Sonora.ID - Dalam artikel ini kita akan mempelajari mengenai sistem ekonomi Ali Baba yang pernah diterapkan di masa Demokrasi Liberal.
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 - Agustus 1955), Menteri Perekonomian Mr. Iskaq Tjokroadisurjo memperkenalkan sistem ekonomi baru yang dikenal dengan nama Sistem Ali-Baba.
Sistem ini merupakan bentuk kerja sama ekonomi antara pengusaha pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan pengusaha Cuna yang diidentikan dengan Baba.
Sistem Ali-Baba dicetuskan untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang carut-marut pascakemerdekaan.
Indonesia kala itu harus menanggung defisit sebesar Rp5,1 miliar. Selain itu, Indonesia juga memiliki utang luar negeri sebesar Rp1,5 triliun dan Rp 2,8 triliun utang dalam negeri.
Baca Juga: Sistem Ekonomi Pancasila: Pengertian dan Ciri Cirinya
Tujuan Sistem Ekonomi Ali-Baba
Tujuan utamanya diterapkannya sistem ini adalah untuk memajukan pengusaha pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha asing seperti pengusaha Cina. Sementara itu, tujuan lainnya adalah sebagai berikut.
Pelaksanaan
Penyebab Kegagalan
Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi Ali-Baba nyatanya tidak berjalan dengan semestinya dan mengalami kegagalan. Apa saja penyebab kegagalan sistem Ali-Baba ini?
Dampaknya Pada Perekonomian Indonesia
Dampak Negatif
Dampak negatif dari diterapkannya sistem ekonomi ini adalah adanya penjualan lisensi secara ilegal.
Dampak Positif
Meski mengalami kegagalan dan menimbulkan dampak negatif, masih ada beberapa dampak positif dari pelaksanaan sistem ini bagi perekonomian Indonesia, di antaranya:
Demikianlah penjelasan mengenai sistem ekonomi Ali-Baba lengkap dari pencetus hingga dampaknya bagi perekonomian Indonesia, dikutip dari berbagai sumber.
Baca Juga: Sistem Ekonomi Sosialis: Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.