Sonora.ID - Sejarah Pertempuran Medan Area merupakan tragedi rakyat Indonesia yang berada di Sumatera Utara melawan Sekutu dan Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA).
Tragedi ini berawal dari kedatangan pasukan sekutu yang merupakan pasukan Inggris ke Sumatra Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia.
Bahkan pemerintah Indonesia menyediakan hotel di kota Medan untuk mereka. Namun, perbuatan baik rakyat Indonesia tidak berbalik, mereka justru mulai memancing konflik dengan Indonesia.
Konflik yang pertama terjadi di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan.
Seorang penghuni menginjak-injak serta merampas lencana merah putih yang digunakan pemuda Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Ilmu Sosiologi di Dunia
Kemudian, pada 13 Oktober 1945 pemuda Indonesia menyerang mereka.
Penyerangan tersebut juga merupakan upaya untuk merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari kuasa Jepang.
Awalnya, rakyat Medan, Sumatera Utara menyambut kedatangan dengan baik. Karena, mereka datang ke Indonesia untuk mengurus tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.
Sehingga, mereka diperbolehkan tinggal di beberapa hotel yang ada di Medan.
Namun rupanya, mereka diam-diam mempersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.
Pada 1 Desember 1945, Sekutu kembali memberikan upayanya dengan memasang papan yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” di beberapa pinggiran kota Medan. B
Lalu pada 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan.
Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Kota Medan berhasil dikuasai Sekutu pada April 1946 dan menyebabkan pindahnya pusat perjuangan rakyat Medan ke Pematangsiantar.
Para komandan pasukan berunding di Medan Area dan membentuk satu komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyar untuk memperkuat perlawanan di kota Medan.
Tepatnya komando tersebut dibentuk pada Agustus 1946. Komando ini terus menyerang sekutu di wilayah Medan hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada 1949.
Tragedi ini memakan korban yang tercatat sebanyak 7 pemuda meninggal dunia, 7 orang pihak NICA meninggal dunia dan 96 orang pihak NICA mengalami luka-luka. Tak hanya itu, Sebagian kota Medan yang menjadi lokasi pertempuran juga ikut hancur.