk membawa buket berisi ratusan bunga di atas mobil pick up. Ketika dia sedang sibuk, seorang wanita muda tiba-tiba datang dan berkata, “Permisi, berapa buket kecil?” Park Tono mengabaikannya sebentar dan menjawab, “50.000, Bu.”
“Maaf, apakah ada bunga yang seharga 30.000?” Wanita itu, dia tampaknya masih remaja, mungkin baru mulai sekolah menengah pertama. Ukuran tubuhnya hanya menipu Pak Tono. Penjual bunga kemudian bertanya lagi.
“Mau untuk siapa bunganya? kamu bisa mendapatkan bunga yang itu hanya dengan 30.000,” jawabnya sambil tersenyum.
“Terima kasih Pak, ini untuk ibu.”
“Apakah Ade berjalan ke sini?, pulangnya kemana?”