Sonora.ID – Mari mengenal sejarah kerajaan demak secara singkat, yang mencangkup masa kejayaan hingga keruntuhannya.
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri di Pulau Jawa pada akhir abad ke-15.
Letak Kerajaan Demak berada di Jawa Tengah, tepatnya di sebuah daerah yang bernama Bintoro yang semula menjadi bagian dari wilayah Majapahit.
Kerajaan yang berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono.
Kerajaan Demak juga memiliki sejumlah peninggalan dalam bentuk bangunan sejarah dan kebudayaan yang masih ada sampai sekarang.
Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Bukti Kejayaan di Masa Kekuasaannya
Salah satunya adalah Masjid Agung Demak dengan corak bangunan khas yang dibuat oleh Raden Patah, sang Pendiri kesultanan.
Supaya lebih paham lagi, mari simak penjelasan singkat sejarah kerajaan demak berikut ini.
Daftar Raja di Kerajaan Demak
Raden Patah
Pendiri kerajaan Demak adalah Raden Patah. Diketahui bahwa dirinya merupakan putra dari Raden Brawijaya yang merupakan pemimpin Kerajaan Majapahit yang menikahi putri dari keraton Campa.
Raden Patah menjabat sebagai raja selama 18 tahun. Tepatnya pada tahun 1500-1518 M.
Raden Patah berperan banyak dalam membangun kerajaan Demak dari awal. Salah satu yang dibuatnya yaitu Masjid Agung Demak.
Pati Unus
Pati Unus merupakan putra dari Raden Patah yang naik takhta untuk menggantikan sang Ayah. Namun, ia hanya memimpin selama tiga tahun.
Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor yang menjadi penanda bahwa dirinya melawan Portugis ketika merebut Malaka. Pati Unus gugur saat pertempuran tersebut pada tahun 1521.
Sultan Trenggono
Sultan Trenggana membawa Kesultanan Demak mencapai periode kejayaannya. Wilayah kekuasaan Demak meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat.
Pada 1527, pasukan Islam gabungan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta atau "kemenangan yang sempurna".
Kelak, Jayakarta berganti nama lagi menjadi Batavia lalu Jakarta, ibu kota Republik Indonesia.
Saat menyerang Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi), pada 1546, terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana terbunuh.
Sunan Prawoto
Sunan atau Sultan Prawoto merupakan raja Demak keempat yang memimpin sekitar tahun 1546-1549.
Menggantikan sang Ayah, ia memiliki keinginan kuat dalam menyebarkan agama Islam.
Disinyalir bahwa peristiwa turun takhtanya seorang Sunan Prawoto salah satunya disebabkan oleh keinginannya fokus terhadap syiar Islam di Pulau Jawa.
Namun, nyawanya melayang karena dibantai oleh ambisi kuat pemimpin kerajaan Demak berikutnya.
Arya Penangsang
Diketahui bahwa Sunan Prawoto turun dari takhtanya dan terbunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang.
Tujuannya adalah merebut posisi raja. Benar saja, Arya Penangsang naik takhta dan memindahkan pemerintahan ke Jipang.
Dari pergantian inilah yang menyebabkan konflik di kerajaan Demak.
Baca Juga: Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Pemerintahan di Indonesia
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana. Ia naik takhta setelah Pati Unus.
Pada masa kekuasaannya, Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam dan wilayahnya meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat.
Tak hanya itu saja, kehidupan ekonomi pada juga semakin berkembang karena didukung oleh sektor pertaniannya.
Hal ini karena lingkungan alam pedalaman Demak sangat subur dengan komoditas utama berupa beras, gula, kelapa, dan palawija.
Dari daerah pedalaman, hasilm bumi itu diangkut ke pesisir, sebelum akhirnya diedarkan ke luar daerah melalui jalur laut.
Pada 1527, pasukan Islam yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. Jayakarta kelak berganti nama jadi Jakarta.
Sultan Trenggana juga diketahui menguasai Tubah, Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Sultan Trenggana diketahui pernah menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi) pada 1546.
Sayangnya, saat kejadian itu terjadi insiden yang membuat Sultan Trenggana akhirnya terbunuh, teman-teman.
Wafatnya Sultan Trenggana ini membuat tampuk kepemimpinan Kerajaan Demak diperebutkan.
Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana.
Mengetahui hal itu, Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto hingga kemudian menduduki kekuasaan.
Kejadian itu menyebabkan surutnya dukungan terhadap Sunan Prawata. Ia lalu memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayah Pati, Jawa Tengah.
Ia hanya berkuasa selama satu tahun karena dibunuh Arya Penangsang, putra Surowiyoto pada tahun 1547.
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya, penguasa Pajang pada 1556.
Pemberontakan Hadiwijaya disebabkan oleh Arya Penangsang yang membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat.
Pemberontakan Adipati Hadiwijaya menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 8 Bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan Kutai, Prasasti Hingga Singgasana