Sonora.ID – HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem imun tubuh manusia dengan menginfeksi, serta menghancurkan CD4
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh pun akan semakin lemah. Akibatnya, seseorang atau pengidapnya lebih rentan diserang oleh penyakit lain.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah.
Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui gejala HIV sedini mungkin.
Baca Juga: 10 Contoh Kuku yang Tidak Sehat, Jangan Diabaikan Bisa Menjadi Tanda Penyakit Serius!
Gejala HIV pada wanita umumnya tidak jauh berbeda dengan gejala HIV pada pria.
Namun, ada beberapa gejala HIV yang memang hanya ditemukan pada pasien wanita, misalnya gangguan menstruasi, keputihan, atau luka di organ intim yang sering kambuh dan sukar disembuhkan.
Supaya lebih paham, berikut penjelasan gejala HIV pada wanita yang perlu diwaspadai karena ternyata mirip flu biasa.
Gejala dini mirip flu
Melansir Health Line, pada minggu-minggu awal setelah tertular HIV, tidak jarang orang tanpa menunjukkan gejala.
Sementara, beberapa orang mungkin mengalami gejala mirip flu ringan. Ini termasuk:
Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan waktu hingga 10 tahun untuk gejala yang lebih parah muncul.
Ruam kulit dan luka kulit
Kebanyakan orang dengan HIV mengalami masalah kulit. Ruam adalah gejala umum HIV, dan berbagai jenis ruam kulit telah dikaitkan dengan kondisi tersebut.
Ruam kulit mungkin merupakan gejala HIV itu sendiri atau akibat dari infeksi atau kondisi yang membersamai.
Jika ruam muncul, sebaiknya minta dokter meninjau riwayat kesehatan Anda. Dokter dapat menggunakan riwayat medis lengkap untuk menentukan tes diagnostik yang diperlukan.
Luka atau lesi juga bisa terbentuk di kulit mulut, alat kelamin, dan anus orang dengan HIV.
Namun, dengan pengobatan yang tepat, masalah kulit bisa menjadi tidak terlalu parah.
Baca Juga: 9 Cara Mengatasi Sakit Ulu Hati Tanpa Obat, Mudah Dilakukan Sendiri
Infeksi vagina berulang
Infeksi vagina sebagai gejala HIV pada wanita umumnya disebabkan oleh kandidiasis vagina.
Meski dapat dialami oleh semua wanita, infeksi vagina pada wanita yang terinfeksi HIV biasanya akan lebih sering kambuh dan sulit diobati.
Ini merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh mulai melemah.
Infeksi vagina dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:
Nyeri di panggul atau perut bagian bawah
Gejala HIV pada wanita lainnya adalah muncul rasa nyeri di bagian bawah perut atau panggul (radang panggul). Kondisi ini disebabkan oleh infeksi pada rahim, indung telur, atau tuba fallopi.
Seperti halnya infeksi jamur vagina, keluhan radang panggul pada penderita HIV biasanya lebih sulit diobati dan lebih sering kambuh.
Selain rasa sakit di bagian bawah perut, gejala radang panggul lain yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang berbau tidak sedap, gangguan menstruasi, demam, dan nyeri ketika berhubungan seks atau buang air kecil.
Gangguan menstruasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan menstruasi banyak terjadi pada wanita yang terinfeksi HIV, khususnya ketika infeksi HIV sudah memasuki tahap lanjut.
Gangguan menstruasi bisa berupa siklus haid tidak teratur, darah haid menjadi lebih banyak atau lebih sedikit, dan munculnya keluhan PMS yang lebih berat dari sebelumnya.
Namun, gangguan menstruasi baru patut dicurigai apabila kemunculannya disertai beberapa gejala HIV lainnya.
Baca Juga: Pantangan Syaraf Kejepit, Aktivitas dan Makanan yang Wajib Dihindari Kalau Mau Cepat Sembuh!
Kelenjar bengkak
Kelenjar getah bening terletak di beberapa lokasi di tubuh manusia, termasuk leher, belakang kepala, ketiak, dan selangkangan.
Sebagai bagian dari sistem kekebalan, kelenjar getah bening menangkis infeksi dengan menyimpan sel kekebalan dan menyaring patogen.
Ketika HIV mulai menyebar, sistem kekebalan bekerja dengan sangat cepat. Akibatnya, kelenjar getah bening bisa membesar.
Kondisi ini sering kali menjadi salah satu tanda pertama HIV. Pada orang yang hidup dengan HIV, pembengkakan kelenjar bisa berlangsung selama beberapa bulan.
Alami infeksi oportunistik
HIV mempersulit sistem kekebalan untuk melawan kuman, sehingga infeksi oportunistik (IO) lebih mudah terjadi.
Beberapa di antaranya termasuk:
Infeksi jamur (sejenis kandidiasis) dan infeksi bakteri mungkin lebih umum pada wanita HIV-positif ketimbang pada pria HIV-positif, serta lebih sulit untuk diobati.
Secara umum, orang dengan HIV juga lebih rentan terhadap infeksi pada area tubuh berikut:
Demam dan keringat malam
Orang dengan HIV mungkin mengalami demam ringan dalam waktu lama. Suhu tubuh antara 37,7 derajat Celcius dan 38,2 derajat Celcius dianggap sebagai demam ringan.
Tubuh mengalami demam jika ada yang tidak beres. Tetapi penyebabnya memang tidak selalu jelas.
Karena ini demam ringan, orang-orang yang tidak menyadari status HIV-positifnya sangat mungkin mengabaikan gejalanya.
Terkadang, keringat malam yang mengganggu tidur bisa menyertai demam.
Baca Juga: 8 Manfaat Wortel Mentah Bagi Kesehatan, Bisa Melawan Penyakit Kronis!