“Dari survei yang kami lakukan kepada 708 industri mitra pendidikan vokasi, tingkat kepuasan mitra industri pada pendidikan vokasi saat ini mencapai skor 3,46 dari skala 4,” ungkap Nadiem.
Kepercayaan dari pihak industri tersebut, diakui Mendikbudristek, menjadi modal penting untuk semakin mematangkan upaya kita mewujudkan lulusan vokasi sebagai SDM yang unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 mendatang.
“Saat ini, setidaknya sepertiga (30 persen) dari jumlah siswa SMK di seluruh Indonesia telah merasakan manfaat dari program SMK Pusat Keunggulan,” kata Nadiem.
Sebanyak 373 SMK dari sekitar 1.400 SMK Pusat Keunggulan telah mulai mengimplementasikan Skema Pemadanan Dukungan yang melibatkan 349 industri mitra.
Baca Juga: Milenial dan Gen Z Harus Mendapatkan Pendidikan Politik, Berikut Alasannya
“Jumlah investasi industri yang dihasilkan dari program ini mencapai lebih dari 400 miliar,” kata Nadiem.
Selain program SMK Pusat Keunggulan, keterlibatan industri pada program dana padanan (matching fund) di perguruan tinggi vokasi juga mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.
"Pada tahun 2021, jumlah total dana kolaborasi yang direkomendasikan adalah senilai Rp 65 miliar. Kemudian pada tahun 2022 nilai tersebut meningkat menjadi Rp 133 miliar," tutur Mendikbudristek.
Perluas Akses dan Inklusivitas
Kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dan industri maupun berbagai stakeholder lainnya tidak hanya berdampak pada penguatan lembaga pendidikan vokasi, tetapi juga aksesibilitas dan inklusivitas pendidikan vokasi.