15 Dongeng Pendek untuk Anak SD, Cocok Dibaca Sebagai Pengantar Tidur

3 Januari 2023 19:45 WIB
Ilustrasi, Dongeng Pendek untuk Anak SD
Ilustrasi, Dongeng Pendek untuk Anak SD ( Pexels)

Sonora.ID - Membaca dongeng pendek untuk anak SD bisa dilakukan sebagai pengantar tidur.

Dongeng adalah salah satu cerita rakyat (folktale) yang berasal dari berbagai daerah.

Dongeng jadi salah satu hiburan favorit anak-anak karena ceritanya yang menyenangkan namun sarat akan makna.

Dongeng bisa menjadi sarana pendidikan karakter untuk anak.

Karena begitu banyak manfaatnya, tak heran banyak orang tua rutin membacakan dongeng pendek untuk anak-anaknya.

Berikut beberapa referensi dongeng yang bisa dibacakan sebagai pengantar tidur.

Baca Juga: 6 Contoh Dongeng sebelum Tidur buat Pacar, Lucu dan Romantis!

Dongeng Pendek untuk Anak SD 

1. Malin Kundang

Pada dahulu kala, hiduplah seorang perempuan miskin bersama anak tunggalnya, bernama Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilannya tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka hidup berkekurangan.

Saat Malin Kundang beranjak dewasa, dia memutuskan untuk merantau ke kota untuk mengadu nasib di sana. Meskipun berat hati, ibunya pun mengizinkan Malin untuk merantau. Beberapa tahun kemudian, Malin berhasil mengubah nasibnya. Dia telah menjadi saudagar yang kaya raya serta juga mempersunting seorang perempuan bangsawan yang sangat cantik.

Suatu hari Malin ingin melihat keadaan desanya yang sudah lama ditinggali selama bertahun-tahun. Dia datang membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan kepada para penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi serta hendak memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya,” seru tetangga itu.

“Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya,” ucap ibu Malin, terkejut.

“Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan,” ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan anaknya selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.

“Malin, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?” katanya sambil memeluk Malin Kundang.

Malin yang merasa malu mengakui ibunya yang berpakaian lusuh tersebut bergegas melepaskan pelukan ibunya.

“Apa benar orang tua ini adalah ibumu?” tanya istri Malin, bingung.

“Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku,” jawab Malin.

Mendengar hal itu, ibunya sangat sakit hati atas perbuatan Malin, hingga akhirnya ibu Malin mengutuknya menjadi sebuah batu. Yang mana batu tersebut sekarang terkenal menjadi sebuah cerita rakyat Malin Kundang.

2. Anak Gembala dan Serigala

Hidup seorang anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya. Dia bertugas untuk merawat domba majikannya dan meminta tolong warga jika ada serigala yang mendekati domba. Bosan dengan rutinitasnya menggembala domba, anak gembala tiba-tiba berteriak, “Tolong! Ada serigala di sini!” Sontak, warga desa pun segera menghampiri dan menolong, tetapi mereka kesal karena anak gembala hanya bercanda.

Senang dengan reaksi warga, anak gembala pun terus-menerus menipu warga dengan mengatakan ada serigala datang. Sampai suatu sore hari, datanglah segerombolan serigala yang mendekati domba dan anak gembala. Ketakutan, anak gembala pun berteriak minta-tolong, tetapi tidak ada warga yang menjawab karena mereka sudah tidak percaya. Akhirnya si anak gembala menyesal dan tidak lagi mengulangi perbuatannya.

3. Si Kura-Kura yang Sombong

Seekor kura-kura sombong merasa dirinya lebih pantas terbang dibanding berenang dan jengkel karena tempurungnya yang berat. Dia pun selalu kesal ketika melihat burung-burung yang terbang bebas di langit.

Suatu hari, kura-kura memaksa seekor angsa untuk membantunya terbang dan si angsa mengusulkan kura-kura berpegangan pada sebatang kayu. Batang kayu tersebut pun kemudian diangkat oleh angsa dan dibawa terbang.

Sayangnya, genggaman tangan kura-kura melemah dan dia jatuh dengan keras. Untungnya kura-kura selamat karena keberadaan tempurung yang paling ia benci.

4. Burung Bangau yang Angkuh

Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya.

Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.

“Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil,” katanya kepada diri sendiri. “Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya.”

Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.

“Tidak,” kata sang Bangau. “Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!”

Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

5. Kelinci dan Kura-Kura

Di suatu hutan, seekor kura-kura menantang kelinci yang sering mengejeknya untuk adu lari cepat. Dengan penuh percaya diri, kelinci pun mengiyakan ajakan kura-kura dan mengajak teman-teman hewannya untuk menonton kelinci memenangi kompetisi adu lari melawan kura-kura.

Pada waktu pertandingan, kelinci pun berlari dengan kencang dan meninggalkan kura-kura. Namun, kura-kura tetap berusaha sekuat tenaga untuk berlari dan menambah kecepatan larinya. Di tengah jalan, kelinci memutuskan untuk istirahat karena mengira kura-kura masih jauh berada di belakangnya.

Namun, ketika bangun kelinci kaget karena kura-kura berhasil melewati garis finish. Para hewan pun bersorak gembira dengan kemenangan kura-kura, sedangkan kelinci pulang dengan malu.

Baca Juga: 6 Dongeng Sunda dengan Pesan Moralnya, Memiliki Makna yang Dalam!

Dongeng Pendek untuk Anak SD 

6. Dongeng Si Kancil dan Buaya

Suatu hari ada seekor kancil yang kelaparan dan berpikir untuk memakan mentimun yang berada di seberang sungai. Kancil pun mendapatkan ide jitu untuk menggunakan buaya agar bisa menyeberang sungai. Dia pun berlari ke arah sungai dan menghampiri buaya.

“Buaya, apa kamu sudah makan?” ujar kancil.

Buaya pun kesal karena kancil mengganggu tidur siangnya dan memarahi si kancil.

“Ada apa? Kau mengganggu tidur siangku!” jawab buaya kesal.

“Aku punya banyak daging segar yang ingin aku beri padamu dan teman-temanmu, apa kamu mau?” kata kancil.

Si buaya pun kegirangan dan segera memanggil teman-temannya untuk mendapatkan makanan dari kancil.

Akhirnya, para buaya berbaris dengan rapi di sungai untuk mendapatkan makanan dari kancil. Sebelum memberi daging, kancil ingin menghitung buaya terlebih dahulu dan akhirnya melompat-lompat kegirangan melewati sembilan buaya sambil berhitung.

Setelah menyeberangi sungai, kancil pun tertawa karena berhasil membohongi para buaya dan berhasil memakan mentimun segar.

7. Semut dan Belalang

Seekor semut yang giat bekerja tak lelah mengumpulkan makanan di hutan dan menyimpannya di sebuah lumbung. Semut melakukan hal ini di hari yang cerah atau hujan agar nanti lumbungnya tidak kosong di musim dingin.

Kebingungan dengan kelakuan si semut, belalang mengejek semut dan mengatakan semut tak harus bekerja giat karena ada banyak makanan di hutan. Mendengar perkataan belalang, semut pun tidak peduli dan terus mengumpulkan makanan dengan giat.

Tiba-tiba musim dingin pun tiba, semut yang punya banyak persediaan makanan bisa tinggal dengan nyaman di rumah. Sementara itu, belalang yang bermalas-malasan kehabisan cadangan makanan dan menangis di hutan yang dingin.

8. Sangi Sang Pemburu

Pada zaman dahulu, terdapat seorang pemburu bernama Sangi yang tinggal di dekat sungai. Suatu hari, Sangi pergi berburu tapi kesal karena tidak menemukkan satu pun buruan. Sangi kemudian memilih beristirahat di sungai dan tidak sengaja melihat jejak babi hutan.

Dia mengikuti jejak tersebut dan melihat seekor babi hutan berada di mulut seekor naga. Sangi ketakutan dan bersembunyi di semak, tapi naga melihat Sangi dan naga berubah menjadi pria tampan.

Pemuda itu mendekati Sangi dan menyuruh Sangi memakan babi hutan tersebut. Meski kebingungan, Sangi kemudian mendekat babi hutan dan kaget ketika melihat dirinya mampu memakan babi hutan dengan mudah.

Sangi pun kemudian berlari ke saudara-saudaranya dan mengatakan bahwa dia melihat naga. Namun, setelah rahasianya dibeberkan oleh Sangi, Sangi kemudian dikutuk dan berubah menjadi naga.

9. Pasir dan Batu

Andi dan Budi sedang berjalan di padang pasir sambil berdebat dengan satu sama lain. Tiba-tiba Andi menampar Budi karena kesal dengannya. Bukannya marah, Budi justru menuliskan “Hari ini teman baikku menamparku” di tanah.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dan menemukkan sebuah sumber air. Karena tergesa-gesa, Budi tergelincir dan hampir tenggelam, tetapi berhasil diselamatkan oleh Andi. Setelah diselamatkan, Budi menulis di batu “Hari ini teman baikku menyelamatkanku”.

Melihat kelakukan aneh Budi, Andi bertanya “Ketika aku menyakitimu kamu menulis di tanah, tapi ketika aku menyelamatkanmu kamu menulis di batu, kenapa?” Budi pun menjawab “Jika orang menyakitimu, kamu harus menulis di pasir agar angin menghapusnya dan kamu memaafkannya. Namun, ketika orang melakukan hal baik pada kita, kita harus mengukirnya di batu agar angin tidak menghapusnya dan perlakuannya selalu kita ingat”.

10. Gajah yang Pelupa

Geri adalah seekor gajah pelupa yang tidak pernah mengingat apapun dan selalu melupakan segala hal. Dia pun sering melupakan janjinya bersama teman dan mengingkari janjinya. Ketika dimarahi, Geri hanya dapat meminta maaf dengan tatapan yang menyedihkan. Karena hal tersebut, Geri dimusuhi oleh seekor gajah bernama Susi.

Susi sering kesal dan memarahi Geri ketika Geri lupa dengan janjinya. Sampai akhirnya, Susi meminta Geri merayakan ulang tahunnya dan jika Geri tidak datang, maka Susi tidak akan lagi berteman dengan Geri. Geri pun akhirnya mengikatkan pita besar di kasurnya agar dia bisa ingat untuk mengunjungi pesta Susi.

Ketika pagi hari, Geri melihat pita besar di kasurnya dan ingat dia memiliki janji dengan seseorang, tetapi lupa siapa yang membuat janji dengannya. Geri pun berkeliling hutan untuk menanyakan semua orang dan berpikir untuk mengunjungi Susi karena Susi gajah terpintar yang ia kenal. Ketika mengunjungi rumah Susi, Susi senang karena Geri mengingat janjinya dan merayakat ulang tahun bersama Geri.

11. Persahabatan Tikus dan Singa

Seekor tikus jail menggoda singa yang sedang tertidur, karena jengkel singa pun marah dan berniat memakan si tikus. Ketakutan dengan kemarahan singa, tikus pun menangis dan meminta ampun. Karena kebaikan singa, singa pun memaafkan si tikus dan melepaskan tikus. Tikus berterima kasih pada singa dan berjanji akan membalas kebaikan singa.

Suatu saat, terdengar suara meringis singa yang tertangkap jaring pemburu. Tikus pun segera membantu singa dengan menggerogoti jaring pemburu sampai keduanya bisa kabur dari jeratan pemburu.

12. Dua Ekor Kambing

Dua ekor kambing yang gagah ingin menyebrangi jurang menggunakan satu batang pohon kecil. Namun, batang pohon tersebut sangat kecil dan tidak bisa dilewati dua ekor kambing. Bukannya mengalah, kedua ekor kambing justru menyebrangi jembatan secara bersamaan sampai akhirnya keduanya bertemu di tengah jembatan.

Karena tidak mau mengalah, keduanya saling mendorong menggunakan tanduknya sampai keduanya jatuh ke dalam jurang dan tersapu air deras di bawahnya.

13. Akibat Suka Berebut

Ada dua bersaudara yang hobi memanah. Hari ini, mereka ingin berburu di padang rumput dekat sungai.

Biasanya, di sana ada angsa yang melintas. Mereka berdua memang sangat suka memakan daging angsa. Setelah mengambil busur, mereka berangkat ke padang rumput.

“Cepatlah, Dik. Aku sudah tak sabar ingin menangkap angsa untuk makan malam ini,” ajak sang kakak. Si adik pun bergegas mengikuti kakaknya.

Begitu sampai, keduanya bersembunyi di balik semak-semak. Tentu saja, agar angsa tidak mengetahui keberadaan mereka.

Setelah lama menunggu, akhirnya ada seekor angsa terbang melintasi sungai.

“Aku akan memanah angsa itu. Aku akan membuatnya menjadi angsa bakar,” ucap kakak.

“Tidak, Kakak. Biar aku saja yang menangkapnya. Aku ingin memakan angsa rebus,” tolak adik.

“Tidak, adikku. Aku yang lebih dulu melihat angsa itu. Dan aku akan membakar daging angsa itu,” ujar sang kakak tak mau kalah.

“Tapi, aku lebih muda darimu. Harusnya kau mengalah dan membiarkanku merebus angsa itu,” seru adik.

Kedua kakak beradik itu justru sibuk bertengkar. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa angsa buruan mereka sudah terbang menjauh.

“Lebih baik kita minta pendapat Kakek saja. Mungkin Kakek bisa memberi keputusan yang adil untuk kita,” usul sang kakak.

Sang adik pun setuju. Mereka pulang ke rumah untuk meminta saran kakek mereka. Begitu sampai di rumah, sang kakak menceritakan apa yang terjadi. Olala, kakek justru tertawa.

“Kenapa tidak kalian bagi dua saja angsa itu? Separuh bisa dibakar, dan separuhnya lagi bisa direbus,” saran kakek.

“Wah, benar juga kata Kakek. Mengapa aku tak berpikiran seperti itu?” Kakak setuju dengan kakek, begitu pula dengan sang adik.

“Tunggu apa lagi, Kak? Ayo, kita kembali ke padang rumput untuk memanah angsa itu,” ajak adik.

Mereka pun kembali ke padang rumput. Tapi terlambat, angsa sudah tak ada di sana.

“Ah, andai tadi kita tidak bertengkar, mungkin kita sudah bisa menangkap angsa itu. Lihatlah sekarang. Angsa itu sudah pergi entah ke mana. Kita pun tak bisa makan daging angsa malam ini,” sesal sang kakak.

Dua bersaudara itu benar-benar menyesali tindakan bodoh mereka.

Tidak seharusnya mereka mementingkan diri sendiri.

14. Burung Hantu dan Belalang

Diceritakan, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu yang galak dan pemarah. Burung tersebut sangat tidak suka jika ada yang menganggu tidurnya di siang hari. Dan saat malam hari, mereka bangun dengan suaranya sambil mencari serangga, katak, tikus, dan kumbang untuk menjadi santapannya.

Di sore hari pada musim panas, burung hantu sedang tertidur di lubang pohon. Namun, tiba-tiba ada belalang yang sedang bernyanyi. Burung tersebut pun merasa sangat terganggu dan memintanya untuk segera pergi.

“Hei, pergi dari sini kau, belalang! Apa kamu tak punya sopan santun menganggu tidur orang yang sudah tua?” Ucap burung hantu.

Belalang tersebut pun menjawab dengan nada tinggi dan perkataan yang kasar, bahwa ia juga memiliki hak atas pohon tersebut. Bahkan, bukannya berhenti, ia justru melanjutkan nyanyiannya dengan suara yang lebih keras. Burung hantu itu menyadari, bahwa berdebat tidak ada gunannya. Sementara siang hari matanya masih rabun, sehingga ia tidak bisa memberikan hukuman.

Akhirnya, burung tersebut berpikir dan mencari cara untuk menghukum belalang tersebut. Ia pun menengookkan kepalanya ke lubang pohon dan berkata dengan ramah.

“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi. Tahu tidak, ada buah anggur di sini. Kalau kamu mau, ke sinilah. Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”.

Belalang itu pun terhanyut dengan rayuan burung hantu itu. Ia lantas melompat ke sarang tersebut dan karena burung hantu sudah langsung bisa melihat belalang dengan matanya, maka belalang langsung diterkam dan dimakan oleh burung hantu.

15. Pohon Kehidupan

Alkisah ada seorang pria yang memiliki empat orang anak. Ia ingin sekali anak-anaknya tumbuh menjadi manusia yang tidak terlalu cepat menghakimi sesuatu.

Pria tersebut memiliki ide untuk mengirimkan keempat anaknya itu untuk melihat pohon pir yang berada jauh dari rumahnya. Masing-masing dari mereka meminta pergi di musim yang berbeda. Yakni musim dingin, semi, panas, dan gugur.

Ketika mereka telah kembali, sang ayah pertanya tentang apa yang mereka lihat. Anak pertama mengatakan, pohon itu sangat jelek, gundul, dan bengkok terkena angn.

Si anak kedua mengatakan hal yang sebaliknya, bahwa pohon itu dipenuhi tunas dan terlihat menjanjikan.

Lalu, anak ketiga mengatakan, kalau pohon tersebut dipenuhi bunga-bunga yang begitu harum. Sedangkan anak terakhit, melihat bahwa pohon tersebut dipenuhi dengan buah yang terlihat nikmat.

Kemudian, sang ayah menjelaskan, kalau semua yang mereka lihat itu benar. Hanya saja, mereka melihat di musim yang berbeda. Mereka pun berpikir, bahwa mereka tidak boleh menilai pohon, apalagi manusia hanya dari satu sisi saja.

Demikian beberapa contoh dongeng pendek untuk anak SD yang bisa dibaca sebagai pengantar tidur.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm