Sinergi dengan Kemenkeu, SKK Migas Luncurkan Sistem Informasi Terintegrasi

24 November 2022 10:45 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap, International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang diinisiasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dapat mendorong investasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap, International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang diinisiasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dapat mendorong investasi ( )

Renstra IOG 4.0 merupakan rangkaian rencana strategis industri hulu migas untuk mewujudkan visi bersama yaitu mencapai produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan produksi gas sebesar 12 BSCFD pada tahun 2023 dengan tetap mempertimbangkan efek berganda industri hulu migas bagi ekonomi nasional dan keberlanjutan lingkungan.

Kegiatan IOG yang berlangsung selama tiga hari bertujuan untuk mendiskusikan dan mengevaluasi progres Renstra 4.0.

Konvensi internasional ini diselenggarakan secara hybrid dengan jumlah peserta mencapai 1.500 untuk peserta yang hadir langsung dan sekitar 23.000 peserta terdaftar secara online.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap, International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang diinisiasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dapat mendorong investasi dan mengadaptasi transisi energi melalui kolaborasi yang lebih kuat. Sesuai dengan tema IOG 2022.

“Mengingat energi, khususnya minyak, menjadi salah satu isu yang sangat penting saat ini dalam perbincangan di tingkat global, apalagi dengan krisis energi dan apa yang terjadi dengan perkembangan geopolitik,” kata Sri Mulyani dalam paparannya.

Indonesia, menurut Sri Mulyani, telah melewati pemulihan yang sangat kuat dalam tiga kuartal terakhir.

Namun risikonya kini telah bergeser. “Ada risiko baru yang datang dari geopolitik yang menciptakan kenaikan harga yang sangat tinggi pada energi serta pupuk dan makanan,” ujarnya.

Kondisi tersebut, lanjut Sri Mulyani, menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi yang kemudian diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter. Dan telah menciptakan risiko penurunan ekonomi global.

“Untung bagi Indonesia, kita masih menikmati pemulihan ekonomi yang sangat tinggi, baik karena dukungan permintaan domestik dari konsumsi maupun karena ledakan komoditas. Pemulihan semacam ini tentu juga didukung oleh lingkungan global. Namun ketika lingkungan global kini menghadapi risiko penurunan, Indonesia perlu waspada,” bebernya.

Baca Juga: SKK Migas Galang Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm