Christina Maynes, Direktur Regional Asia Tenggara, Women’s World Banking yang turut hadir pada acara tersebut menyampaikan, “Kami yakin bahwa akses digital merupakan langkah penting untuk memastikan perempuan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kapabilitasnya dalam keuangan digital. Women's World Banking memandang bahwa kapabilitas keuangan digital merupakan hal kunci untuk perempuan dapat percaya diri dan berdaya melalui pemanfaatan layanan keuangan digital.” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan tiga poin utama yang diperlukan dalam membentuk pedoman transformasi digital untuk perempuan Indonesia dari Women's World Banking yakni, pertama, perlunya rancangan materi pelatihan yang berfokus pada peningkatan literasi keuangan digital agar lebih banyak perempuan dapat mengunakan layanan keuangan digital secara percaya diri. Kedua, dorongan sosial untuk meningkatkan jumlah perempuan di posisi manajerial lembaga jasa keuangan dan badan pemerintah. Ketiga, menempatkan lebih banyak pegawai perempuan di sektor perbankan dengan tujuan untuk memfasilitasi sesama pelanggan perempuan yang merasa lebih nyaman berinteraksi dengan sesama perempuan lain.
Dukungan bagi UMKM perempuan serta peningkatan kapabilitas digitalnya juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah Indonesia. Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin mengungkapkan terdapat dua kategori UMKM perempuan yaitu tipe survivalist, dimana lebih bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan mempertahankan usahanya, lalu ada tipe growth-oriented yang lebih memikirkan pengembangan usahanya. Dalam menjawab kebutuhan khusus usaha survivalist dan growth-oriented bisa dilakukan dengan dukungan digitalisasi UMKM perempuan, misalnya pelatihan sumber daya literasi digital dan adopsi teknologi digital, peningkatan fleksibilitas usaha melalui peliputan media dan recognition di acara online dan offline serta mentoring untuk wirausaha perempuan.
Maysita juga menambahkan bahwa digitalisasi memberikan fleksibilitas yang dapat membantu peran perempuan untuk tugas domestik dan ekonomi. “Platform digital menawarkan lebih banyak fleksibilitas untuk menyeimbangkan tanggung jawab para perempuan baik di tempat usahanya maupun di rumah, di saat meningkatnya tanggung jawab pekerjaan tak berbayar atau unpaid work di tengah pandemi yang juga lebih meningkat secara disproporsional terhadap perempuan, menurut data UN Women tahun 2020.” jelasnya.
Baca Juga: Sutarmidji Nilai, Harus Ada Inovasi Produk dan Ikuti Tren, Saat Kunjungi Stand Pontianak di INACRAFT
Ahmad Dading Gunadi, Direktur Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Bappenas RI, dalam sesi diskusi mengatakan bahwa perempuan mempunyai potensi untuk mengembangkan perekonomiannya melalui digitalisasi. Namun, untuk mengoptimalisasi masih ditemukan berbagai tantangan. “Dari sisi kapasitas, perempuan punya potensi. Namun, tantangannya adalah dari sisi ekosistem dimana akses ke pasar dan akses keuangan yang masih terbatas bagi perempuan. Pada sebuah studi tentang keuangan digital, masih ada gap yang cukup besar antara perempuan yang hanya bisa mengakses sekitar 29 persen layanan keuangan sedangkan pada laki-laki sebesar 33 persen.” jelasnya
Dading berharap regulasi dan ekosistem yang mendukung dan ramah pada bisnis perempuan dapat ditingkatkan, juga bagaimana dukungan dapat mengadopsi kebutuhan perempuan.
Memastikan akses kepada teknologi digital juga merupakan hal yang penting untuk dapat membuka peluang dan meningkatkan pertumbuhan perempuan pelaku usaha. Ririn Salwa Purnamasari, Senior Economist Bank Dunia pun mengungkapkan, “Jadi, baik itu pelaku usaha atau orang-orang yang di pekerjaannya itu sebetulnya punya akses ke teknologi, secara umum ternyata laki-laki itu kemungkinannya dua kali lebih tinggi menggunakan [platform] digital dibandingkan perempuan. Tetapi pada saat perempuan mempunyai kesempatan untuk bisa akses digital, mereka lebih besar kemungkinannya untuk menggunakan untuk e-commerce, misalnya. Jadi di sini kuncinya adalah akses, akses ke digital itu sendiri. Pada saat akses itu diberikan, maka kemudian perempuan biasanya bisa menggunakannya menjadi lebih baik. Salah satunya adalah dengan menggunakannya untuk e-commerce.”
Pemanfaatan digitalisasi di kalangan UMKM perempuan masih perlu didorong selain dari sisi akses juga dari sisi penggunaan. Hal ini disampaikan juga oleh Vitasari Anggraeni, Wakil Direktur Kebijakan Asia Tenggara Women’s World Banking dalam sesi talkshow “Digitalisasi Dorong Pertumbuhan UMKM Perempuan dan Perekonomian Nasional, “Tantangannya akan berbeda di masing-masing stages, ketika bicara akses kaitannya dengan pemahaman bahwa layanan digital yang dibutuhkan itu ada dan ini menjadi PR dari perempuan pengusaha mikro untuk belajar dan penyedia jasa layanan keuangan atau jasa teknologi agar lebih sesuai dan adaptif untuk dapat diakses oleh perempuan pengusaha mikro itu sendiri, seperti access to capital atau keuangan itu sendiri” jelasnya.
Baca Juga: Di Event CFD, Pelaku UMKM dan Pedagang Keliling Mengaku Omzet Penjualannya Meningkat