7 Contoh Teks Monolog Berbagai Tema, Materi Pelajaran Bahasa Indonesia

31 Januari 2023 11:30 WIB
ilustrasi, Contoh Teks Monolog
ilustrasi, Contoh Teks Monolog ( Pexels)

Sonora.ID - Ada beragam teks dalam bahasa indonesia yang perlu diketahui. Kali ini akan diulas tentang pengertian serta contoh teks monolog.

Monolog terdiri dari dua kata, yaitu mono (satu) dan log (ilmu). Secara harfiah monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran dimana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan/sketsanya.

Monolog merupakan percakapan yang dilakukan oleh para tokoh atau pelaku dalam sebuah adegan. Jika hanya satu orang yang berbicara disebut monolog, sedangkan jika yang berbicara lebih dari satu tokoh disebut dialog.

Dalam sebuah teks monolog, tokoh akan berbicara sendiri, bercerita sendiri, tentang suatu peristiwa atau keadaan yang dialaminya dengan komunikasi yang tidak timbal balik.

Dalam seni peran, ada bagian di mana seorang tokoh berada di atas panggung dan bercerita sendirian.

Untuk dapat mementaskan suatu monolog, diperlukan teks naskah yang menarik untuk menguatkan cerita.

Baca Juga: 10 Contoh Teks Ulasan Film Beserta Strukturnya, Materi Bahasa Indonesia

Contoh Teks Monolog Singkat  

1. Aku Si Kosong (Karya: Chairil Anwar)

Hahahahaha…

Enak jadi kalian..

Kalian itu bebas, kalian bisa melakukan apa saja yang kalian mau. Sedangkan, aku hanya si kosong. Aku anak yatim piatu/aku tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Hidupku terasa suram. Tak ada satupun orang yang mau menemani diriku. Dulu, iya itu dulu. Dulu aku memiliki keluarga yang sangat sayang padaku.

Tetapi, tetapi karena keegoisan yang aku miliki semuanya jadi hancur. Orangtuaku menderita. Sampai ia meninggalkan diriku.. Ayah, ibu, maafkan aku! Maafkan aku yang telah durhaka padamu. Maafkan akuuuuu..

Maafkan akuuuu. Aku menyesal. Aku menyesal Tuhan. Tolong Tuhan. Tolong kembalikan duniaku seperti dulu. Aku rindu. Aku rindu sosok yang memperhatikan diriku. Aku rindu. Aku sangat rindu Tuhaaaaaannn.

Semua terlihat gelap. Semua gelap, aku tak tahu harus berbuat apa. Aku bingung. Aku bingung harus ke mana. Ayah, ibu, tolong akuuu. Maafkan aku. Aku sangat menyesal. Maafkan aku, maafkan aku, aku selalu berpikir buat apa aku hidup di dunia ini, buat apa, kalau tak ada satupun orang yang sayang padaku. Buat apaaaaaa.

Lebih baik aku ikuti saja orangtuaku agar aku bisa berkumpul. Aku bisa berkumpul dengannya. Tuhan maafkan aku, maafkan jika cara ini, cara ini salah. Maafkan aku aaaaahhhh.

2. Tikus di Sawah

SEORANG PETANI DATANG DENGAN CANGKUL DI PUNDAKNYA. IA MENARUH CANGKUL, KEMUDIAN DUDUK DAN MENGIBASKAN KAOSNYA KARENA GERAH.

“Semakin hari bertani makin susah. Dulu sama Soeharto, petani dipaksa menanam padi. Semua orang terpaksa makan nasi. Makan ubi, singkong, jagung, talas, dan sagu dianggap bodoh. Makan nasi dianggap beradab. Adab, adab Bapakmu!”

MELEPAS KAOS KARENA SEMAKIN GERAH. IA GUNAKAN KAOSNYA SEBAGAI KIPAS.

“Waktu makan sagu atau talas, kita tidak perlu repot-repot tanam. Tidak repot-repot tebang hutan buat buka lahan. Wong tumbuh liar. Bibitnya gratis, tis, tis, dari Allah. Sudah dikasih enak sama Allah kok cari yang repot. Howalah susah, susah! Sekarang petani mau nanam padi kalau gak ada sawah ya mentok jadi buruh tani. Beli bibit mahal, bikin bibit sendiri ditangkap negara karena melanggar kekayaan intelektual. Tambah lagi semakin ke sini tanah semakin rusak kena pupuk. Tapi ya bingung juga, kalau tidak dipupuk tidak bisa penuhi target panen. Malah rugi. Itu belum seberapa. Semua itu tambah parah kalau sudah ada tikus-tikus.”

BERDIRI. MENDEKAT KE PENONTON, SEOLAH BERBISIK.

“Saya cerita begini rahasia lho ya. Jangan bilang siapa-siapa. Jangan direkam. Setelah saya cerita tolong lupakan. Tikus di sini ada banyak jenisnya. Yang biasa ada di sawah ya biasa, tikus yang suka makan beras. Ada lagi tikus yang suka makan tanah. Tikus-tikus itu berbahaya, mereka suka mengambil alih lahan. Menggusur rumah. Mengubah lahan sawah jadi bandara, tambang, atau kebun sawit. Jenis tikus berikutnya yang suka sembunyi. Sebenarnya sekilas ia tidak tampak bahaya, tapi ternyata dia sering membantu tikus pemakan tanah. Mereka satu komplotan. Terakhir tikus hijau. Nah tikus jenis ini ganas sekali. Dia bisa membunuh petani dengan alasan keamanan negara.”

3. Busway

Seperti yang telah diketahui, bus merupakan sebuah kendaraan umum dengan ukuran yang cukup besar. Karena ukurannya yang besar, bus tentu saja bisa mngangkut banyak orang di dalamnya. Di Kota Jakarta, salah satu jenis bus yang terkenal adalah Trans Jakarta. Ingat, Trans Jakarta ya bukan bus way.

Bus way bukanlah jenis kendaraan bus melainkan sebuah jalur khusus untuk bus. Selain bus Trans Jakarta tidak ada lagi kendaraan lain yang diperbolehkan melintas pada jalur tersebut Jadi, bus way merupakan nama jalan yang dilintasi oleh Trans Jakarta.

Namun tidak seperti namanya, bus way tidak boleh dilintasi oleh kendaraan lain selain Trans Jakarta. Padahal Kopaja juga kan termasuk kendaraan bus. Tetapi tetap saja tidak diperbolehkan melintasi jalur bus way. Dengan demikian, penamaan jalur Trans Jakarta tersebut cukup keliru. Mengapa tidak dinamakan Trans Jakarta way saja?

4. Demokrasi

Saya sangatlah mencintai demokrasi. Tapi apalah daya, saya hanyalah rakyat biasa yang tak bertampang seperti pejuang, apalagi seperti pahlawan. Selain itu, wajah saya tak akan mungkin dimuat di dalam koran. Wajah saja tak dikenali oleh banyak orang. Perjuangan yang saya lakukan mungkin hanya sebatas tingat RT saja.

Walaupun hanya setingkat RT, tetapi demokrasi di tempat saya sangatlah indah. Hal ini bisa dilihat dari sikap semua warga yang bisa memaknai serta mengamalkan demokrasi tanpa merasa terpaksa.

Saat ada gerakan anti demokrsi muncul, para warga bersemangat untuk menyelesaikannya dengan damai. Kadang kala, saya diminta oleh para warga untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ya, hal ini sebagai wujud rasa hormat mereka kepada saya karena terpilih sebagai pemimpin mereka. Itupun berdasarkan hasil demokrasi, ya.

Saya bangga bisa menjadi bagian kecil dari rakyat Indonesia yang menegakkan demokrasi. Walaupun hanya setingkat RT saja, tetapi saya tetap bahagia. Ah, andai saja seluruh wilayah di Indonesia bisa memiliki sifat demokrasi yang sama seperti di RT tempatku tinggal, pasti keadaan negara akan aman dan damai.

5. Ibuku Tercinta

Rasa ini akan tetap sama dan tak akan berubah, Ibu. Semua rasa cinta serta ketulusanmu, semuanya tidak akan pernah terlihat sederhana bagi diriku.

Engkau selalu tulus dan menganggap bahwa semua hal itu terlihat sederhana.

Senja yang ada di ujung barat itu selalu menjadi milik kita berdua.

Saat itulah kita bisa menggenapkan waktu menuju malam yang sarat akan harmoni.

Bukankah begitu kelihatannya? Seperti itulah arti dirimu untukku bu, kau bagaikan senja yang hanya tercipta untukku.

Hal lain yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku adalah fajar yang ada di ujung timur sana. Fajar itu pun akan selalu jadi milik kita bersama kan Ibu?

Ketita fajar membangkitkan sinar terang benderang untuk membuatkan kita lupa akan gelapnya malam yang berselimut kabut kedamaian.

Seperti fajar, engkaulah sosok yang mampu menerbitkan sinar yang terang saat duniaku terasa gelap.

Mengapa semua hal itu terasa sangat indah saat dilalui bersamamu?

Kau tahu Ibu, dari semua hal yang ada di dunia ini, aku lebih suka untuk selalu duduk di sampingmu. Menceritakan tentang hal tentang apa saja yang telah ku lalui.

Bagiku, hal sederhana ini jauh lebih menenangkan dibandingkan dengan mendengarkan alunan musik yang damai.

Ibu, lihatlah anakmu ini. Aku ingin sekali menjadi sosok yang terbaik di dalam hidupmu.

Ibu, aku berjanji akan selalu menjadi seseorang yang bisa engkau banggakan.

Ibu, anakmu ini ingin sekali selalu berada disampingmu untuk selamanya. Aku sayang ibu.

6. Sekolah

Ada seorang siswa yang termenung di bangku depan sekolah. Sambil memandangi lingkungan sekolah, ia pun berbicara sendiri

“Bagaimana sekolahku bisa maju? sedangkan lingkungan sekolahku saja belum terawat sepenuhnya? apa yang harus aku lakukan?” Siswa itu pun berpikir sejenak.

“Ah, aku sudah tau caranya. Aku akan menemui guruku untuk mengajaknya musyawarah agar bisa membersihkan lingkungan sekolah? Mungkin sekolah ini bisa mengadakan kegiatan jumat bersih.”

Contoh Teks Monolog dalam Naskah Drama

7. Bahaya (Karya Putu Wijaya)

DUDUK DI KURSI MEMAKAI SELIMUT PUTIH, HABIS CUKUR. CAMBANGNYA MAU DI KEROK.

Ketika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya dengan rimba raya. Mengancam. Di mana-mana menganga bahaya. Siapa yang dapat menjamin tukang cukur itu tidak hanya akan merapikan godek dan jenggot kita. Bagaimana kalau dia menorehkan pisah itu ke leherku?

BERDIRI, MENGHINDARI BAHAYA.

Kita tidak boleh mengambil resiko untuk potong rambut di sembarang tempat. Karena berhubungan dengan tukang potong rambut yang tak dikenal, setiap saat bisa berarti memotong leher. Bahkan dengan tukang cukur yang sudah dikenal pun selalu ada bahaya. Bagaimana kalau pisau yang terhunus di tangannya itu menimbulkan inspirasinya, memanggil kenang-kenangannya kepada perasaan marah, jengkel atau keki. Mungkin terhadap orang lain. Tapi bisa saja emosi itu sudah menggerakkannya untuk memaksa kita jadi sasaran pelepasan. Apalagi kalau kita pernah dengan tidak kita sadari sudah melukai perasaannya, tidak menyahut waktu ia menyapa, atau kita lupa membayar hutang kita waktu bercukur yang lalu. Ia kan juga seorang manusia biasa yang bisa goyah hatinya kalau memegang pisau?! Dengan pikiran seperti itu, aku jadi takut potong rambut secara lengkap. Kalau rambut sudah digunting, aku langsung bilang stop. Tidak usah dirapikan dengan pisau.

MELEPASKAN SELIMUT DAN MEMBUANGNYA

Aku tak pernah lagi memberikan kesempatan tukang cukur memegang pisau, apalagi di dekat leherku. Bukan hanya dari tukang cukur. Dari setiap sudut, 360 derajat memancar ancaman. Di mana-mana ada bahaya. Coba apa jaminannya, kalau kita pesan makanan di restoran, koki restoran itu tidak memasukkan racun tikus ke dalam makanan? Kita tidak tahu siapa yang memasak di belakang sana. Kita tidak bisa nyelonong ke belakang dan melihat mereka memasukkan bumbu ke dalam masakan, setiap kali mau makan. Bisa saja mereka itu koki-koki gila. Seorang pembunuh. Atau musuh kita yang menyamar jadi koki. Dengan gampang ia memasukkan baygon atau air accu bekas, lalu cuci tangan.

Sementara satu atau dua jam kemudian kita akan kaku dilarikan ke gawat-darurat, tapi tak tertolong lagi. Dan jaminan apa yang ada di jalan raya, yang dapat menjamin mobil yang datang dari arah depan atau belakang kita, tidak akan menggilas kita? Jaminan apa yang dapat kita andalkan, bus yang kita tumpangi tidak akan dibelokkan oleh supir masuk ke dalam jurang? Jaminan apa yang dapat kita andalkan, dokter-dokter bukannya memberikan obat penyembuh, tapi ramuan kimia yang justru merangsang kanker ganas di tubuh kita? Jaminan apa yang bisa menjamin kita aman di dalam rumah. Bahwa kabel listrik tidak akan putus lalu menyengat kita yang sedang enak-enak tidur. Di mana-mana, baik di rumah, di jalan raya, di sekolah, di kantor, bahkan di WC, selalu ada bahaya mengintai. Kita hidup tanpa perlindungan. Kita harus melindungi diri kita.

Aku mulai sakit karena pikiran-pikiran itu. Aku begitu cemas. Aku sudah memvonis orang lain adalah pembunuh. Kehidupan adalah ranjau. Dunia adalah gelanggang pembantaian. Jalan satu-satunya adalah mengasingkan diri. Aku memperkecil hubunganku dengan siapa saja. Aku berusaha menyendiri dan juga mempersenjatai diri dengan rasa awas, was-was dan curiga terhadap segalanya.

SEBUAH KURUNGAN BESAR TURUN. MASUK KE DALAM KURUNGAN

Bahkan aku mencurigai diriku sendiri.

MEMBORGOL TANGANNYA

Siapa yang dapat menjamin, bahwa aku dapat dipercaya? Karena aku terdiri dari otak, rasa serta emosi. Kalau emosi sudah meluap, rasa akan terbakar dan otak bisa lumpuh. Dalam keadaan begitu, aku bukan manusia lagi, tapi binatang. Robot calon pembunuh!'

Setiap waktu aku dapat menjadi jagal orang lain dalam setiap kesempatan. Karena siapa dapat menjamin, aku tidak akan meraih pisau makan di restoran dan menusukkannya ke lambung orang makan yang ada di sebelahku yang matanya begitu menjijikkan.

Siapa yang dapat menjamin aku tidak akan berteriak bohong, bangsat, anjing, lonte dan sebagainya dalam sebuah pertemuan resmi, ketika seorang walikota dihadiahi kehormatan sebagai Putra Terbaik? Siapa yang dapat menjamin, aku tidak akan merebut pistol di pinggang seorang polisi di jalan, lalu menembakkan sampai pelurunya habis, ke atas kepala siapa saja yang kebetulan lewat? Tak ada jaminan, Bung! Dan karenanya juga tak ada gunanya pergaulan. Tak ada gunanya pertemuan dengan manusia lain. Karena itu jelas sudah, kehidupan ini sendiri adalah langkah pertama yang membawa kita ke dalam bahaya! Dengan pikiran itu, aku lalu menyepi.

MENUTUP KORDEN KURUNGAN. LAMPU MATI. LAMPU DI DALAM MENYALA. NAMPAK SILHUETNYA.

Tapi ketika sepi, sunyi, hening pengasingan diri juga tidak memberikan ketenteraman, karena bahaya itu sudah bersarang di dalam hati. Aku putus asa. Bagiku kehidupan tak memberikan lagi apa-apa kecuali malapetaka dam kekalahan. Hidup hanya menunda kekalahan kata Chairil Anwar! Di depan mataku setiap detik terbentang jalan ke jurang keruntuhan. Manusia-manusia semua adalah mahluk tak beradab. Arus deras pikiran kumal itu bagai air bah. Tak mampu ku tahan, tak bisa kutolak, tak kuasa kuterima. Akhirnya karena tak tahan, tak berdaya, tak tertolong, aku ambil jalan pintas!.

DALAM SILHUET IA MENGGANTUNG DIRI. LEHERNYA TERJERAT. KEMUDIAN KURUNGAN ITU TERANGKAT. TOKOH NAMPAK BERDIRI DENGAN MEMEGANG SEBUAH SURAT.

Kepada siapa saja yang ingin tahu? Aku tak dapat memikirkan jalan yang lain, yang lebih baik dari ini. Bagaimana mengurangi bahaya yang mengepung di sekitarku, bagaimana menghentikan bahaya yang mungkin berasal dari sel-selku sendiri. Setiap manusia adalah bom waktu buat orang lain.

Cara satu-satunya untuk menyelamatkan diri, menyelamatkan orang lain adalah pengorbanan. Hentikan semuanya. Tebarkan tirai gelap yang tidak tertembus mata siapa pun, yang tidak bisa didobrak bahaya macam mana pun. Kecuali oleh suara Tuhan. Kecuali oleh sentuhan tanganNya. Dengan perhitungan yang amat matang, aku selesaikan semuanya hari ini secara jantan. Lengkap, bulat dan tuntas. Perpisahan ini akan mengantarkan, setidak-tidaknya lebih mendekatkan kita pada ketenteraman, perdamaian, harmoni dan kebahagiaan.

MELIPAT SURAT

Kalau tidak ada yang mengerti atau mau mengerti, terserah. Aku dianggap sudah sesat karena kemasukan setan, pasrah. Aku dikubur sebagai orang gila dengan pikiran-pikiran busuk yang berbahaya pada kehidupan, biarin. Kepergianku justru disyukuri, boleh!. Tidak seorang pun yang sedih. Tidak seorang pun yang kehilangan. Tidak seorang pun menerima. Semua mengenangku sebagai musuh. Aku, surat wasiatku, segala sepak terjangku, segala lumut pikiranku adalah virus ganas. Dalam upacara penguburan, Pak RW berpidato. Sesat! Pikiran sesat! Tuhan jauhkan manusia dari kebejatan!

Saudara-saudara semua orang yang masih hidup, pikiran-pikiran kotor sedang ditiup angin memenuhi seluruh lapisan udara. Tahan nafas. Itu semua dosa! Terlintas dalam pikiran saja, semua pikiran-pikiran memintas itu neraka hukumannya. Ambisi untuk mencapuri rencanaNya itu harus diberantas. Bukan manusia, tapi hanya Yang Di Atas Sana Yang boleh menulis sejarah. Semua media masa memompa fatwa pak RW. Kenalan-kenalanku mengingatkan orang yang belum kenal aku, supaya awas. Pikiran-pikiran sakit sudah gentayangan memakai topeng suci. Yang tidak pernah kenal siapa aku, yang tidak mengerti alam pikiranku, tambah keblinger. Anti moral! Brantas habis! Tapi apa yang dilarang, apa yang tidak boleh, apa yang dosa, biasanya orang selalu suka. Mereka penasaran, ingin tahu, ingin mencoba. Mau mencicip. Aku jadi laku.

Melarang adalah bumerang. Semua jungkir-balik. Akhir adalah awal. Membungkam jadi mengobarkan. Akibat dicekal pikiranku mengamuk. Gagah-berani, seksi, indah dan bermagnit. Kematianku mempesona dan agresif. Penguasa langsung mengumumkan. Jalan pikiran melempas yang pendek, itu tak bertanggungjawab, egois, anarkis, provokatif, itu subversip! Meracuni angkatan muda, orang-orang yang putus asa, untuk mencari kebahagiaan dengan cara gampangan itu terlarang!

Keblinger tulis Profesor Ong. Bodoh, cupet, asosial, mengandung pesona berbahaya bagi moral. Tidak mensyukuri karunia Tuhan. Menentang falsafah negara. Teroris itu bukan pahlawan, tapi sakit jiwa. Jangan biarkan dia jadi berhala. Hidup tambah berbahaya kalau ngebom semua bahaya. Teror itulah bahaya yang sebenarnya, bukan ancaman bahaya itu sendiri seperti yang sudah difitnahkan.

Mas Gan, Pak Kayom, Profesor Kan, Profesor Doktor Ali, Profesor Bos, Profesor Mak, Doktor Ko, Profesor Doktor Emanuel Den Bagus, Doktor Kwak, Araf, bahkan tak kurang dari mantan menteri kebudayaan Pak Fad dan presiden Sak memberikan suaranya: Awas! Bunuh kejahatan pikiran itu! Racunnya terus menjalar. Setiap saat akan meledak. Dia mengacaukan antara yang ada dan yang tidak ada. Kikis tuntas tidak ada kata ampun! Bukan karena pikiran itu besar, tetapi karena justru begitu sederhana, mudah, naif menjanjikan penyelesaian tunggal yang keji terhadap satu kenyataan dunia yang kompleks.

Bagaimana mungkin kehidupan yang sudah nyelimet karena usianya berabad-abad ini bisa diselesaikan dengan satu kalimat tanpa mengundang kebencian, permusuhan, perang dan pembunuhan-pembunuhan?. Ancaman-ancaman yang lahir karena benturan berbagai kepentingan, panutan dan kelompok etnik bukan saja di dalam negeri tetapi juga di seluruh dunia, itu dinamika kehidupan. Pluralisme itu bukan bahaya. Bahaya itu bukan ancaman. Ketakutan pada bahaya yang sudah tidak terkendali akan menimbulkan kebuasan. Itu baru bahaya! Itu yang harus dibasmi! Lalu puting-beliung bertiup sebaliknya.

ANGIN KENCANG. DIA TERTIUP TAPI MENCOBA BERTAHAN. DIA BERPEGANG KEPADA TALI YANG MELILIT DI LEHERNYA.

Propaganda kebencian menyerang dari segala jurusan. Aku dikejar-kejar.

TALI DITARIK KE ATAS. BADANNYA TERGANTUNG.

Tapi dalam pengejaran aku tambah hidup. Dimaki-maki berarti aku dikenang. Disatroni, dihujat, disembelih, dipreteli, ditumbuk sampai serpihan-serpihan jadi debu aku malahan merajalela. Sekarang setelah dihabisi sebagai kambing hitam, aku bangkit. Lahir, tumbuh dan tambah perkasa. Aku jadi tontonan, jadikan pelajaran, jadi pelatihan, tentang bagaimana caranya membunuh bahaya. Gila!

TURUN KEMBALI

Aku adalah pelajaran bahaya. Aku harus dipahami untuk mengerti apa yang harus dijauhi. Aku buku suci apa yang tabu. Mau tahu siapa yang harus dikutuk, lihat aku. Aku adalah musuh besar yang harus dibasmi itu, yang tidak bisa mati tanpa dipahami. Maka cintailah aku.

KETAWA

Anak-anak sekolah diwajibkan awas. Aku dipaku pada setiap kepala. Dicontreng pada setiap pojok kehidupan. Dari kamar kecil sampai ke tempat tidur. Orang waras, orang melek, orang pintar, orang sedang buang hajat, orang mabok, orang tidur, orang bersanggama, orang teler, bego, sakit jiwa, semua harus waspada, tahu aku. Aku jadi popular dan mewabah. Merajalela sampai ke semua ketiak dan selangkangan. Bangsat yang dilestarikan, itulah aku. Yang tidak tahu jadi tahu, yang tidak ngeh sekarang terusik. Yang terusik lalu bertindak. Yang sudah bertindak makin ganas. Yang ganas kontan hilang ingatan. Dan yang hilang ingatan bablas karena yakin akan masuk surga. Setelah dibungkam, berjuta-juta bahaya baru lahir. Galak, menggigit-gigit, penuh dendam. Begitu kamu sadar, mau balik langkah, sudah terlambat.

KETAWA

Itulah bahaya yang sebenarnya!

KURUNGAN TURUN CEPAT. ORANG ITU DALAM KURUNGAN MENDUSIN. LAMPU DALAM KURUNGAN MENYALA. BAYANGAN ORANG ITU MENGAMUK DALAM KURUNGAN MENCOBA MEMBEBASKAN DIRI UNTUK BERBALIK LANGKAH MEMULAI LANGKAH. TAPI TERLAMBAT.

Tolong! Tolong!

LAMPU MATI PERLAHAN-LAHAN.

Demikian ulasan tentang pengertian dan contoh teks monolog yang bisa dijadikan referensi. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm