Dukungan PFI untuk Percepatan Perkembangan Indonesia

14 Desember 2022 11:45 WIB
Gathering Perhimpunan Filantropi Indonesia diikuti oleh peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan organisasi, Selasa (13/12/2022)
Gathering Perhimpunan Filantropi Indonesia diikuti oleh peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan organisasi, Selasa (13/12/2022) ( Dok. PFI)

Bandung, Sonora.ID - Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) mendorong ko-kreasi dan kolaborasi multipihak untuk menciptakan ekosistem yang kondusif.

“Memasuki Decades of Action, aksi kolektif diharapkan dapat menjadi penggerak motor antar pemangku kepentingan untuk saling melengkapi sumber daya masing -masing,” ucap Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Filantropi Indonesia ( PFI) Franciscus Welirang, dalam siaran pers yang diterima Sonora Bandung, Rabu (14/12/2022)

Sambutan yang disampaikan pada acara Members Gathering Perhimpunan Filantropi Indonesia, di Jakarta, Selasa (13/12/2022) kemarin, Franciscus juga mengatakan, semangat kolaborasi harus dikembangkan dalam ketujuh Klaster Filantropi yang ada di PFI. 

“Saya harap klaster Filantropi yang telah ada bisa terus dikembangkan dan dimanfaatkan oleh anggota PFI untuk berbagi pengetahuan, praktik baik, dan pengalaman sekaligus menjadi ruang berkolaborasi,“ kata orang yang akrab disapa Franky.

Diketahui sejak 2016, PFI telah membentuk tujuh klaster fillantropi yakni klaster pendidikan, pemukiman dan perkotaan, lingkungan hidup dan konservasi, kesehatan, ketahanan pangan dan gizi, kesenian dan budaya, serta zakat on SDGs.

Baca Juga: Puluhan Startup Hadir di 'Bandung Startup Pitching Day 2022'

Franky menegaskan, sosialisasi Kode Etik Filantropi Indoneia (KEFI) perlu digencarkan lagi agar pihak -pihak terkait memahami dan melaksanakannya. 

“Kita perlu bersama-sama dan bekerja sama untuk mensosialisasikan dan menerapkan kode etik untuk  menumbuhkan kepercayaan masyarakat serta membangun tata kelola lembaga filantropi yang akuntabilitas dan transparansi," ungkap Franky.

Event Gathering Perhimpunan Filantropi Indonesia diikuti hampir seratus peserta yang berasal dari berbagai lembaga dan organisasi. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), Gusman Yahya menuturkan, tujuan kegiatan ini antara lain untuk mendiskusikan peluang kerja sama multistakeholder dalam rangka mendukung percepatan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.

Menurutnya, PFI mewadahi sumber daya yang besar dari anggotanya, yang terdiri dari perusahaan, yayasan, lembaga, CSO, dan individu. 

"Ini sangat potensial untuk merealisasikan terjadinya aksi kolektif kolaborasi untuk mewujudkan keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan," tegas Gusman.

“Klaster Filantropi punya peranan penting dalam mendorong kolaborasi dan ko-kreasi untuk mencapai tujuan bersama dalam percepatan pembangunan berkelanjutan. Setiap anggota bebas memilih klaster sesuai dengan prioritas organisasi masing-masing,” imbuhnya.

Baca Juga: Komentar Pengamat Terkait Fenomena Bom Bunuh Diri yang Terjadi di Bandung

Gusman menjelaskan, sektor filantropi menjadi salah satu kunci dalam pencapaian SDGs karena kegiatan dan inisiatif penggiat filantropi punya andil memecahkan masalah sosial. Semangat gotong royong akan ko-kreasi dan kolaborasi menjadi salah satu agenda prioritas. 

“Kolaborasi aksi kolektif untuk pencapaian SDGs itu akan dijalankan melalui Filantropi Hub yang terdiri dari Philantropi Learning Center, Research Advocation and Publication Center, SDGs Center, dan Campaign and Communication Center,” jelas Gusman.

Di acara yang sama, Manager Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Nasional SDGs, Setyo Budiantoro mengatakan, di Indonesia banyak pihak yang punya kehendak baik untuk ambil bagian dalam penanganan masalah sosial. 

"Mereka perlu inspirasi, berupa kisah sukses yang pernah dilakukan dalam penuntasan problem yang dihadapi masyarakat," kata Setyo.

Ia mencontohkan, pemberdayaan petani di sebuah desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa tersebut adalah salah satu dari 10 daerah terkering di Indonesia. Tingkat kemiskinan dan jumlah anak stunting di desa tersebut tinggi.

Menurut Setyo, permasalahan warga desa itu akhirnya terpecahkan dengan diberlakukannya pertanian terpadu yang melibatkan multipihak antara lain kelompok tani, pemerintah daerah, pihak swasta, perbankan, lembaga sosial (yayasan) dan perguruan tinggi. 

Setyo optimis SDGs akan tercapai pada tahun 2030 dengan syarat semua pihak terlibat dan berkolaborasi. 

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm