Makassar, Sonora.ID - Sebanyak 120 Tenaga Pendamping Gizi Desa (TPGD) menyusuri 120 desa lokus penanganan stunting di 24 Kabupaten/Kota di Sulsel. Secara resmi, mereka dilepas oleh Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman didampingi Ketua TP-PKK Sulsel, Naoemi Octarina dan Kadis Kesehatan Sulsel, Rosmini Pandin pada acara Aksi Stop Stunting yang digelar di Hotel Dalton Makassar, belum lama ini.
Diketahui, sejak 2020, Aksi Stop Stunting sejauh ini telah menyasar 395 desa lokus.
Gubernur Andi Sudirman mengatakan, TPGD akan bertugas melaksanakan intervensi spesifik berupa pendampingan gizi pada keluarga dengan kelompok: 1.000 hari pertama kehidupan, anak di bawah 2 tahun, ibu hamil, remaja putri dan Pra konsensi (kondisi kesehatan orang tua sebelum terjadi pembuahan).
“Berbagai persoalan stunting di lapangan. Para pendamping menjadi agent perubahan dalam penanganan stunting di masyarakat. Ini arahan Bapak Presiden harus kita sukseskan,” kata Andi Sudirman Sulaiman.
Adapun berdasarkan dua indikator Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan prevalensi stunting yang menurun menjadi 27,2 persen. Sedangkan EPPGBM di tahun 2022 juga turun di angka 8,61 persen.
Baca Juga: Menko PMK: Maksimalkan Dana Desa untuk Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Andi Sudirman menekankan, para pendamping gizi selain memberikan sosialisasi dan edukasi terkait gizi, juga masyarakat pro pada melahirkan normal.
Edukasi terkait 6 bulan pemberian ASI Ekslusif serta dilanjutkan dengan ASI hingga usia 2 tahun juga harus dimassifkan.
Para pendamping diminta mengenal wilayah kerja dengan baik termasuk masyarakatnya.
Lebih lanjut dapat melakukan penelitian terkait kecendrungan penyebab terjadinya stunting.
Demikian juga jika dilapangan ditemukan anak dalam kondisi stunting dan perlu mendapatkan penanganan lanjutan untuk dilaporkan langsung kepada dirinya.
Bahkan ia meminta dimasukkan langsung ke group whatsapp agar dapat melihat laporan dari para pendamping dan perkembangan penanganan stunting.
“Stunting ini termasuk kategori darurat dan mendesak. Untuk laporan stunting silahkan, langsung kontak saya 24 jam sebutnya,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua TP-PKK Sulsel, Naoemi Octarina berharap, tim pendamping memperkuat koordinasi dengan tenaga kesehatan setempat, tokoh masyarakat, dan TP-PKK setempat. Sehingga lahir anak bebas stunting dan dapat menjadi generasi andalan di masa depan.
“Agar dapat tercapai tepat target, tepat sasaran, tepat edukasi, tepat sosialiasi dan tepat eksekusi. Sehingga tercipta anak bebas stunting,” harapanya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Rosmini Pandin menjelaskan, perekrutan pendamping gizi melibatkan Universitas Hasanuddin dan Poltekkes Makassar. Mereka akan bertugas selama 6 bulan.
Paket intervensi gizi meliputi pemberian multi vitamin taburia, vitamin anak Baduta atau usia 6 bulan sampai 2 tahun, tablet tambah darah ibu hamil dan remaja putri dan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal.
“Paket intervensi gizi ini diharapkan dapat mempercepat penurunan stunting di Provinsi Sulsel hingga 14 persen di 2024 dapat dilewati,” pungkasnya.