Stigma HIV/AIDS Di Bali Masing Tinggi, ODHA Tak Boleh Sekolah

4 Desember 2022 21:55 WIB
Ilustrasi HIV AIDS.
Ilustrasi HIV AIDS. ( )

Di Tabanan, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan setempat, dr Ketut Nariana mengatakan, kasus HIV/AIDS meningkat tajam. Pada 2021 yang hanya ditemukan 9 kasus, kini di 2022, meningkat menjadi 24 kasus. 24 kasus ini tercatat awal Januari 2022 hingga Oktober 2022.

Berdasarkan Informasi yang dihimpun, mulai 2018 lalu, Dinas Kesehatan Tabanan menemukan 47 kasus HIV dan AIDS 61 kasus. Kemudian, di 2019 ditemukan 45 kasus HIV dan 53 kasus AIDS. Pada 2020, ditemukan 43 kasus HIV dan 40 kasus AIDS. Pada 2021 ada 53 kasus HIV dan 9 kasus AIDS. Pada 2022, hingga Oktober 2022 AIDS meningkat tajam menjadi 24 kasus dan HIV 45 kasus.

Nah, untuk kasus 2022 sendiri rentang kasus usia antara 5 tahun sampai 60 tahun. Terbanyak adalah usia 20 tahun sampai 59 tahun. Dan faktor jangkitan HIV/AIDS adalah hubungan heteroseksual, tato dan perinatal.

Menurutnya, faktor peningkatan kasus adalah karena orang yang terjangkit kurang disiplin minum obat. Pihaknya pun, sudah memberikan pelayanan dan imbauan maksimal. Kasus AIDS meningkat karena kasus HIV berubah stadiumnya menjadi AIDS.

Di Klungkung, Kepala Dinas Kesehatan setempat, dr Ni Made Adi Swapatni mengatakan, sepanjang 2022, terdata 39 kasus baru HIV/AIDS.

Bahkan 6 kasus diantaranya, diderita oleh remaja dengan rentang usia 20-24 tahun, 28 orang berusia 25-49 tahun, dan 5 orang berusia lebih dari 50 tahun. Secara keseluruhan, ODHA di Klungkung tahun 2018-2022 ada 224 orang.

Sekretaris KPA Klungkung I Wayan Sumanaya menjelaskan, kasus baru HIV/AIDS biasanya ditemukan saat adanya warga yang datang konseling di Puskesmas. Menurutnya, ODHA biasanya baru menunjukkan gejala setelah 5 tahun terinfeksi. Itu pun masih ada ODHA yang sengaja menutup diri, sehingga belum terdata.

Baca Juga: Ciptakan Akses Kebutuhan Penyintas HIV/AIDS, PKBI Sumut Gelar Lokakarya Konsep Advokasi

"Tidak menutup kemungkinan, angka ODHA di Klungkung lebih dari yang terdata saat ini," katanya.

Di Bangli, Kepala Dinas Kesehatan setempat, I Nyoman Arsana, mengatakan, ibu hamil wajib menjalani serangkaian pemeriksaan, salah satunya pemeriksaan HIV/AIDS. Dari pemeriksaan yang dilakukan sejak awal 2022, tercatat dua orang dari 2.311 ibu hamil reaktif HIV.

Pihaknya menjelaskan, ibu hamil memiliki risiko melahirkan anak dengan beberapa penyakit bawaan. Oleh sebab itu ada program nasional untuk pemeriksaan beberapa penyakit, di antaranya sipilis, HIV/AIDS, hingga hepatitis.

Terkait pemeriksaan HIV/AIDS pada ibu hamil, lanjut Arsana, tujuannya untuk mencegah munculnya orang dengan HIV/AIDS (ODHA) baru.

Arsana menambahkan, kasus HIV/AIDS ini bagaikan fenomena gunung es. Pihaknya mensinyalir ada lebih dari 18 pasien yang aktif memeriksakan diri ke RSU Bangli. Maka dari itu pihaknya menyarankan pada masyarakat yang merasa berisiko, agar datang ke pelayanan kesehatan.

EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm