Anggaran Pemerintah atau alat fiskal, diakui dia, telah memainkan peran yang sangat penting sejak ekonomi Indonesia terpukul oleh Panama.
Namun kebijakan fiskal ada batasnya. Sri Mulyani menyebut, tahun 2023 akan menjadi salah satu masa pemulihan pasca pandemi yang paling menantang secara global.
Sebab ketegangan geopolitik menciptakan krisis pangan dan energi. Terlebih ketegangan tersebut terjadi di wilayah penghasil pangan dan energi secara global.
Sri Mulyani menyampaikan, banyak tantangan yang perlu dibenahi pada industri hulu migas di Indonesia. Sebab sebagian besar produksi minyak Indonesia sebenarnya berasal dari lapangan yang relatif sudah tua.
“Karena itu kita perlu merevitalisasi kebijakan agar kita mampu menciptakan iklim investasi yang tepat bagi industri hulu sekaligus tetap berkomitmen pada mekanisme transaksi energi kita,” imbuhnya.
Untuk itu, lanjut Sri Mulyani, Pemerintah akan terus menggunakan kebijakan fiskal agar dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara kebutuhan akan ketahanan dan kepastian energi, sekaligus mewujudkan komitmen transisi energi yang kredibel.
“Menghasilkan bauran energi yang tepat di Indonesia, baik bahan bakar fosil maupun bahan bakar non-fosil, namun tetap konsisten dengan transisi energi kita,” terangnya.
Dia berharap, IOG 2020 ini dapat memberikan pandangan serta aspirasi, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga dunia, untuk menemukan keseimbangan yang tepat.
“Di satu sisi tetap terus memberikan ketahanan energi dan bauran energi, antara bahan bakar fosil dan non-fosil, sekaligus menjaga dunia terhindar dari bencana ancaman perubahan iklim,” tandasnya.
Baca Juga: Komitmen Pemerintah dan SKK Migas Jaga Ketahanan Energi dengan Kolaborasi