Ada beberapa versi mengenai sejarah sasando
1. Versi 1
Alat musik Sasando ditemukan oleh dua orang gembala bernama Lumbilang dan Balilang (diriwayatkan oleh Jeremiah Parr). Mereka membawa daun lontar saat makan rerumputan dengan domba, dan memetik daun lontar untuk mendapatkan air saat haus di siang hari. Untuk melipat bagian tengah lembaran kuning muda, maka harus melepas lembaran itu. Jika ingin mengendorkannya, mereka akan kencangkan talinya.
Jika menariknya terlalu keras, maka akan terdengar nada yang berbeda. Namun karena sering putus, jadi keduanya mencukil lidi-lidi itu. Seiring waktu, ditemukan bahwa jika dikaitkan yang ketat menghasilkan nada tinggi dan sebaliknya jika diperpanjang menghasilkan nada rendah (Sasando Rote, 17 Januari 2008).
2. Versi 2
Samuel Ndung, juga dikenal sebagai Sembe Feok (1897-1990) adalah seorang manahelo (pakar silsilah dan puisi) di Rote Barat mengungkapkan bahwa penemu Sasando adalah seorang pria bernama Pupuk Soroba. Dia melihat seekor laba-laba besar bermain di sarang dan mengeluarkan suara yang indah. Dari situlah dia terinspirasi untuk membuat Alat musik Sasando ini.
Berdasarkan pengalamannya, ia ingin membuat perangkat yang bisa menghasilkan suara yang indah. Untuk mewujudkan ide tersebut, Pupuk Soroba pertama-tama mengambil lidi-lidi yang terbuat dari daun lontar mentah, kemudian mencungkilnya untuk disenda dan memetiknya.
Dan masih ada beberapa versi lainnya.
Baca Juga: 10 Alat Musik Tradisional Aceh, Wujud Keanekaragaman Budaya Indonesia
Jenis sasando
Cara memainkan sasando
Masih dikutip dari sumber yang sama, sasando sebenarnya masih tergolong dalam harpa dan keluarga kecapi. Hal ini dapat dilihat dari cara musik ini dimainkan.
Kunci ditentukan oleh tangan kanan, dan bass atau melodi ditentukan oleh tangan kiri. Untuk membuat nada lain, kamu perlu memainkan senar sasando di kedua arah.
Berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Mengenal Berbagai Alat Musik Chordophone dan Cara Memainkannya