Kenali Sejarah Kota Malang Lewat Pecinan, Kidul Dalem, dan Kudusan

7 Februari 2023 10:45 WIB
Kenali Sejarah Kota Malang Lewat Pecinan, Kidul Dalem, dan Kudusan
Kenali Sejarah Kota Malang Lewat Pecinan, Kidul Dalem, dan Kudusan ( )

Malang, Sonora.ID - Warga Kota Malang pasti sudah familiar dengan sebutan berbagai daerah yang berada di Kota Malang seperti Pecinan, Kidul Dalem, dan Kudusan.

Namun, tidak semua orang tahu, asal mula nama atau julukan yang sering disematkan oleh masyarakat sekitar pada setiap jalan yang ada di area tersebut.

Bahkan generasi muda Kota Malang zaman now mungkin juga ada yang belum tahu di mana tepatnya lokasi untuk area-area tersebut.

Diceritakan oleh budayawan, Irawan Prajitno dalam sebuah acara walking tour edisi Petjinan 2 yang digelar oleh Komunitas Malang Old Photo (05/02/2023), sebelum terkenal sebagai kawasan bisnis, kawasan pecinan merupakan pemukiman yang dihuni oleh warga lokal dan sebagian masyarakat etnis Cina dan Arab.

Seiring berjalannya waktu sebagian besar masyarakat di wilayah tersebut lebih tertarik untuk menyewakan bangunan mereka sebagai aset bisnis.

Oleh karena itu hingga saati ini Pecinan merupakan kawasan bisnis yang di dominasi oleh toko dan ruko.

Terdapat beberapa julukan atau sebutan bagi area-area di sekitar Pecinan yang tidak semua orang tahu atau mengerti asal mula julukan tersebut.

Jalan Pasar Besar (Pecinan)

Baca Juga: Simak! 5 Syarat dan Cara Membuat Surat Izin untuk Usaha Dagang

Kawasan pecinan ini telah ada sejak tahun 1800-an, di mana saat itu Malang masih menjadi karesidenan. Sebagian warga Malang mengenal kawasan pecinan ini sebagai Jalan Pasar Besar karena area jalan ini terdapat pasar yang dibangun pada tahun 1921-1925 dan sekarang bernama Pasar Besar Kota Malang.

Menurut cerita yang disampaikan oleh Irawan Prajitno, pemerintah Belanda saat itu tengah merencanakan pembangunan pasar yang lokasinya terletak di dekat stasiun Kota Malang (sekarang Jalan Trunojoyo), namun hal ini diketahui oleh komunitas etnis Cina dan Arab yang ada di Malang di mana mereka akhirnya berinisiatif melakukan negosiasi dengan pemerintah Belanda untuk menyumbangkan sebagian tanah mereka sebagai lahan pendirian pasar.

Perundingan pun berhasil disepakati oleh kedua belah pihak sehingga terwujudlah pembangunan pusat perdagangan di area pecinan. Di mana pasar tersebut masih ada hingga saat ini dan sekarang lebih dikenal dengan nama Pasar Besar.

Tepat di depan Pasar Besar juga terdapat salah satu pertokoan legendaris dengan bangunan bertingkat khas kolonial yang dibangun tahun 1930-an dan dikenal dengan nama Toko Preanger.

Namun pada tahun 1940-an gedung tersebut digunakan untuk menjual produk-produk konveksi oleh orang Pakistan yang bernama Khanchand Vaswani, anak bungsu dari Seth Tolaram sehingga nama gedung tersebut diubah menjadi Gedung Tolaram. Menurut cerita yang disampaikan oleh budayawan, pemberian nama Tolaram pada gedung ini merupakan sebuah dedikasi yang ingin dilakukan oleh sang anak kepada ayahnya.

Sejarah Kota Malang

Seiring dengan semakin berkembangnya bisnis Tolaram, pada tahun 1970-an Vaswani mendirikan pabrik di Batu dan kemudian melakukan ekspansi ke Singapura. Hingga saat ini kantor pusat bisnis Tolaram berada di Singapura, sedangkan gedung Tolaram di Malang masih kosong meskipun sebelumnya pernah ditempati sebagai Toko Altara.

Selain itu, dari area pecinan inilah muncul beberapa kuliner legendaris Kota Malang yang sudah dikenal oleh warga lokal hingga saat ini seperti Ronde Titoni dan Soto Basket.

Uniknya nama dari Ronde Titoni dan Soto Basket ini terinspirasi dari hal yang sederhana. Ternyata nama Titoni diambil dari nama toko jam yang ada di Pecinan, karena dahulu penjual Ronde Titoni ini memikul dagangannya dan berjualan di depan toko tersebut. Keberadaan toko jam Titoni juga masih ada hingga saat ini.

Baca Juga: Mengenal Anang Ardiansyah, Maestro di Balik Populernya Paris Barantai

Begitu juga dengan nama Soto Basket, penjual soto tersebut terinspirasi dengan budaya masyarakat saat itu, ldi mana setelah selesai olahraga basket mereka biasanya makan soto untuk mengobati rasa lapar sehingga muncullah nama Soto Basket tersebut.

Jalan Zainul Arifin (Kudusan dan Kidul Dalem)

Jalan Zainul Arifin (Kudusan dan Kidul Dalem)

“Kudusan” dan “Kidul Dalem” merupakan sebutan bagi area yang berada di sepanjang Jalan Zainul Arifin Kota Malang, jalan ini terletak persis di depan Pasar Besar Kota Malang dan membujur dari selatan ke utara hingga pertigaan Aliante Hotel yang berlokasi di Jalan Aris Munandar.

Uniknya, terdapat 2 (dua) kawasan yang berada di sepanjang Jalan Zainul Arifin dan memiliki julukan atau sebutan yang berbeda meskipun secara administratif terletak dalam satu garis lurus Jalan Zainul Arifin.

Di mana area yang terletak di sebelah selatan perempatan antara Jalan Zainul Arifin, Jalan Agus Salim dan Jalan KH Ahmad Dahlan disebut sebagai daerah kudusan.

Menurut Irawan, daerah ini disebut kudusan karena dahulu pada awal tahun 1929-an saat terjadi krisis dunia (Malaise) terdapat migrasi yang dilakukan oleh orang Kudus dari Jawa Tengah menuju ke Malang, karena pada saat itu Malang telah memiliki pusat perdagangan (sekarang Pasar Besar).

Berbekal keahlian menjahit maka orang-orang asal Kudus tersebut mencoba peruntungan dengan bekerja sebagai penjahit dan kemudian berkembang membuka konveksinya sendiri hingga berkeluarga dan menetap di Malang. Selain sebagai penjahit, ada juga yang berprofesi sebagai distributor rokok kretek pertama yang diproduksi oleh Nitisemito pada saat itu.

Selain dari Kudusan, ternyata di daerah tersebut juga terdapat perantau yang berasal dari Gresik, itulah salah satu alasan mengapa di area tersebut juga banyak ditemui pedagang baju muslim dan sandal kulit.

Baca Juga: Resep Membuat Cwie Mie, Kudapan Legendaris Ala Kota Malang

Masih ada lagi tempat legendaris yang berada di sepanjang jalan ini, salah satunya yaitu “Gang Gajah” julukan ini disematkan oleh penduduk sekitar untuk Jalan Zainul Arifin Gang 1 A. Nama Gang Gajah ini dikenal lantaran dahulu pada tahun 1960-an, di alun-alun Malang terdapat pertunjukan sirkus gajah, di mana gajah tersebut kemudian dikandangkan dalam sebuah gudang kayu yang terletak di dalam gang tersebut.

Di area kudusan juga masih ada pertokoan dan gedung legenda yang masih ada hingga saat ini seperti Guru Sport (dahulu toko jamu) dan Gedung NIMEF (Nederlandsch-Indische Metaalwaren en Emballage Fabrieken).

Sedangkan sebutan “Kidul Dalem” diperuntukan bagi wilayah bagian utara Jalan Zainul Arifin, tepatnya yaitu area setelah perempatan antara Jalan Zainul Arifin, Jalan Agus Salim dan Jalan KH Ahmad Dahlan. Disebut sebagai dareah Kidul Dalem karena area ini terletak di sebelah selatan rumah Bupati Malang (1910-1915).

Terdapat pusat kuliner legendaris yang bisa kamu jumpai hingga saat ini seperti Pusat Kue Koya (Tau Sa Ko) merek Delima (dahulu Nam Hien), Es Tawon dan juga Ronde Titoni.

Tidak jauh beda pemberian nama Es Tawon dengan penamaan yang diberikan pada Soto Basket dan Ronde Titoni. Disebut sebagai Es Tawon karena zaman dahulu saat awal berjualan, pedagang es ini memilih lokasi berjualan di bawah pohon dan kemudian banyak tawon yang hinggap pada gula es campur ketika penjual menggelar dagangannya di Jalan Zainul Arifin kawasan Kidul Dalem ini.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm