Jawaban
Menghitung 20 halaman buku, karena yang dihitung adalah halaman 1-20, maka sama artinya menghitung jumlah 20 suku pertama.
Jumlah 20 halaman pertama adalah 210. Sedangkan perhitungan yang didapat ayah adalah 224. Untuk mengecek halaman yang dihitung dua kali, maka kita cari selisih keduanya, yaitu 224-210 = 14. Dengan demikian, halaman yang dihitung dua kali adalah halaman 14 (C)
Contoh Soal AKM SMA Kelas 11: Literasi
1. Cermati potongan bait puisi W.S. Rendra Sajak Sebatang Lisong berikut!
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode
Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
Keluar ke desa-desa
Mencatat sendiri semua gejala
Dan menghayati persoalan yang nyata
Menurutmu, apa maksud larik-larik dalam puisi tersebut?
a. Keputusan untuk mengambil langkah
b. Keinginan untuk terus bertahan
c. Kemauan untuk bekerja keras
d. Keputusasaan terhadap keadaan
Jawaban: A
2. Perhatikan bacaan berikut!
TRADISI UNIK WANITA SUKU KAREN
Saat berkunjung ke bagian utara Thailand, salah satu tempat yang tak boleh dilewatkan adalah desa tempat tinggal suku Karen. Di Thailand, ada beberapa desa wisata yang dapat dikunjungi untuk bertemu dan berinteraksi dengan suku Karen, salah satunya di Baan Tong Luang di Chiang Mai, Thailand. Meskipun terkenal di Thailand, suku Karen sebenarnya bukan penduduk asli Thailand. Suku Karen merupakan suku yang mengungsi dari negara Myanmar, mereka mengungsi ke Thailand karena penindasan yang dilakukan rezim militer yang berkuasa di Myanmar. Tentara-tentara pemerintah Myanmar menangkap orang-orang suku Karen, menembak mati sebagian dari mereka, membumihanguskan rumah-rumah mereka, dan memaksa mereka untuk menjadi pekerja. Hal-hal itulah yang menyebabkan lebih dari 2.000 suku Karen meninggalkan desa asal mereka dan mengungsi ke negara terdekat, yaitu Thailand.
Karen menjadi salah satu suku yang diincar para wisatawan karena tradisi uniknya. Para wanita suku Karen diwajibkan memanjangkan leher menggunakan gelang logam berwarna keemasan yang terbuat dari kuningan. Selain dikenakan di leher, gelang tersebut juga dikenakan di kaki dan pergelangan tangan. Gelang-gelang ini berfungsi untuk membentuk leher, kaki, dan pergelangan tangan mereka agar terlihat lebih panjang seperti burung phoenix. Hal itu didasari oleh kebudayaan turun-temurun serta kepercayaan bahwa wanita suku Karen berasal dari seekor burung phoenix yang berpasangan dengan naga (nenek moyang para pria suku Karen). Anggapan-anggapan inilah yang membuat suku Karen yakin bahwa wanita akan semakin cantik jika memiliki leher yang semakin panjang.
Selain karena adat dan tradisi, fungsi lain gelang-gelang itu adalah sebagai pelindung karena dahulu mereka tinggal di pegunungan dan sering terlibat kontak dengan binatang buas, seperti harimau dan beruang. Pada umumnya, binatang buas tersebut menyerang manusia pada bagian leher dan tenggorokan. Oleh karena itu, kaum hawa suku Karen mengenakan gelang-gelang tersebut pada leher mereka.
Gelang tersebut mulai dipakaikan pada perempuan suku Karen sejak mereka berusia 5 tahun. Awalnya, hanya 2-3 tumpuk gelang, kemudian setiap 2-3 tahun sekali tumpukan gelang akan ditambah sampai mereka mencapai usia 19 tahun. Setelah itu, gelang-gelang tadi digantikan dengan gelang logam yang terbuat dari 1 besi lonjor panjang yang dibentuk melingkar atau dililitkan ke leher mereka. Berat gelang logam di leher wanita dewasa mencapai 5 kg dan gelang kaki di bawah lutut beratnya masing-masing 1 kg. Berarti, setiap hari mereka membawa beban 7 kg. Gelang itu dapat dilepas, tetapi proses pelepasannya tidak mudah dan hanya dilakukan pada saat menikah, melahirkan, dan meninggal dunia. Kebanyakan wanita suku Karen meninggal pada usia 40-50 tahun. Hal itu diduga karena besi-besi yang membebani tulang leher merusak susunan tulang pada organ tubuh lainnya. Meskipun demikian, wanita suku Karen tetap mempertahankan kebiasaan memakai gelang karena sudah menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang turun-temurun.
Miranda Santoso, Evlin. 2018. “Pesona Budaya Karen di Thailand”. Makalah, Foreign Case Study.
Penggunaan gelang-gelang pada suku Karen sudah diatur oleh adat sedemikian rupa. Tentukan pernyataan yang tepat di bawah ini!
Jawaban:
Pernyataan yang trpat sesuai teks di atas adalah pernyataan nomor 2 dan 3
3. Bacalah paragraf berikut dengan saksama!
Pemimpin Yang Kikir
Pada zaman dahulu kala di daerah Banten, hiduplah seorang kepala desa yang kaya raya. Ia mempunyai banyak lahan pertanian. Namun, ia sangat kikir clan memimpin desa dengan sewenang-wenang. Ia selalu memungut pajak yang tinggi, sehingga rakyat hidup kesusahan dan seluruh penduduk membencinya. Ia juga berpikir bahwa memiliki anak dan istri adalah sebuah pemborosan. Karena itu, ia tidak mau menikah. Di tengah penderitaan rakyat, ia hidup bermewah-mewah dengan para pengawalnya.
Pada suatu hari, seorang laki-laki sakti ingin memberinya pelajaran. Laki-laki itu pun menyamar menjadi pengemis lapar berkaki pincang. Pengemis itu datang ke rumah kepala desa itu untuk meminta makan dan sedikit uang. Bukannya memberi makan, sang kepala desa justru mendorong tubuh pengemis itu hingga terjatuh dan mencaci-makinya. Pengemis itu lalu bangkit. “Hai, orang kaya yang angkuh, kau akan merasakan rasa lapar yang aku alami.
Keesokan harinya, saat bangun tidur, kepala desa yang kikir itu merasakan kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Ia sangat panik dengan kondisi yang dialaminya. Ia segera pengawalnya mencari tabib. Dari sekian banyak Tabib yang datang, tidak ada satu pun yang bisa menyembuhkannya. Akhirnya, Ia membuat sayembara. Siapa pun yang dapat menyembuhkannya, akan diberi setengah, dari kekayaannya.
Pengemis yang kemarin diusirnya datang, “Hai, orang kaya, ini adalah akibat dari sifat sombong dan kikirmu! Hanya ada tiga hal yang bisa menyembuhkanmu!”
“Katakanlah!” sahut si kepala desa.
“Pertama, kau harus mengubah sifat sombong dan kikirmu. Kedua, bertapalah di sebuah batu cekung di gunung karang selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga, jika kau sembuh, penuhilah janjimu. Bagikan setengah harta kekayaanmu kepada orang-orang miskin!”
Kepala desa yang kaya itu pun melakukan hal-hal yang disebutkan oleh pengemis. Ia pergi ke gunung karang dan melewati perjalanan yang melelahkan. Ia bertapa dan berdoa selama tujuh hari tujuh malam melewati berbagai godaan.
Pada hari ketujuh, tiba-tiba batu cekung itu menyemburkan sumber mata air panas. Sang kepala desa itu segera mandi. Secara ajaib, ia pun sembuh dari kelumpuhannya.
Ia kembali ke desa dan memenuhi janjinya mendermakan hartanya kepada orang-orang miskin. Ia juga akan menikahi seorang gadis anak seorang petani miskin.
Akhirnya, kepala desa yang kaya raya itu dikenal sebagai orang yang dermawan. Warga pun sangat menyayanginya. Batu cekung tempatnya bertapa itu kini menjadi objek wisata di Kecamatan Padarincang, Ciomas, bernama Batu Kuwung. Kuwung artinya cekung. Di tempat ini, orang banyak datang untuk mandi air panas dan berdoa agar air itu berkhasiat bagi kesembuhan.
(Sumber: https://dongengceritarakyat.com/contoh-dongeng-sunda-asal-usul-batu-kuwung/)
Kalimat utama yang terdapat pada paragraf pertama adalah…
a. Kalimat 1
b. Kalimat 2
c. Kalimat 3
d. Kalimat 4
e. Kalimat 5
Jawaban: C
Demikian ulasan tentang contoh soal AKM SMA Kelas 11 Numerasi dan Literasi.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News