Sonora.ID - Tahun 2022, perekonomian dunia mengalami ketidakpastian karena pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Kedua hal tersebut menjadi penyebab utama krisis global karena kedua negara tersebut merupakan produsen utama beberapa komoditas yang dibutuhkan dunia.
Di tengah krisis dunia akibat pandemi, perperangan, dan faktor lainnya, dunia mengakui keberhasilan Indonesia dalam menjaga kondisi perekonomian tetap stabil.
Inflasi Indonesia hanya 4 sampai 5 persen, sementara Amerika Serikat mencetak inflasi mencapai 9 persen.
Asisten Deputi Keuangan Daerah dan Sektor Riil, Puji Gunawan mengatakan ekonomi Indonesia mengalami tren kenaikan.
Baca Juga: Indonesia Tahan Resesi 2023: Pemerintah Optimistis Tapi Tetap Waspada
"Kalau kita bandingkan 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, kita masih bisa termasuk," ujar Puji dalam acara Smart Business Outlook 2023 di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu 30 November 2022.
Ia melanjutkan, Indonesia masih survive dalam menghadapi krisis global walaupun RI masih ada di awal batas target.
"Jika dibandingkan dengan Turki dan Amerika Serikat yang mengalami inflasi 8%, inflasi Indonesia masih survive walaupun kita masih di awal target," tambahnya.
Di tengah ketidakpastian global, lanjutnya, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan.
"Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tumbuh cukup impressive. Karena kita ada kebijakan yang luar biasa selama pandemi dan setelah pandemi," ungkap dia.
Di kuarter 3 tahun 2022 Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi hingga 5,7%.
"Sektor penopang pertumbuhan itu berasal dari domestik," pungkasnya.
Puji Gunawan juga mengungkapkan prospek tahun 2023 yang akan terjadi di Tanah Air yaitu:
1. Konsumsi rumah tangga masih akan relatif stabil dengan tingkat upah yang terus membaik. Reformasi perlinsos akan membantu dalam melindungi daya beli masyarakat miskin dan miskin ekstrem.
2. Seiring meredanya pandemi, alokasi Belanja Pemerintah untuk PCPEN akan beralih pada belanja dengan multiplier effect tinggi.
Baca Juga: Tips Selamat dari Krisis Global Menjelang 2023 yang Penuh Ketidakpastian
3. Investasi tumbuh walaupun belum optimal, seiring dengan berlanjutnya proyek pembangunan infrastruktur prioritas, PSN, IKN serta pengembangan industrialisasi.
4. Ekspor solid didukung harga komoditas yang masih tinggi serta ditopang oleh indutri manufaktur yang masih ekspansif.
Turut hadir dalam acara ini Kepala Kebijakan Ekonomi Makro, Abdurrahman, Ekonom Senior Hendri Saparini, Trainer & Seminar Speaker James Gwee, Motivator & Pakar Marketing Tung Desem Waringin, Praktisi Pasar Global Ryan Filbert, CEO MarkPlus Inc, Jack Mussry.
Smart Business Outlook 2023 didukung oleh Summarecon Serpong, PT Pegadaian, Isuzu, Bank BCA, KAI wisata, Eyevit dari PT Lapi Laboratories, PT Mandiri Tunas Finance, Samco Health by Samco & Hotel Borobudur Jakarta.