Pada sistem ini rakyat wajib menanami sebagian dari sawah atau ladangnya dengan tanaman yang telah ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah.
Perlawanan
Penderitaan bangsa Indonesia ini pun akhirnya menumbuhkan aksi perlawanan di berbagai daerah yang dipimpin oleh para ulama dan bangsawan.
Di antaranya ada Sultan Hasanuddin dari Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Tuanku Imam Bonjol dari Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah yang berjuang melawan para penjajah.
Akan tetapi, perjuangan mereka diketahui belum berhasil kala itu karena perjuangan masih bersifat kedaerahan dan belum terorganisasi dengan baik.
Penderitaan rakyat Indonesia menyentuh beberapa orang Belanda yang tinggal di Tanah Air seperti:
Edward Douwes Dekker atau Multatuli menjelaskan penderitaan masyarakat Lebak, Banten dalam buku Max Havelaar di tahun 1860.
Van Deventeer adalah sosok yang mengusulkan Politik Etische atau politik balas budi yang dapat menguntungkan pihak Indonesia-Belanda.
Politik balas budi ini terdiri dari tiga program, yakni pendidikan, emigrasi, dan irigasi. Akan tetapi, dalam penerapannya politik ini hanya menguntungkan Belanda.
Irigasi diterapkan untuk perkebunan milik Belanda. Sedangkan, pembangunan sekolah dilakukan untuk menyediakan tenaga kerja terampil dan murah.
Meski demikian, pembangunan sekolah ini memberikan dampak yang baik bagi Indonesia karena masyarakat kemudian bisa memahami dan sadar akan kondisi rakyat sebenarnya hingga akhirnya mereka tergerak untuk melepas belenggu penjajah.
Baca Juga: 3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.