Baca Juga: Studi Banding ke Jatim, BKKBN Sulsel Belajar Inovasi Percepatan Penurunan Stunting
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda menambahkan bahwa berbagai upaya dilakukan untuk mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi lokal, diantaranya melalui implementasi homestay naik kelas atau setara hotel.
"Membuat peraturan tentang klasifikasi dan sertifikasi homestay naik kelas. Peningkatan SDM dan bantuan sarana penunjang hingga membuat paket experience homestay dan promosi. Termasuk membuat perda larangan pendirian hotel dibawah bintang dua untuk memberi akses rakyat mengembangkan homestay. Saat ini di Banyuwangi ada 206 unit homestay, 65 unit hotel non bintang dan 16 unit hotel bintang," kata Yanuarto.
Pada acara yang sama, Ketua Lembaga Desa Wisata Tamansari, Mahsun menyampaikan bahwa Desa Tamansari cukup dikenal sebagai Desa Wisata berbasis Smart Kampung dengan berbagai potensi dan pencapaian yang telah diraih sekaligus sebagai tempat studi banding atau desa percontohan. Menurutnya, hal ini juga menjadi bentuk sinergitas Bank Indonesia dan masyarakat desa untuk menjaga stabilitas moneter dalam rangka peningkatan ekonomi daerah.
Selain pemaparan materi, kegiatan BBM di Banyuwangi juga dirangkai dengan berbagai tinjauan lokasi dan kegiatan, seperti Desa Wisata Tamansari dan Banyuwangi Ethno Carnival. Berlanjut meninjau sanggar Genjah Arum desa wisata Kemiren bernuansa rumah adat asli Suku Osing hingga kesenian adat asli Banyuwangi seperti tari barong kemiren, penampilan musik lesung (othek) hingga Tari Gandrung legendaris yang mendunia.
Peserta BBM juga berkesempatan meninjau Taman Nasional Alas Purwo, De Djawatan Purwosari Benculuk, hingga perjamuan Gala Dinner, berbagai quiz hingga hiburan live music.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News