15 Puisi Hari Ayah Nasional 2022 Sederhana, Namun Penuh Kesan Istimewa

12 November 2022 06:00 WIB
Puisi Hari Ayah.
Puisi Hari Ayah. ( Freepik)

Ayah Segalanya Untukku

Ayah..

Beribu kata telah kau ucapkan

Beribu cinta telah kau berikan

Beribu kasih telah kau suguhkan

Hanya untuk aku.. anakmu..

Ayah..

Kau ajarkan aku tentang kebaikan

Kau tunjukkan aku tentang arti cinta

Kau jelaskan aku tentang makna kehidupan

Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang

Ayah..

Betapa mulianya hatimu

Kau korbankan segalanya untukku

Kau banting tulang hanya untukku

Aku berjanji akan tulusnya hatimu

Bahwa aku akan selalu menjagamu

Aku akan selalu menyayangimu hingga akhir hidupku

Terima kasih Ayah untuk semua kasih sayangmu..

Yang Tidak Pergi

Raga dan jiwa mungkin pergi

Tapi cinta kita tidak pergi

Sayang kita tidak pernah pergi

Ada selalu di dalam hati

Cinta kami untuk ayah

Cinta yang akan selalu bersemi

Sayang kami untuk ayah

Sayang yang tiada berhenti

Ayah tidak pernah pergi

Karena cinta dan sayang ini

Ayah selalu ada bagi kami

Di dalam sanubari

Ayahku Pahlawanku

Ayahku

Cari nafkah tiap hari

Dalam kepenatan dunia

Yang tanpa akhir

Pagi yang jelas mengawali pekerjaan

Siang dalam perjalanan

Malam berbuntut baru temu

Dengan muka sayu tersisa tenaga

Seluruh itu jadi investasi untuk keluarga

Untuk periode depan anak-anak

Serta istri yang menunggu tiap hari

Tiada basa-basi serta itungan tentu

Ayahku pahlawanku

Rintangan hidup silih bertukar

Terkadang melawan

Dengan situasi tidak teratasi

Seluruh itu jadi rutinitas sehari-hari

Tiada istirahat yang lebih

Memetik rezeki yang utama

Untuk anak istri tiap hari

Baca Juga: 10 Doa Untuk Keluarga Tercinta: Dari Meminta Rezeki hingga Keselamatan

Kepada Bapak - (Gunoto Saparie)

Ada peci putihmu tergantung di kapstok

Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi

Namun jarum-jarum jam dinding berhenti

Dan kalender di tembok pun mendadak rontok

Ada potretmu mengabur di dekat pintu

Ada senyum tipis membayang harapan

Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu

Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan

Tentang negara, agama, dan pengabdian

Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan

Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:

Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang

Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning

Berjajar di rak, terserak di meja lantai

Ada yang tertinggal di hati Allah, kasihmu abadi

Ayah yang Begitu Sempurna

Ayah kau begitu sempurna

Kau adalah hembusan napasku

Kau adalah penyemangat hidupku ayah

Kau yang selalu ada di setiap kesedihan, dan bahagianya hidupku

Maaf ayah sampai saat ini aku belum membahagiakanmu ayah

mungkin dengan belajar dengan sungguh-sungguh aku dapat membahagiakanmu

Terima kasih ayah,

tanpamu aku tidak berguna di kehidupanku ini

Ayah

Kerinduanku berbisik dengan merdu

Ia berbicara mengenai laluku

Senyuman indah di bibirmu

Menjadi memori yang menyayat kalbu

Ayah...

Aku merindukanmu

Panutanku

Saat aku kecil

Ayah sangat baik

Kau peluk aku dengan jari-jarimu yang kuat

Kau belai serta kau cintai aku

Ayah

Ketika ibu ada

Kamu bersama ibu mendidikku

Memberi apa saja yang aku meminta

Bekerja, cari uang supaya aku masih tersenyum

Ayah

Tidak ada pahlawan yang lebih bagus sesudah Ibu

Kecuali Kamu Ayah

Ayah, Engkaulah pahlawanku

Getar Malam Rinduku

Inginku gali gundukan itu

Dan mencabut papan nama setiap dukaku

Biarlah napasku memeluk tentangmu

Puisi-puisi gelap menimang ku

Sajak berairmata merangkulku

Dan merambatkan tiap ratap di sekitar gelap

Seolah kamu utus jangkrik untuk memejamkan lelahku

Nyanyi cerita tentang dahaga merindu

Seolah kamu titipkan restumu

Lewat dingin malam menyuap

Mantra-mantra penghapus basah tatapku

Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu

Seperti suara hati yang tersampaikan padaku

Bahkan suara gitar berbeda saat anganku

Menuju kenanganmu

Getar yang memancar melahirkan syair

Bak pujangga berlagu

Ini untukmu, Itu buatmu, Dan doa sebagai baktiku

Aku sungguh merindumu, Ayahku..

Jalan Pulang

Berjuta-juta kasih sayang yang kau berikan

Tak akan pernah bisa terbalas dengan apapun yang ku lakukan

Meskipun tak pernah terlihat

Tapi semuanya jelas nampak dari tetes keringat

Aku tahu

Bukanlah suksesnya anakmu menjadi kaya raya yang kau harapkan

Kau pernah bilang, urusan rizki, Tuhan yang punya urusan

Sering ku temui pesan tersirat

Dari setiap obrolan jarak jauh yang kita buat

Seolah kau ingin anakmu ini mendekat

Untuk memelukmu erat

Setelah sekian lama tak berjumpa

Kutemui wajahmu terlihat berbeda

Usiamu yang sudah tua

Membuat pipimu keriput di mana-mana

Di Kuburan Ayah - (Slamet Sukirnanto)

Berteduh pohon kamboja berkembang

Tinggalmu yang kekal

Tak kenal lagi senyummu

Memikat hatiku

Ketika masih kanak

Bukan segunduk tanah

Kupuja. Kerna diharamkan agama

Adalah hidupmu

Mengenang di kalbu!

Baca Juga: 50 Kata-Kata Anniversary Pernikahan Ini Bisa Buat Pasangan Terharu

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm