Sonora.ID - Susunan acara pada pembacaan teks proklamasi ada pada pembacaan teks yang sudah disiapkan sebelumnya.
Proklamasi memiliki makna penting bagi rakyat Indonesia, salah satunya sebagai tanda kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah sebagai pengumuman bahwa negara Indonesia sudah terbebas dari segala bentuk penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing.
Dalam penyusunannya, terdapat beberapa perubahan redaksional yang telah disetujui sebelumnya, saat Sayuti Melik mengetik teks proklamasi.
Perubahan tersebut diantaranya:
Baca Juga: Arti dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Sejarahnya
1. Kata 'tempoh' diganti menjadi kata 'tempo'.
2. Kata 'Djakarta 17-8-05' diganti menjadi 'Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun 05'.
3. Kata 'wakil-wakil Bangsa Indonesia' diganti menjadi 'atas nama Bangsa Indonesia'.
Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), isi dari teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, disimpulkan memiliki pesan dua pernyataan penting, yakni:
1. Kalimat pertama dalam teks proklamasi merupakan pernyataan tentang kemauan Bangsa Indonesia untuk menentukan nasib sendiri.
2. Kalimat kedua dalam teks proklamasi merupakan pernyataan tentang pengalihan kekuasaan.
Ada beberapa acara yang juga dilakukan pada peristiwa pembacaan Proklamasi. Berikut ini adalah susunan acara yang dilakukan pada acara pembacaan Proklamasi:
1. Pada pukul 10.00, Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Acara kemudian dilanjutkan dengan proses pengibaran bendera merah putih. Bendera merah putih kemudian dikibarkan oleh Latief Hendraningrat, Sahud Sastro Kusumo, dan Surastri Karma Trimurti.
3. Saat proses pengibaran bendera, hadirin yang datang langsung menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Baca Juga: Sekretariat Presiden Kembalikan Teks Proklamasi kepada Arsip Nasional Republik Indonesia
4. Setelah pengibaran bendera selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah sambutan dari Wali Kota Jakarta, Soewirjo, dan Wakil Wali Kota Jakarta, Dr Moewardi.