Sebelum menjadi Mahapatih, Gajah Mada diketahui merupakan seorang kepala pasukan elite Majapahit yang disebut dengan nama Bhayangkara.
Ketika itu, Majapahit dilanda berbagai pemberontakan. Salah satu pemberontakan dilakukan oleh Ra Kuti yang merupakan pemberontakan yang besar.
Pemberontakan ini berdampak besar, sampai sang raja harus mengungsi ke Bedander. Namun, pada akhirnya pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada dan raja pun dapat kembali ke istana.
Dalam Pararaton disebutkan bahwa Gajah Mada berhenti sebagai kepala pasukan Bhayangkara setelah berhasil memadamkan pemberontakan.
Berselang dua bulan, Gajah Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan selama dua tahun. Akan Akan tetapi, terjadi pemberontakan lagi. Beruntungnya, Gajah Mada dapat meredam pemberontakan tersebut.
Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Patih Amangkubumi. Ketika pelantikan inilah Gadjah Mada mengucapkan sumpahnya yang dikenal sebagai Sumpah Palapa.
Dari isi naskah dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika masa pengangkatan Gajah Mada, sebagian wilayah Nusantara yang disebutkan pada sumpahnya belum berhasil dipersatukan, yakni daerah Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.
Sumpah Palapa Gajah Mada baru dapat mencapai keberhasilannya semasa pemerintahan Hayam Wuruk.
Dibuktikan dengan Majapahit yang mampu menguasai wilayah-wilayah Nusantara yang meliputi Melayu (Sumatra), Tanjungpura (Kalimantan), dan Semenanjung Melayu (Malaka).
Begitu pula dengan wilayah sebelah Timur Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian Barat, dan Jawa kecuali Kerajaan Sunda Galuh dan Sunda Pakuan.
Dengan keberhasilannya ini pun menjadikan pengaruh Gajah Mada di Majapahit semakin besar.
Baca Juga: Isi Piagam Madinah Beserta Latar Belakang dan Tujuannya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.