Tetapi diutusnya rasulullah dalam kehidupan kita, agar menjadi contoh yang tidak perlu bagi kita untuk mengorek-ngorek contoh lainnya selain Rasulullah SAW.
Karena sesungguhnya kita diperintahkan untuk mencintainya, Dan mencintai bukan hanya menjadikan kita fasih bershalawat kepadanya, tetapi yang paling penting di dalam mencintainya adalah, bagaimana kita mengikuti setiap inci kehidupan yang telah diperlihatkan dan dicontohkan oleh beliau, “Innal muhibba liman yuhibbu muthii’u”, sesungguhnya orang yang telah benar cintanya, maka ia jujur mengikuti orang yang ia cintai.
Hakikat cinta kita kepada nabi bukan hanya memuji bagaimana keindahan akhlaqnya, tetapi hakikat cinta kita kepada nabi terletak pada bagaimana kita mengikutinya.
Semoga kita, senantiasa bershalawat kepadanya, diiringi ikhtiar tanpa henti dan tanpa cuti, untuk menyelaraskan kehidupan kita dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah, dan tidak perlu bagi kita mengais-ngais kisah kehidupan selain dari kehidupan Rasulullah SAW.
Jama’ah Jum’at yang senantiasa mengharapkan rahmat Allah…
Roda kehidupan. Barangkali itulah salah satu ungkapan yang pas untuk menggambarkan perjalanan kita di dunia yang fana ini. Roda yang berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Ada kehidupan dan ada kematian. Ada kondisi sehat dan ada kondisi sakit. Ada rasa senang dan adapula rasa susah. Ada kondisi kaya dan ada kondisi miskin. Ada saatnya naik jabatan dan ada saatnya pula turun dari jabatan. Ini semua adalah bagian dari ujian kehidupan.
Allah ta’ala berfirman,
“وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً”
Artinya: “Kami (Allah) akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan”. QS. Al-Anbiya’ (21): 35.
Beruntunglah manusia-manusia yang sukses melewati berbagai macam ujian yang sangat beragam tersebut dengan baik..
Kaum muslimin yang kami hormati…
Tidak mudah memang untuk sukses dalam melewati berbagai macam ujian yang amat beragam itu. Ada yang sukses saat diuji dengan kekayaan, namun ternyata ia gagal ketika diuji dengan kemiskinan. Ada pula yang sebaliknya; sukses saat diuji dengan kemiskinan, tetapi gagal ketika diuji dengan kekayaan.
Ada yang sukses saat diuji dengan kesehatan, namun gagal ketika diuji dengan sakit. Sebaliknya, ada yang sukses saat diuji dengan sakit, tetapi gagal ketika diuji dengan kesehatan.
Ada yang sukses saat mendapat ujian naik jabatan, namun gagal ketika diuji turun jabatan. Adapula yang sebaliknya, sukses saat mendapat ujian turun jabatan, namun gagal ketika diuji naik jabatan.
Bagaimanakah sebenarnya agar kita bisa sukses total dalam menghadapi berbagai macam ujian yang beragam tadi?
Faktor pertama dan utama yang diperlukan seorang hamba, adalah taufik dan bantuan dari Allah ta’ala.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…
Taufik dari Allah adalah karunia yang diberikan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tidak peduli apakah ia pejabat atau rakyat jelata, pria atau wanita, tua atau muda, bersuku Jawa atau Sunda atau Sumatra. Semua berpeluang untuk mendapatkan karunia istimewa tersebut.
Syarat utamanya adalah usaha dan ikhtiar dalam mengejar karunia mulia itu. Salah satu bentuknya adalah dengan mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ’alaihi wasallam berikut ini,
“تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ”
“Kenalilah Allah saat lapang; niscaya Dia akan mengenalimu ketika engkau susah”. HR. Al-Hakim dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Dalam kitab Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam, Imam Ibn Rajab rahimahullah menjelaskan makna hadits di atas. Maksud dari mengenali Allah saat lapang adalah: bertakwa kepada-Nya serta menjalankan aturan-Nya. Barang siapa menjalankan hal itu, maka ia telah mengenal Allah. Sehingga ia memiliki hubungan spesial dengan-Nya. Selanjutnya saat ia mengalami kondisi susah, niscaya saat itu Allah akan mengenalinya. Kedekatannya dengan Allah saat lapang, sangat bermanfaat dalam kondisi susah seperti ini. Ia akan disayang Allah dan dikabulkan permintaannya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Kondisi lapang, contohnya adalah saat kita sehat, kaya, menduduki jabatan dan yang semisal itu.
Sedangkan kondisi susah, contohnya adalah ketika kita sakit, miskin, turun jabatan dan yang semisalnya.
Maka, saat kondisi fisik sehat, gunakanlah kesempatan emas itu untuk lebih bersemangat dalam beribadah kepada Allah ta’ala. Menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Tunaikan shalat berjamaah di masjid dan ringan tanganlah dalam membantu orang lain yang membutuhkan bantuan.
Bila itu dilakukan, insyaAllah kita akan dibantu Allah agar kuat dalam menghadapi ujian sakit. Akan terasa ringan dalam menjalani penderitaan tersebut. Akan dibantu untuk bisa bersabar dalam menanggung ketidaknyamanan. Dan mungkin juga akan segera dikaruniai kesembuhan oleh Allah ta’ala. Itulah antara lain buah dari kepatuhan kita dahulu pada Allah, saat kondisi tubuh kita sedang sehat.
Setali tiga uang, saat kondisi rizki sedang lancar. Tunaikanlah zakat harta kita, jangan lupakan saudara-saudara kita kaum fakir-miskin dan dhu’afa. Dukung program-program kebaikan Islam.
Bila itu dijalankan, insyaAllah ketika rizki seret, keimanan kita akan tetap kokoh karena dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla. Rizki yang sedikit akan tetap mencukupi kebutuhan kita, karena diberkahi oleh Allah. Dan mungkin badai ujian ekonomi tersebut akan segera berakhir. Itulah antara lain buah dari ketaatan kita dahulu pada Allah saat rizki sedang lancar.
Tidak jauh berbeda, manakala kita menduduki kursi jabatan. Pergunakanlah kesempatan emas itu untuk mematuhi dan menjalankan aturan-aturan Allah, bukan justru melanggarnya. Adakanlah kegiatan-kegiatan yang tidak menabrak aturan agama. Berusahalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan justru memperkaya diri sendiri dan kroni-kroni. Imbangkanlah pembangunan fisik dan mental, jasmani dan rohani. Jangan timpang antara keduanya.
Apabila seluruh kebaikan itu ditunaikan, insyaAllah saat turun dari kursi jabatan, kita akan tetap disegani dan dihormati oleh rakyat dan bawahan. Akan ikhlas dalam menjalani ketetapan Tuhan. Serta yang paling istimewa dari itu semua, insyaAllah akan meraih keridhaan dari Allah Yang Maha Rahman. Itulah antara lain buah manis dari kepatuhan kita kepada Allah, saat dahulu sedang menduduki kursi jabatan.
Sidang Jum’at yang kami hormati…
Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan dan kemuliaan itu adalah milik Allah ‘azza wa jalla. Dia yang memberi jabatan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang mencabut jabatan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya.
“قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ”
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau lah segala kebaikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. QS. Ali Imran (3): 26.
Maka, jangan sampai karunia Allah berupa kekuasaan itu, justru digunakan untuk melanggar aturan Sang Pemberi karunia kekuasaan tersebut, yakni Allah subhanahu wa ta’ala..
Penutup khutbah pertama:
اِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ، وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ، وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ، أعُوْذُ باللهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَه، وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ .. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Baca Juga: Contoh Mukadimah Khutbah Jumat Singkat yang Biasa Digunakan Oleh Para Khotib
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ للهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ
فَيَااَيُّهَا النَّاسُ!! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ، وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحُمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ، اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيّدِنَا اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَسَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِنَا والْمُسْلِمِيْنَ، اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ، اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَالله: اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ
Oleh: Syaiful Ma’arif, S.Sos.i
Demikian paparan mengenai contoh khutbah Jumat tentang nasehat kehidupan sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Contoh Khutbah Jumat Singkat Padat dan Bermakna