Banjarmasin,Sonora.ID – Mendatangkan pasokan beras dari wilayah Pamanukan, Jawa Barat, menjadi salah satu cara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan untuk mengatasi masalah gagal panen pada varietas beras lokal.
Menyusul melonjaknya harga jual beras lokal, seperi Siam Unus dan Mutiara, yang membuat sebagian besar masyarakat mengeluh.
“Beras yang didatangkan tersebut rasanya serupa dengan beras lokal dan harganya juga jauh lebih murah,” tuturnya baru-baru ini.
Sehingga diharapkan dapat jadi alternatif atau bahkan pengganti bagi masyarakat yang terbiasa mengomsumsi beras lokal Kalsel yang harganya saat ini melonjak di tengah pasokannya yang juga minim.
Ia menyebut bahwa gagal panen yang terjadi dan berimbas pada pasokan beras lokal Kalsel atau yang kerap disebut “beras Banjar”, akibat dari kondisi lahan yang sempat terendam banjir beberapa kali yang diperparah dengan serangan hama tungro.
Baca Juga: Gelar Operasi Pasar di Sukoharjo, Antusias Warga Sangat Tinggi
Hal itu menyebabkan sebagian besar batang padi menjadi hampa dan menurunkan kualitas serta kuantitas panen tahun ini.
Roy bahkan menyebut, pihaknya turut mendorong agar Bulog dapat mendatangkan beras impor, salah satunya dari Thailand dan Vietnam, yang memiliki varietas beras yang rasanya mirip dengan beras lokal Banjar.
Impor beras itu juga untuk memperbaiki tata kelola distribusi pasokan pangan akibat dari gagal panen.
Jika dibandingkan dengan beras lokal biasa, beras yang didatangkan dari Jawa Barat, harganya memang lebih murah, yakni sekitar Rp12.500 per liter.
Dengan rasa yang kurang lebih sama, tentu dapat menjadi pilihan bagi masyarakat di tengah kenaikan harga beras lokal premium saat ini, yang sempat menyentuh angka Rp20.000 per liter untuk varietas beras Unus.
Baca Juga: Upaya Stabilitas Harga Beras Mahal, Bulog Sumut Gelontorkan 9 Ton Beras
Di sisi lain, keinginan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan untuk impor beras dari Thailand dan Vietnam guna menutupi kebutuhan beras lokal, justru ditentang oleh pihak legislatif.
Alasannya karena ketersediaan beras dalam negeri dinilai masih sangat mencukupi, meskipun harus didatangkan dari luar daerah.
“Kita tidak sepakat dengan rencana impor beras dari luar Indonesia,” tegas Fahrani, Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan.
Ia menilai bahwa selama ini kebutuhan itu masih sangat tercukupi dengan didatangkannya pasokan beras dari Sulawesi dan Jawa.
Selain itu, imbasnya juga akan positif bagi perputaran ekonomi nasional dibandingkan dengan impor beras.