Kemerdekaan Indonesia telah diraih lebih dari 76 tahun yang lalu, tepatnya pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan tersebut tidak diraih secara tiba-tiba.
Bukan karena Jepang yang sebelumnya pernah menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Namun, kemerdekaan ini diraih setelah melalui beberapa peristiwa sejarah.
Dimulai dengan pembentukan BPUPKI pada Maret 1945 untuk merumuskan dasar negara, yaitu Pancasila. Setelah itu, pada 7 Agustus 1945, BPUPKI diubah menjadi PPKI dan Panitia 9 untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Proses perumusan teks proklamasi dimulai pada malam hari tanggal 16 Agustus, setelah Ir. Soekarno dan M.Hatta pulang dari Rengasdengklok.
Perumusan teks tersebut bertempat di kediaman Laksamada Maeda saat dini hari. Teks dibuat dan dirundingkan bersama, serta ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta, atas nama bangsa Indonesia.
Lalu, teks Proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Keesokan harinya, teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur 56. Disaksikan oleh beberapa tokoh nasional, seperti Soewirjo, Trimurti, Ahmad Soebarjo, dan warga Indonesia lainnya.
Dengan dibacakannya teks Proklamasi, Indonesia dinyatakan merdeka. Berita kemerdekaan Indonesia itu tersebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah segera mengesahkan undang undang dan membentuk MPR untuk menyempurnakan pemerintahan Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 73 tahun silam, tepatnya 17 Agustus 1945, setelah pembentukan BPUPKI yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara atau Pancasila, dan PPKI.
Setelah itu, teks proklamasi dirumuskan bersama oleh beberapa tokoh nasional di rumah Laksamana Maeda.
Keesokan harinya, Indonesia dinyatakan merdeka setelah pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno. Berita kemerdekaan menyebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar.
Pemerintah juga segera mengesahkan UU dan membentuk MPR untuk menyempurnakan kepemerintahan Indonesia.
Baca Juga: 3 Contoh Teks Negosiasi Formal dan Non Formal, untuk Berbagai Situasi
3. R.A. Kartini
Raden Ajeng Kartini atau yang kita kenal dengan Ibu Kartini, dia adalah salah seorang keturunan keluarga terpandang yang lahir pada 21 April 1879. Dan keluarganya mewariskan suatu hal, yaitu pendidikan. Beliau pernah duduk di bangku sekolah dasar sampai tamat sekolah sekolah dasar.
Beliau tidak pernah puas akan ilmu pengetahuan dan membuat beliau ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, ayahnya tidak sependapat dengan beliau untuk melanjutkan pendidikanya. Tahu sikap ayahnya seperti itu, beliau sedih tidak bisa mengubah keputusan tersebut.
Adat di dalam keluarganya, seorang gadis atau wanita yang belum menikah belum dibolehkan keluar rumah atau disebut dipingit. Untuk mengisi waktu luangnya, beliau membaca buku ilmu pengetahuan yang ia miliki. Beliau memang gemar membaca atau kutu buku dan menjadi kesehariannya saat banyak waktu luang.
Bahkan dia tidak takut untuk bertanya kepada ayahnya bila dia tidak mengerti atau kurang paham. Kartini mempunyai teman yang banyak di Belanda dan sering berkomunikasi dengan mereka. Bahkan pernah meminta kepada Mr.J.H. Abendanon, untuk memberikan dirinya beasiswa untuk belajar di Belanda.
Belum sempat menyampaikan keinginannya, namun beliau dinikahkan dengan Adipati dari Rembang yang bernama Raden Adipati Oyodiningrat. Walau begitu, beliau tidak berhenti bercita-cita dan suaminya mendukung pula cita-citanya.Dengan ketekunan, kegigihan, dan suaminya, ia mendirikan sekolah wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Cirebon, dan Malang. Sekolahan tersebut diberi nama dengan dengan sekolahan kartini.
Pada 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Kemudian kisahnya menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Kemudian kisah R.A Kartini dibukukan oleh Abendanon dengan judul "Door Duistemis Tot Licht" atau yang kita kenal dengan "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini telah menginspirasi wanita di Indonesia tidak hanya pada waktu itu, tetapi sampai sekarang.
Jasa R.A Kartini tidak boleh kita lupakan, jasanya harus kita junjung tinggi dan kita tiru sifat pantang menyerahnya untuk setiap masalah karena setiap masalah pasti ada solusinya.
Demikian paparan mengenai beberapa contoh teks cerita sejarah singkat beserta strukturnya sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 6 Contoh Teks Eksposisi Tentang Covid-19, Beserta Strukturnya Lengkap!