10 Contoh Cerita Fabel untuk Anak, Kaya Pesan Moral dan Nilai Kehidupan

16 Januari 2023 16:00 WIB
Ilustrasi fabel Kancil dan Buaya
Ilustrasi fabel Kancil dan Buaya ( )

Sonora.ID - Berikut ini kumpulan contoh cerita fabel untuk anak, kaya pesan moral dan nilai kehidupan.

Cerita fabel merupakan cerita yang didalamnya menggambarkan sebuah watak dan budi manusia namun diperankan lewat tokoh hewan.

Karena karakternya yang diperankan oleh hewan tak heran kalau cerita ini sangat populer dan menarik dibaca oleh anak-anak.

Tokoh fabel biasanya memiliki perilaku layaknya manusia, baik, jujur, sopan dan pintar.

Namun ada juga yang berperilaku tak baik seperti sombong, picik, penipu dan lainnya.

Beberapa cerita cerita fabel yang selalu menarik perhatian anak-anak dari dulu sampai saat ini adalah 'Si Kancil', 'Tiga Babi Kecil' dan 'Monyet yang Rakus'.

Namun kamu juga bisa membaca cerita fabel untuk anak di bawah ini yang bisa kamu bacakan untuk sang buah hati atau bahkan mungkin untuk tugas di sekolah.

Baca Juga: 5 Contoh Cerita Mite atau Mitos, Lengkap dengan Pembahasannya

Berikut ini 10 cerita fabel untuk anak

Cerita fabel 1

"Kura-kura dan Kelinci"

Pada suatu hari, hiduplah seekor kelinci yang tinggal di dalam hutan. si Kelinci terkenal sebagai hewat yang bisa berlari dengan cepat dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya di hutan.
 
Suatu ketika, Kelinci yang merasa kemampuannya semakin hebat dalam balap lari, mengajak Kura-Kura untuk bertanding. Kura-Kura yang rendah hati pun menyambut dengan antusias ajakan dari Kelinci. Akhirnya keduanya mempersiapkan balap lari tersebut dan ditemani oleh hewan-hewan lainnya yang ada di hutan.
 
Kelinci yang merasa lebih hebat berhasil lari lebih kencang dibandingkan dengan Kura-Kura yang pergerakannya amat lambat. Meski berjalan dengan pelan, namun Kura-Kura masih tetap bersemangat untuk mengikuti balap lari ini.
 
Ketika mendekati garis finish, Kelinci memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang rindang. Kelinci yakin kalau Kura-Kura tidak akan bisa menyusulnya.
 
“Ah dia kan jalannya saja lambat,” ujar si Kelinci.
 
Tanpa sadar, Kelinci malah tertidur di bawah pohon rindang tersebut. Kelinci tidak menyadari saat dia tertidur, Kura-Kura sudah berhasil melewatinya dan sekarang posisi Kura-Kura lebih dekat dari garis finish. Kelinci sudah berusaha untuk berlari dengan cepat, tapi dia tetap tidak bisa menyusul Kura-Kura yang tiba tepat waktu di garis finish.

Cerita fabel 2

"Kancil dan Buaya"

Pada suatu hari, si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, tengah berjalan-jalan di pinggir hutan. Berhubung di dalam hutan itu terlalu gelap karena pohon-pohonnya juga sangat lebat, maka dirinya hanya ingin mencari udara segar sambil melihat matahari yang cerah bersinar. Si Kancil ingin berjemur sebentar di bawah terik matahari. Tepatnya setelah sampai di pinggir sungai besar, dirinya merasa perutnya lapar sekali.

Krucuk…krucuk…” begitu kira-kira bunyi perut si Kancil yang tengah merasa lapar. Lantas, si Kancil membayangkan betapa enaknya kalau dirinya makan makanan kesukaannya yaitu timun. Namun sayangnya, kebun timun yang berbuah ranum itu ada di seberang sungai besar itu. Si Kancil diam dan berpikir akan bagaimana cara menyeberangi sungai besar ini ya…

Si Kancil terus berpikir mencari akal mengenai bagaimana cara dirinya dapat menyeberangi sungai besar ini tanpa harus menyentuh airnya yang dingin dan deras itu. Tiba-tiba, si Kancil memandang beberapa buaya yang asyik berjemur di tebing sungai. Memang sudah kebiasaan mereka untuk berjemur terutama ketika matahari tengah terik seperti ini. Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Si Kancil langsung menghampiri salah satu buaya yang tengah berjemur itu.

“Hai buaya, apa kabarmu hari ini?”

Buaya yang kala itu masih asyik menikmati cahaya matahari lantas membuka matanya dan mendapati ada Si Kancil yang tengah menyapa. “Kabar baik. Ada apa kamu kemari?”, tanya Buaya kepada Si Kancil.

“Aku kemari untuk membawakan kabar gembira untukmu dan para kawananmu”, jawab Si Kancil dengan wajah bahagia. Mendengar perkataan tersebut, tentu saja Buaya tidak sabar mendengar kabar gembira yang dimaksudkan oleh Si Kancil. “Segera ceritakan apa kabar gembira  tersebut!”

Si Kancil kemudian berkata, “Aku kemari karena diperintahkan oleh Raja Hutan kita supaya menghitung jumlah buaya yang ada di sungai ini, sebab Sang Raja Hutan hendak memberikan hadiah kepada kamu dan para kawananmu semua…”

Mendengar nama Raja Hutan tentu saja langsung membuat Buaya percaya dengan pembicaraan tersebut. “Baiklah, Kancil. Kamu tunggu di sini dahulu, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawananku”, kata Buaya langsung merangkak secara cepat menuju dasar sungai. Sementara menunggu Buaya dan kawanan lainnya datang, Si Kancil tengah berangan-angan untuk segera menikmati timun favoritnya.

Tak lama kemudian, semua buaya yang awalnya berada di dasar sungai telah berkumpul di tebing sungai. Si Kancil lantas memulai pembicaraan kembali, “Hai buaya sekalian. Aku kemari karena telah diperintahkan oleh Sang Raja Hutan untuk menghitung kalian semua. Sebab, Sang Raja Hutan hendak memberikan kalian semua hadiah istimewa pada hari ini. Maka dari itu, berbarislah kalian semua dari tebing sebelah sini sampai ke tebing sebelah sana ya…”

Mendengar perintah yang berhubungan dengan Sang Raja Hutan, tentu saja langsung membuat para buaya melaksanakannya tanpa membantah. Mereka langsung berbaris dengan rapi sesuai dengan perintah Si Kancil. “Nah Kancil, sekarang hitung kami semua”, kata salah satu buaya yang paling besar.

Si Kancil kemudian mengambil sepotong kayu yang berada di sekitarnya lalu melompat ke atas tubuh buaya pertama di tepi sungai. Dirinya mulai menghitung dengan menyebut, “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk”, sambil mengetuk kepala buaya hingga dirinya berhasil menyeberangi sungai besar tersebut. Setelah sampai di tebing seberang sungai, si Kancil langsung melompat gembira dan berkata, “Hai para buaya, apakah kamu tahu bahwa aku sebenarnya tidak membawa berita baik dari Sang Raja Hutan? Sebenarnya aku telah menipu kalian semua supaya dapat menyeberangi sungai besar ini. Ha…ha…ha…”

Melihat si Kancil yang tertawa-tawa sambil berkata demikian, para buaya merasa marah sekaligus malu karena telah diperdaya oleh Si Kancil. “Dasar kamu Kancil nakal nan licik. Awas kamu ya… Kalau bertemu lagi, akan kumakan kamu!” kata salah satu buaya.

Si Kancil sama sekali tidak takut dengan ancaman tersebut dan langsung berlari kegirangan meninggalkan para buaya untuk segera menuju kebun timun yang ranum. Dirinya segera menghilangkan rasa lapar di dalam kebun timun tersebut.

Baca Juga: 5 Contoh Cerita Fantasi 4 Paragraf beserta Strukturnya, Lengkap!

Cerita fabel 3

Alkisah di sebuah hutan, hiduplah satu keluarga babi yang bahagia. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak babi.
 
Pada suatu hari, sang ibu sengaja memanggil semua anaknya untuk berkumpul. Ketiga babi kecil itu diminta untuk mulai hidup mandiri. Mereka diperintahkan oleh ibunya untuk belajar hidup di rumah masing-masing. Mereka diharuskan mencari bahan bangunan dan membangun rumahnya sediri. Bukan hanya itu, ibu mereka juga berpesan untuk selalu berhati-hati dari Serigala.
 
 
Setelah mendapat perintah dari ibu, ketiga babi kecil mulai mencari bahan untuk membangun rumah.
 
Anak babi pertama memilih untuk membangun rumah dari jerami kering. Karena kemalasannya, ia tidak ingin mencari bahan bangunan di tempat yang jauh. Anak babi pertama langsung mengambil jerami yang mudah ditemukan di belakang rumah orang tuanya.
 
Anak babi kedua memilih untuk membangun rumah dari ranting pohon atau kayu yang tidak terpakai. Anak babi kedua ini tidak ingin pula bersusah payah mencari bahan bangunan. Dia hanya perlu mengitari hutan dan meminta kepada warga binatang lainnya.
 
Anak babi ketiga adalah anak babi yang paling berbeda sikapnya. Ia merupakan anak yang rajin dan sabar. Tidak seperti dua kakaknya, anak babi ketiga benar-benar membangun rumahnya agar dapat berlindung dari serangan serigala. Dia sengaja mencari batu bata lalu dengan sabar menyusunnya satu per satu untuk membangun rumah.
 
 
Kedua kakaknya menertawakan anak babi ketiga. Mereka mengatakan bahwa anak babi ketiga terlalu berlebihan.
Pada suatu waktu, hutan dihebohkan oleh kabar Serigala yang kelaparan. Semua penghuni hutan tidak berani berada di luar rumah, termasuk ketiga anak babi.
 
Serigala ternyata benar-benar datang mencari mangsa. Rumah anak babi pertama menjadi rumah yang ia datangi pertama kali.
 
Dengan hanya meniup, rumah jerami anak babi pertama langsung roboh. Anak babi pertama berlari ketakutan menuju rumah anak babi kedua. Mereka berdua berpelukan saat mendengar suara tawa Serigala mendekat.
 
Di luar rumah, Serigala dengan sangat mudah juga ikut menghancurkan rumah anak babi kedua hanya dengan meniupnya. Mereka berdua yang ketakutan, berlari sangat kencang dan akhirnya berlindung di rumah anak babi ketiga.
Di sana, serigala kembali tertawa dan bersiap untuk meniup rumah anak babi ketiga.
 
 
Namun, usahanya menjadi sia-sia karena batu bata itu sangat kuat dan tidak bisa dihancurkan dengan tiupan. Karena kelelahan, Serigala pun menyerah dan pergi meninggalkan ketiga anak babi yang berada di dalam rumah dari batu bata itu.
 
Anak babi pertama dan kedua menyesal karena telah meremehkan rumah anak babi ketiga. Merekapun meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan malas lagi.
 

Cerita fabel 4

"Belalang Sembah"

Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah keluarga Semut yang jumlah anggotanya sangat banyak. Semut ini membangun sarangnya dari daun-daun yang direkatkan menggunakan cairan, seperti lem yang mereka keluarkan dari mulut.

Para Semut melihat bahwa musim gugur akan segera berlalu dan musim dingin yang cukup panjang akan segera datang. Ketika musim dingin makanan akan sangat sulit didapatkan maka para Semut itu segera mencari berbagai makanan untuk mereka kumpulkan sebagai bahan persediaan ketika musim dingin tiba.

Berbeda halnya dengan seekor Belalang Sembah, Belalang Sembah memiliki mata yang besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon seperti halnya para Semut. Ketika musim dingin akan tiba, Belalang Sembah hanya berlatih menari setiap hari.

Sang Belalang lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya menghadapi musim dingin.

Suatu hari sang Belalang Sembah menari di dekat sarang Semut. Dia menari dengan sangat anggun. Gerakan tangan dan badannya yang pelan dan lembut membuat tariannya terlihat sangat mengagumkan. Para Semut melihat sang Belalang Sembah menari, tetapi mereka tidak menghiraukan tarian indahnya itu karena mereka memiliki tugas yang sangat penting.

Sang Belalang yang sedang menari melihat para Semut berjalan dengan membawa makanan untuk dibawa ke sarangnya. Sang Belalang Sembah heran dengan apa yang dilakukan Semut lalu dia bertanya kepada salah satu Semut tentara yang sedang berjaga di dekat para Semut pekerja.

“Kenapa kalian membawa makanan yang sangat banyak itu masuk ke sarang kalian?” sang Semut menjawab, “Kami melakukannya agar kami tidak kelaparan saat musim dingin tiba.”

Lalu sang Belalang kaget, “Musim dingin?” kata sang Belalang Sembah dengan kagetnya, “tenang aja masih lama, lebih baik kita bersenang-senang saja dulu,” kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut tetap tekun mengumpulkan makanan.

Musim dingin tiba. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan karena sibuk menari. Belalang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta makanan kepada Semut.

Semut awalnya tidak mau memberikan makanannya karena takut kehabisan. Akan tetapi, melihat belalang lemas kelaparan, Semut tidak tega dan memberikan makanannya kepada Belalang. Belalang pun kembali bugar dan dia berjanji untuk dapat mengelola waktu dengan baik sehingga tidak berakibat buruk.

Cerita fabel 5

"Sesama Saudara Harus Berbagi"

Suatu pagi indah dengan matahari yang cerah, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai di sebuah desa.

“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip. “Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Dia membawakan oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.”

“Terima kasih, Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip.

Sepeninggal Pak Tua Rusa, Ibu Pip masuk ke dalam rumah dan memanggil anak-anaknya. “Anak-anak, lihat kita punya apa? Kalian harus membaginya sama rata, ya.”

“Asyiiik,” girang Pip dan adik-adiknya.

“Ibu taruh sini, ya.”

Setelah itu, Ibu Tupai mengurus rumah kediamannya. Sementara itu, adik-adik Pip ingin mencicipi kacang itu.

“Ini aku bagi,” kata Pip.

Dari sepuluh butir kacang, dia memberi adiknya masing-masing dua butir.

“Ini sisanya untukku, aku ‘kan paling besar.”

“Tapiii … Ibu ‘kan pesan untuk membagi rata,” kata Titu, salah satu adik kembar Pip (diiringi tangisan Puti) kembar satunya.

Mendengar tangisan Puti, Ibu Pip keluar dan bertanya. Sambil terisak, Puti menceritakan keserakahan kakaknya. “Tak boleh begitu, Pip. Ibu tadi sudah bilang apa,” tegur ibu Pip.

“Kamu tidak boleh serakah.”

“Tapi Buuu, aku ‘kan lebih besar. Perutku juga lebih besar,” sanggah Pip.

Ibu Pip berpikir sejenak, “Baiklah, Pip. Kamu memang lebih besar. Kebutuhan makanmu juga lebih banyak. Tapi, kalau cuma menurutkan keinginan dan perut, kita akan selalu merasa tidak cukup.”

“Kalau begitu, Ibu saja yang membagi, ya? Memang tidak akan memuaskan semuanya. Ini, Ibu beri empat untukmu, Pip, karena kau lebih besar dan si Kembar kalian masing-masing mendapat tiga.”

“Kalian harus mau berbagi ya, anak-anak walaupun menurut kalian kurang, ini adalah rezeki yang harus disyukuri,” lanjut Ibu Pip.

“Berarti enak dong, Bu, jadi anak yang lebih besar. Selalu mendapat lebih banyak,” iri Puti.

“Ya, tapi perbedaannya ‘tak terlalu banyak, kan? Lagipula kakakmu memiliki tugas yang lebih banyak darimu. Dia harus mengurus rumah dan mencari makan. Apa kau mau bertukar tugas dengan Kak Pip?” tanya Ibunya.

Baca Juga: 5 Contoh Cerita Liburan Sekolah Bahasa Jawa, Singkat dan Seru!

Puti dan Titu membayangkan tugas-tugas Pip. Lalu mereka kompak menggeleng.

“Nah, begitu. Sesama saudara harus akur ya, harus berbagi. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele,” kata Ibu Pip. “Iya, Bu,” angguk Pip.

“Yuk, kita makan kacangnya bersama,” ajak Pip pada kedua adiknya. Ibu Pip tersenyum melihat anak-anaknya kembali rukun.

Cerita fabel 6

"Semua Istimewa"

Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.

“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.

“Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.

Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.

“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”

Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.

Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu.

“Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.

“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!”

Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.

Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.

“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.

Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu kebingungan.

“Apa maksudmu Burung?”

“Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?”

“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.

“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.

Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.

“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.

“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.”

Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.

Cerita fabel 7

"Gajah yang Baik Hati"

Siang hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah, dan hewan lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan sambil terus berjalan mencari air.

Di tengah perjalanan dia melihat kolam air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana cara ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat, tetapi ia tidak bisa sampai ke atas. Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong.

Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu. ‘’Hai, siapa yang ada di kolam itu?’’

‘’Aku … Si Kancil, sahabatmu.’’

Kancil terdiam sesaat, mencari akal agar Gajah mau menolongnya, “Tolong aku mengangkat ikan ini.’’

“Yang benar kau mendapat ikan?’’

“Bener … benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti.

“Kau mau memanfaatkanku ya, Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu?’’ tanya Gajah.

Kancil hanya terdiam, “Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu. Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Ia mulai putus asa.

Semakin lama berada di tempat itu, Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini,” dia berpikir apakah ini karma karena dia sering menjaili teman-temannya.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba Gajah muncul kembali.. Kancil meminta tolong kembali.

“Tolong aku, aku berjanji tidak akan jail lagi.”

“Janji?” Gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan merugikan binatang lain?’’

“Benar Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’ Gajah menjulurkan belalainya yang panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas.

“Terima kasih, Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini” ujar kancil saat sudah sampai di atas.

Sejak itu, Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada binatang lain. Memang kita harus berhati-hati kalau bertindak. Jika tidak hati-hati akan celaka. Jika kita hati-hati kita akan selamat. Bahkan bisa menyelamatkan orang lain.

Baca Juga: 7 Contoh Cerita Liburan Bahasa Inggris, Singkat dan Lengkap dengan Arti

Cerita fabel 8

"Kuda Berkulit Harimau"

Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu seperti kulit Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu Harimau.

Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”

Terlintaslah di benak Kuda itu untuk menakuti binatang-binatang hutan yang melewati dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil mencari tempat yang cocok.

Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi, lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya.

Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka sehingga sontak Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat Domba-domba itu pontang-panting berlari.

Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu dalam hati.

Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-semak sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.

Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak membuatnya bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.

“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan.

Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan melihat seekor Kuda berkulit Harimau.

Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!”

Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.

“Kuda Berkulit Harimau” itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang berpura-pura, suatu saat akan terbongkar juga kepura-puraannya itu. Kejujuran merupakan sikap yang paling indah di dunia ini.

Cerita fabel 9

"Katak Jahat dan Tikus Petualang"

Suatu ketika hiduplah seekor tikus muda yang ingin mencoba mencari petualangan baru, kemudia ia berjalan menyusuri pinggiran kolam di mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak tersebut melihat tikus, lalu dia berenang menuju ke tepi kolam disana.

 

Suatu ketika ada tikus muda mencari petualangan baru, lalu menuju ke tepi kolam di mana katak tinggal. Ketika katak melihat tikus, dia berenang ke tepi kolam tempat tikus itu dan berkata,

“heyy Tikus muda sedang apa yang kamu lakukan di sini ?”

“Aku melihat alam yang indah ini dan aku akan mencoba petualangannya,” jawab Rat dengan antusias.

Dalam benak sang katak, sang katak memiliki akal licik untuk mengerjai sang tikus.

“Wow, ini hal yang sangat menarik, maukah kamu pergi ke tempatku, wahai tikus muda yang suka berpetualang?” Tanya katak itu kepada tikus muda itu.

 

Sang  Tikus  yang sangat ingin berpetualang tidak berpikir panjang lagi,  dan ia menerima ajakan sang Katak karena dia sangat ingin berpetualang ke seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia.

“Tapi aku tidak pandai berenang, katak,” kata tikus muda itu dengan cemas.

“(hahahahaha Kebetulan sekali , aku akan mengerjai kamu wahai tikus muda) ucap sang katak di dalam hati.

“Hey hey hey….. jangan khawatir tikus muda aku akan selalu di samping membawamu dan berenang di sampingmu dan menjagamu” rayu sang katak dengan sangat manis dan raut wajah penuh senyuman

Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil menarik tikus muda yang polos.

 

Tikus muda terombang – ambing di kolam dan sesekali tenggelam dan kemudian ditarik kepermukan lagi oleh sang katak, lalu kembali terombang – ambing dan begitu seterusnya berulang – ulang….

Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan ingin kembali ke pinggiran kolam.

Tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain. Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan sang tikus muda memohon ampun untuk melepaskanya kepermukaan .

Namun sang katak malah tertawa kegirangan melihat tikus muda tersiksa. Dan di benaknya timbul akal licik lagi, “( ah aku akan menarik tikus muda ke air yang lebih dalam lagi)”

Tetapi sebelum sempat sang Katak membawa tikus ke air yang lebih dalam lagi, datanglah seekor elang terbang menyambar ke bawah, menangkap Sang Katak .

ketika Burung elang mengangkat sang katak keudara tali yang mengikat di kaki katak dan tikus terlepas dan membuat tikus yang ikut terangkat keudara langsung terjatuh ke semak semak, dan sekaligus menyelamatkan sang tikus.

Tikus muda melihat keatas sang katak semakin jauh semakin terlihat kecil di bawa oleh burung elang yang akan menjadi santapan si burung elang.

Baca Juga: 8 Contoh Cerita Fantasi Pendek beserta Strukturnya, Lengkap!

Cerita fabel 10

"Gagak Meniru Elang"

Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut.

Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung seekor domba.

Tetapi ketika dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat pada bulu domba.

Walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus asa dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.

Seorang pengembala yang melihat lantas bergerak mendekatinya. burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi.

Pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu lalu mengikat dan mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.

“Betapa lucunya burung ini!” mereka sambil tertawa, “ini disebut burung apa ayah?”

“itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah seekor burung elang.”

Itulah contoh kumpulan cerita fabel untuk anak, kaya pesan moral dan nilai kehidupan.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm