Sonora.ID – Ada berbagai penyebab benjolan di kepala belakang yang sebaiknya tidak disepelekan siapapun, karena mungkin bisa menjadi pertanda gangguan kesehatan.
Benjolan di belakang kepala bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari cedera, kista, folikulitis, hingga lipoma, dan masih banyak lagi.
Munculnya benjolan di area tubuh kerap membuat siapapun merasa cemas, karena pasalnya dapat mengindikasikan sejumlah kondisi medis yang perlu segera ditangani.
Padahal, benjolan di area tubuh tidak melulu disebabkan oleh penyakit serius dan ternyata bisa disembuhkan.
Benjolan di belakang kepala memiliki tekstur dan bentuk yang bervariasi, ada yang terasa lembek atau keras dan ada pula yang berubah bentuk ketika disentuh.
Baca Juga: 5 Penyebab Muntah Darah saat Hamil, Apa Bisa Menyebabkan Keguguran?
Ukurannya pun bermacam-macam, mulai dari sebesar kacang polong hingga seukuran bola golf.
Sebagian besar benjolan di belakang kepala memang tidak berbahaya, namun dalam beberapa kasus tertentu kemunculan benjolan dapat menjadi indikasi masalah kesehatan yang serius.
Maka dari itu, mengenali jenis benjolan di kepala dan penyebabnya dapat membantu kita mengetahui tingkat bahaya tidaknya suatu benjolan.
Lantas, apa saja penyebab benjolan di kepala belakang?
Cedera Kepala
Cedera kepala adalah salah satu penyebab munculnya benjolan di bagian kepala yang paling umum.
Letak munculnya benjolan ini akan didasari oleh bagian kepala yang mengalami cedera.
Misalnya, apabila bagian belakang kepala Anda mengalami cedera, maka benjolan di belakang kepala bisa muncul.
Berikut adalah sederet penyebab cedera kepala yang kerap terjadi.
Cedera kepala sebaiknya jangan diremehkan karena berpotensi menyebabkan hematoma (gumpalan darah di kulit kepala).
Benjolan yang muncul bisa menandakan adanya perdarahan tersebut.
Khusus untuk cedera kepala ringan, tidak ada penanganan khusus selain beristirahat dan tidak beraktivitas secara berlebihan.
Kendati demikian, jika cedera kepala dinilai parah, segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kista pilar
Melansir dari laman Medical News Today, kista pilar adalah kista kulit yang biasanya berkembang di kulit kepala seseorang, tetapi juga bisa terjadi di leher. Dokter terkadang menyebut kista pilar sebagai kista trichilemmal.
Kista ini halus, gumpalan padat mengandung penumpukan keratin, protein yang digunakan tubuh untuk membuat rambut dan kuku. Kista pilar biasanya tumbuh secara perlahan dan bervariasi dalam beberapa diameter.
Lipoma
Lipoma adalah pertumbuhan lemak lembut yang dapat berkembang di bawah kulit. Ilmu kedokteran menggolongkannya sebagai tumor non-kanker.
Lipoma dapat terjadi di mana saja di tubuh, termasuk bagian belakang kepala dan leher. Kehadiran lipoma biasanya ditandai dengan muncul benjolan di kepala.
Benjolan ini bisa bervariasi ukurannya, tetapi biasanya tidak menyakitkan.
Lipoma biasanya akan terasa lembut dan kenyal, dan mungkin bergerak ketika seseorang menekannya.
Lipoma paling sering terjadi pada orang berusia 40 hingga 60 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Walau tidak berbahaya, dokter dapat menyarankan untuk mengangkat lipoma jika tumor mengalami pertumbuhan.
Baca Juga: 9 Penyebab Asam Urat Tinggi di Usia Muda, Nomor 1 Paling Berbahaya
Rambut yang gagal tumbuh
Benjolan di belakang kepala juga bisa ditemukan pada orang yang suka bercukur. Kondisi ini terjadi ketika rambut yang seharusnya tumbuh menembus kulit malah masuk ke dalam kulit.
Rambut yang terjebak di dalam kulit ini umumnya menyebabkan benjolan kecil kemerahan.
Meski tidak berbahaya, rambut yang tumbuh ke dalam bisa menyebabkan infeksi dan bisul.
Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada folikel atau tempat tumbuhnya rambut yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.
Benjolan folikulitis berwarna merah atau putih dan berukuran kecil seperti jerawat.
Kondisi ini umumnya tidak berbahaya, tetapi dapat menimbulkan gatal dan kerontokan rambut permanen.
Keratosis seboroik
Keratosis seboroik adalah pertumbuhan kulit baru yang terlihat seperti kutil.
Umumnya, salah satu penyebab benjolan di belakang kepala ini jarang menjadi kanker (non-kanker).
Namun, jika dokter melihat adanya potensi keratosis seboroik “berubah” menjadi ganas, maka opsi yang disarankan untuk mengangkatnya bisa berupa bedah listrik dan cryotherapy.
Jerawat kulit di kepala
Jerawat berkembang ketika folikel rambut tersumbat oleh penumpukan sel kulit dan sebum, yang merupakan zat berminyak berlilin.
Karena kulit kepala terdiri dari banyak folikel rambut, jerawat juga dapat berkembang di kulit kepala di sekitar garis rambut.
Baca Juga: 9 Penyebab Tulang Ekor Sakit saat Duduk dan Cara Mengatasinya
Pilomatrixoma
Apakah Anda merasakan adanya benjolan kepala keras seperti tulang? Bisa jadi penyebabnya adalah pilomatrixoma.
Pilomatrixoma adalah tumor kulit nonkanker yang teksturnya cukup keras. Selain di kepala, tumor bisa muncul di wajah dan leher. Kondisi ini disebabkan pengapuran sel di bawah kulit.
Tumor pilomatrixoma dinilai tidak ganas dan benjolannya tidak terasa sakit saat disentuh.
Kemungkinan berkembangnya pilomatrixoma menjadi kanker cukup kecil. Walaupun demikian, dokter bisa merekomendasikan operasi jika benjolannya terinfeksi.
Kista epidermoid
Kista ini berupa benjolan kecil dan keras yang tumbuh di bawah kulit karena penumpukan keratin di bawah kulit dan pertumbuhannya dianggap lambat.
Biasanya sering terjadi pada area wajah dan kepala tetapi tidak menyebabkan rasa sakit dengan kulit benjolan berwarna kuning, juga bisa hilang dengan sendirinya.
Eksostosis
Eksostosis terjadi ketika adanya pertumbuhan tulang baru yang bersifat jinak di atas tulang normal.
Kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri, tetapi bisa juga tanpa nyeri sama sekali. Meski begitu, eksostosis umumnya tergolong jarang terjadi di kepala.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anyang-anyangan dengan Cepat, Secara Alami Tanpa Efek Samping