Antisipasi kenaikan harga bahan pokok juga dilakukan SKPD lain. Misalnya Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin.
Sebanyak 10 ton beras TPP atau beras cadangan Pemerintah jenis premium, akan dibagikan ke sejumlah kelurahan, untuk diteruskan kepada warga yang sudah terdaftar di Dinas Sosial.
"Sebelumnya 10 ton juga sudah kita bagikan ke 10 kelurahan secara gratis. Per Kepala Keluarga (KK) menerima lima kilogram beras," ucap Muhammad Makhmud, Kepala DKP3 Banjarmasin.
"Begitu juga saat menjelang lebaran akan kita bagikan lagi 10 ton beras untuk pengendalian inflasi di Banjarmasin," sambungnya.
Tak hanya beras, pihaknya juga rutin membagikan bibit cabai ke setiap kecamatan saat kegiatan bazar pasar murah. Tujuannya, agar masyarakat bisa menanam langsung.
"Harga cabai juga sering naik. Maka dari itu kita ingin warga turut menanam. Jangan sampai terjadi inflasi baru kita kendalikan. Kita harus hindari itu sejak dini," tuntasnya.
Sebelumnya, kondisi di lapangan, harga beras lokal di Banjarmasin makin merangkak naik. Bahkan baru-baru ini, harganya sudah menembus Rp20 ribu per liter.
Seperti yang diungkapkan Hamdani, warga Belitung Utara yang membeli beras jenis mutiara seharga Rp20 ribu per liter.
Padahal biasanya, Ia membeli cuma seharga Rp16 ribu per liter. Namun demikian, Ia pun tetap membeli untuk keperluan sehari-hari.
"Sempat heran, karena harganya tiba-tiba sudah jadi Rp19 - Rp20 ribu per liter. Untuk jenis unus dan mutiara," ucap pria 35 tahun itu.
Senada dengan Hamdani, naiknya harga beras lokal juga diungkapkan warga jalan Pramuka, Elsa.
Ia mengaku, biasanya membeli beras jenis unus seharga Rp13 ribu per liter, kini sudah mencapai Rp18 ribu per liter.
"Terpaksa cuma beli lima liter. Biasanya beli sepuluh liter untuk keperluan sehari-hari," ungkap wanita itu 34 tahun itu.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News