“Saya pernah melihat anak usia belasan tahun mengemudikan mobil pemadam kebakaran, termasuk juga anak-anak yang ikut membantu mengangkat selang airnya. Belum lagi anak yang jadi pengemis di pinggir jalan yang tentunya sangat membahayakan jiwa mereka,” ungkap Firman.
Ia berharap permasalahan tersebut dapat diatasi segera melalui program pendampingan dari pihak-pihak terkait.
Kepala DP3A Kalimantan Selatan, Adi Santoso, menjelaskan bahwa instansinya terus berupaya menekan peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak lewat sejumlah program kerja.
“Di 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan sebenarnya kita sudahb membentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak,” ungkap Adi.
DP3A Kalimantan Selatan diakuinya juga sudah didukung oleh pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Namun penyerapannya masih sekitar 40% karena kurangnya pemahaman terhadap petunjuk teknis atau juknis, sehingga menimbulkan ketakutan akan munculnya pemeriksaan untuk memaksimalkan penggunaan dana tersebut.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.