Pada teori tersebut, massa materi terkumpul di pusat. Akibat putaran, maka pusat makin padat akan semakin panas.
Kemudian terbentuklah protostar. Proses tersebut disebut kondensasi utama (penggumpalan utama).
Sementara di sayap cakram pun terjadi proses kondensasi berikutnya dalam bentuk cincin-cincin materi yang membentuk protoplanet hingga protosatelit.
Kadang bila nebulanya bermassa sangat besar, akan terjadi tahapan kondensasi yang berulang dan ini disebut proses fragmentasi.
Teori nebula pertama kali diutarakan oleh astronom Swedia, Emanuel Swedenborg pada 1734. Kemudian ide tersebut disambut oleh ilmuan Jerman Immanuel Kant pada 1755.
Lewat bukunya Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels. Pada 1796 ilmuan Prancis, Marquis Pierre Simon de Laplace melengkapi lewat buku Exposition du systeme du monde.
3. Hipotesis planetasimal
Pada 1900, astronom Amerika Serikat, Forest Ray Moulton menunjukan ketidaksesuaian antara hipotesis nebula dengan hasil observasi berbasis penelitian.
Baca Juga: Berikut Contoh Wilayah Formal dan Fungsional dalam Ilmu Geografi
Pada 1904-1905, besama bersama pakar geologi, Thomas Chrowder Chamberlain menawarkan ide baru, yaitu hipotesis planetesimal. Pengamatannya terhadap bentuk nebula spiral makin menguatkan pandangannya.
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), planetesimal adalah salah satu dari sekumpulan benda yang berteori telah bergabung untuk membentuk Bumi dan planet-planet lain setelah mengembun dari konsentrasi materi difus di awal sejarah tata surya.
Gumpalan terbesar berada di pusat kabut pilin dan menjadi matahari, sedangkan gumpalan-gumpalan yang lebih kecil menjadi planet-planet yang secara bersama-sama berevolusi terhadap matahari (beredar mengelilingi matahari).
4. Teori pasang surut
Teori pasang surut pertama kali dikemukakan oleh Georges-Louis Leclerc Comte de Buffon (1707-1788).
Disebutkan jika tata surya berasal dari materi matahari yang terlempar setelah bertabrakan doengan sebuah komet.
Namun, teori tersebut diperbaiki oleh astronom Inggris, James Hopwood Jeans pada 1917.
Dalam teori tersebut, James menyatakan jika tata surya diperkirakan terbentuk akibat melintasnya sebuah bintang dekat matahari.
Sebagian materi Matahari tersedot dan terlempar ke luar kemudian membentuk planet-planet.
Baca Juga: Mengenal Sirkum Pasifik: Rute dan Negara yang Dilalui, Materi Geografi
5. Teori bintang ganda
Pada 1930-an, Ray Lyttleton menyimpulkan jika matahari awalnya merupakan sistem bintang ganda. Kemudian Pasangan Matahari mengalami tabrakan dengan bintang lain.
Sisa ledakannya membentuk planet. Alternatif berikutnya adalah sistem bintang bertiga dan dua bintang teman Matahari bertumbukan yang akhirnya menjadi planet-planet.
6. Teori awan antar bintang
Pada teori tersebut jika matahari melewati daerah awan materi yang padat. Melalui proses penarikan materi akhirnya terbentuk cakram materi di sekitar matahari.
Berpusar, kemudian terbentuklah planet. Teori tersebut diutarakan oleh astronon Soviet, Otto Schmidt pada 1943.
Banyak astronom Soviet yang bergabung dan fokus pada teori ini. Bahkan Lyttleton juga berkenan turut memodifikasinya berbasis mekanisme penggumpalan awan materi (mirip planetesimal).
Demikian penjelasan mengenai beberapa teori pembentukan tata surya sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Faktor Penyebab Korupsi: Perspektif Teori, Internal, dan Eksternal