Pada saat itu, Kikkoden terjadi di waktu yang hampir bersamaan dengan kalender lunar sebagai upacara penyucian tradisional Shinto Jepang yang juga terkait dengan menenun.
Dalam upacara tersebut, seorang "miko" Shinto akan menenun pakaian yang rumit pada alat tenun khusus.
Nah, alat tenun tersebut dikenal sebagai "Tanabata". Kemudian pakaian itu dipersembahkan kepada dewa Shinto untuk didoakan agar memiliki panen yang baik serta perlindungan tanaman padi.
Karena upacara Shinto dan Kikkoden ini terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dan keduanya membahas tenun, maka mereka secara bertahap bergabung menjadi sebuah festival baru yang hingga saat ini dikenal sebagai Tanabata.
Apa Arti dari Tanabata?
Tanabata memiliki arti "Malam ketujuh" dimana dalam Kanji dituliskan seperti ini 七夕. Pada awalnya ini dibaca sebagai "shichiseki" ("shichi" dibaca 七, yang berarti Tujuh, dan "seki" dibaca dengan 夕, yang berarti malam), tetapi setelah festival tersebut digabungkan dengan upacara Shinto, pembacaan kanji berubah menjadi "Tanabata," sementara mereka tetap mempertahankan arti aslinya dari malam ketujuh.
Baca Juga: Ada TIktok Challenge di Festival Seni Universitas Terbuka Medan
Kapan Festival Tanabata Dirayakan?
Tanabata dirayakan pada waktu yang berbeda di bulan Juli dan Agustus. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara kalender lunisoral tradisional Jepang serta kalender Gregorian yang memiliki jarak satu bulan.
Secara umum, diakui bahwa Tanabata harus diadakan pada hari ketujuh bulan yang ketujuh yaitu 7 Juli dalam kalender yang biasa kita pakai.
Namun, beberapa tempat memilih untuk menetapkan tanggal festival tersebut lebih dekat ke kalender asli mereka.
Pada tahun ini tanggal 7 bulan 7 dalam kalender lunar merupakan tanggal 14 Agustus kemarin, dan pada tahun 2023 nanti, akan menjadi tanggal 4 Agustus. Meskipun bukan menjadi hari libur nasional di Jepang, tetapi menjadi salah satu acara yang disukai oleh Masyarakat Jepang
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.