Partikel es dari uap air tersebut akan membentuk gumpalan putih yang bisa disebut sebagai awan setelah saling mendekat satu sama lain.
Proses partikel-partikel es yang saling mendekat itu kemudian disebut sebagai koalesensi.
Pada tahap tersebut, partikel es berukuran jari-jari sekitar 5-20 mm dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s.
Baca Juga: 4 Sumber Energi Terbesar di Bumi dan Manfaatnya untuk Makhluk Hidup
Sementara, partikel itu tidak akan jatuh ke bumi apabila kecepatan aliran udaranya lebih tinggi.
Perbedaan suhu dan ketinggian awan di udara mempengaruhi uap air menjadi es. Suhu akan semakin dingin apabila awan terbentuk semakin tinggi pula.
Uap air akan naik ke atas pada proses kondensasi karena terkena panas matahari.
Setelah cukup tinggin uap air naik, maka akan terjadi pengembunan yang nantinya berubah menjadi tetesan air.
Namun, perlu dicatat bahwa air yang mengembun tidak semuanya akan membentuk awan.
Hal itu dikarenakan sebagian air mengembun di dekat tanah, sebagian lagi naik menjadi kabut dan akan naik ke langit membentuk awan.
Presipitasi
Proses yang ketiga adalah presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya butiran es di awan, kemudian turun menjadi titik-titik hujan ke bumi.
Awan yang telah terbentuk pada proses sebelumnya barangkali tertiup angin dan terbawa sehingga menjadi turun hujan di tempat lain dari proses sebelumnya.
Awan yang sudah terlalu padat dengan uap air dan tidak bisa lagi menahan beban air akan jatuh ke daratan, kemudian menjadi titik-titik hujan.
Ukuran titik-titik hujan bervariasi mulai dari 0,5 milimeter atau lebih besar. Sementara, hujan gerimis berukuran kurang dari 0,5 millimeter.
Ukuran tersebut biasanya bervariasi tergantung lokasi awan yang menurunkan hujan.
Gerimis diturunkan oleh awan dangkal, sementara hujan deras diturunkan oleh awan dengan tinggi menengah atau sangat tinggi.
Lantaran posisi hujan yang sangat tinggi, udara di tempat awan berada sangat dingin, kemudian biasanya hujan akan jatuh sebagai salju ataupun es.
Semakin menurun mendekati daratan, es itu akan mencair menjadi air hujan. Semakin mendekati daratan, suhu akan semakin menghangat, kemudian mencairkan titik-titik es.
Perlu diketahui, setiap belahan bumi memiliki curah hujan berbeda-beda.
Misalnya di wilayah padang pasir curah hujannya hanya kurang dari 10 milimeter hujan per tahun.
Berbeda halnya dengan negara tropis seperti Indonesia yang rata-rata memiliki curah hujan 2.000-3.000 milimeter per tahun.
Baca Juga: Dampak Pencemaran Tanah Bagi Kesehatan Makhluk Hidup dan Ekosistem