Usai bergabung dengan organisasi tersebut, Biru Laut pun kerap melakukan diskusi bersama rekan-rekannya secara diam-diam.
Diskusi tersebut tidak hanya membahas perihal buku, namun juga strategi untuk menentang doktrin pemerintah saat itu.
Singkat cerita, diskusi tersebut bocor dan membuat Biru Laut dan teman-temannya diintai kemudian dibawa ke suatu tempat untuk diinterogasi dan disiksa.
Ketika Laut dan rekan-rekannya menghilang, kehidupan keluarga dan orang-orang terdekatnya pun berubah.
Di bagian kedua, cerita diambil dari sudut pandang Asmarajati sebagai adik Biru Laut. Cerita mengambil latar tahun 2000 atau 2 tahun usai hilangnya Laut dan teman-temannya.
Adegan haru pun menyelimuti bagian ini yang menceritakan kebiasaan keluarga Biru Laut di setiap hari Minggu yang selalu menghabiskan waktu bersama.
Sang Ayah atau Bapak bahkan masih menyisakan satu piring untuk Biru Laut dengan harapan sang anak kembali pulang.
Dikisahkan pula sosok Asmarajati dibantu dengan kawan-kawan serta keluarga dari teman-teman Biru Laut yang mendirikan sebuah lembaga untuk mengawal kasus ini.
Suatu saat Asmara pun mendapatkan kabar mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu.
Mereka tidak tahu tulang siapakah itu? Dan, bertanya-tanya mengenai siapakah sosok dalang dari peristiwa ini?