6 Contoh Dongeng Bahasa Sunda Singkat, Lucu Lengkap dengan Artinya

Diperbaharui 15 Mei 2023 19:18 WIB
Contoh dongeng bahasa Sunda yang singkat dan lucu.
Contoh dongeng bahasa Sunda yang singkat dan lucu. ( Freepik.com)

Suatu waktu seekor burung puyuh begitu sedihnya, sebab anaknya ke dua-duanya yang masih kecil dan belum tumbuh bulu tidak ada di sarangnya, padahal belum lama diberi makan.

Saat ibu dan ayah burung puyuh keluar dari sarang mau mencari makanan untuk anaknya. Yang ada hanya darah yang berserakan. Burung puyuh curiga kepada tikus, sebab sudah lama dia melihat-lihat seperti yang sedang mengintip.

Malah burung puyuh dapat kabar dari ayam hutan yang tidak pernah berbohong, katanya benar melihat tikus keluar dari sarang puyuh sambil mulutnya penuh dengan darah. Ayam hutan tidak bisa menolong sebab tikus keburu kabur.

Karena merasa sakit hati disitu juga puyuh jantan dan betina berangkat ke sarang alap-alap. Saat sudah bertemu kemudian puyuh jantan menceritakan kesedihan hatinya.

Alap-alap menyanggupi masalah kesedihan puyuh, katanya si tikus akan dicabik-cabik. Saat itu juga alap-alap suka bersembunyi di pohon teureup, matanya tidak luput melihat-lihat ke bawah melihat siapa tahu tikus keluar dari sarangnya. Sesekali alap-alap suka menyambarnya.

Namun yang disambar suka cekatan bersembunyi dalam sarangnya di bawah tunggul (bagian pohon sisa tebangan). Pada saat itu juga diincar oleh alap-alap hingga tidak keluar lagi.

Sedangkan tikus sesudah merasa mempunyai dosa memakan anak puyuh, sambil merasa dirinya merasa diancam oleh alap-alap, saat suatu malam sedang melarikan diri di perjalanan melintasi sungai, dia tidak bisa menyeberangi.

Saat berdiam diri di sisi sungai, saat itu pula kodok hijau melompat ke hadapannya. Tentu saja tikus begitu terkejut, disangkanya alap-alap mengejar, kata tikus, "alah kamu mah mengagetkan saja!"

"Kenapa kamu terkejut seekor tikus, seperti punya dosa!" Kata kodok. "Mau kemana, jam segini sudah ada disini?" Kata kodok lagi.

Mendengar omongan kodok itu tikus merasa salah tingkah merasa tersindir. Ujung-ujungnya tikus ingin diseberangkan, sebab katanya ada perlu ke sebelah sana. Kodok menyanggupi namun harus pagi dimana sudah terang, sebab dulu waktu itu masih gelap.

Paginya kodok mengikat kaki tikus bagian depannya. Ujung tali yang sebelah lagi diikatkan kepada kakinya bagian belakang. Sesudah itu kodok meloncat ke sungai sehingga tikus terseret.

Di sana lah seekor kodok berenang ke tengah sungai. Tentu saja kodok merasa keberatan biasanya berenang sendirian, namun saat itu harus menyeberangkan tikus.

Saat sudah sampai ke tengah-tengah sungai, kodok ingin menjahili tikus. Di sana kodok tenggelam ke dasar sungai, sehingga tikus terbawa. Tikus berteriak-teriak tidak mau dibawa ke bawah sungai, pengap katanya. Tapi oleh kodok tidak di dengar, lep kembali menyelam.

Sebab karena beberapa kali dibawa menyelam,ujung-ujungnya tikus itu mati. Sesudah itu mah kodok tersenyum sambil mengapung-ngapung.

Saat itu tidak diketahui dari tadinya, terbang alap-alap yang sedang mengincar tikus dari kemarin, seot di sambar tikus yang sudah menjadi bangkai, ber dibawa terbang ke awang-awang.

Sehingga kodok pun ikut terbawa, meronta-ronta ketakutan, lantaran tidak biasa terbang. Lumayan hari itu juga alap-alap mendapat keuntungan. Sesudah menghabiskan tikus yang begitu besarnya, dia mendapat makanan tambahannya oleh kodok hijau.

Entog Emas

Kacaritakeun aya saurang patani nu kacida malaratna cicing di hiji saung gubuk nu geus reyot. Mang Julin patani ngaranna teh. Hirup sapopoena ngan dibaturan ku sakadang entog, hiji-hijina. Mang Julin kacida nyaaheunana ka eta sakadang entog teh, bubuhan manehna mah teu boga dulur-baraya, malih garwa mah.  

Hiji poe manehna indit ka sawah, isuk-isuk pisan manehna geus indit, kabeneran dititah ku juragan Lurah pikeun ngabinihan sawahna. Ari digawena mah kapake pisan ku Juragan Lurah teh, kusabab Mang Julin segut pisan kana gawe nanaon oge. Ari entogna dikencarkeun di buruan gubuk teh, tara aya hariwangan.  

Balik ti sawah wanci sariak layung, Mang Julin kacida laparna. Manehna ngadeuheus ka Pangeran, “Duh, Gusti... mun paparin abdi beunghar, meureun dahar nanaon oge bisa.. “ . Mang Julin teh dahar ngan jeung uyah. Sanggeus wareg mah manehna tuluy ngampihan entog di juru imah.  

Isuk-isuk keneh Mang Julin kahudangkeun ku kingkilaban nu ayana ti juru imah. Panasaran, manehna tuluy cahya gugurilapan teh disampeurkeun. Manehna teu nyangka yen cahya nu kacida serabna teh tina kandang entog, singhoreng teh entogna endongan, endogna endog emas. 

Mang Julin peupeureudeuyan, nyagap endog teh. Manehna kacida bungahna, eta endog emas, emas murni. “Bisa dijual ieu mah, ...“ gerentesna.  

Poe kadua, kitu deui, entogna ngaluarkeun endog emas deui hiji. Kitu saban poe, sakadang entog teh endogan endog emas hiji. Nya puguh Mang Julin teh jadi beunghar. Manehna geus boga sawah sorangan, imah gedong, balong, ternak entog, jeung harta lianna nu mucekil. Entog teh nyaan mawa rejeki keur Mang Julin.   

Hiji poe, Mang Julin ngarasa cape mun kudu unggal poe ngadatangan kandang entog pikeun mawa endog emas pira hiji teh. Mang Julin sasadiaan bedog keur ngabeleh entog ngarah emasna kabeh kaluar, jadi manehna teu kudu mawaan unggal poe ka kandang entog. 

Ari geus dibeleh entog teh, teu kaciri emas-emasna acan. Malahan entog teh paeh. Mang Julin teu bisa ngabebenah hartana. Manehna jadi miskin deui sabab unggal poe hartana beak dipake kabutuhan sapopoena.

Artinya:

Dikisahkan ada seorang petani yang sangat miskin dan tinggal di sebuah gubuk yang sudah bobrok. Namanya Julin, si petani. Kehidupan sehari-hari hanya ditemani oleh satu orang, satu-satunya. Mang Julin sangat menyayanginya, tapi dia tidak punya kerabat, apalagi istrinya.

Suatu hari ia pergi ke ladang, pagi-pagi sekali ia berangkat, kebetulan ia disuruh oleh lurah untuk menyemai ladangnya. Hari kerja sangat bermanfaat bagi lurah, karena Mang Julin sangat bersemangat untuk melakukan apapun. Keesokan harinya, dia di halaman gubuk, dan ada banyak kekhawatiran.

Pulang dari ladang saat tiba waktunya menangis, Mang Julin sangat lapar. Dia berkata kepada Tuhan, "Ya Tuhan ... jika Anda membuat saya kaya, mungkin saya bisa makan apa saja..". Mang Julin hanya makan dengan garam. Setelah puas, dia kemudian meletakkan telur itu di sudut rumah.

Pagi harinya, Mang Julin dibangunkan oleh suara gaduh dari sudut rumah. Penasaran, dia kemudian cahaya malam itu terganggu. Dia tidak mengira bahwa cahaya terang itu berasal dari sangkar angsanya yang bertelur emas.

Mang Julin ambil telurnya. Dia sangat senang, itu adalah telur emas, emas murni. "Saya bisa menjual ini,..." katanya.

Hari kedua, seperti itu, mengeluarkan telur emas lagi. Setiap hari, seekor angsa bertelur emas. Mang Julin yang malas menjadi kaya. Dia memiliki ladang, rumah, kolam, ternak, dan aset berharga lainnya sendiri. Itu benar-benar membawa keberuntungan bagi Mang Julin.

Suatu hari, Mang Julin merasa lelah ketika harus mengunjungi kandang angsa setiap hari untuk membawa sebutir telur emas. Mang Julin menyiapkan angsa untuk dipotongnya agar semua emas keluar, sehingga dia tidak harus membawanya ke kandang telur setiap hari.

Halaman Berikutnya
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm