Sonora.ID - Bukan hal yang mudah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, ada banyak pengorbanan yang dilakukan oleh pahlawan bangsa ini, seperti yang dilakukan oleh Sultan Hasanuddin seorang Raja Gowa, Sulawesi Selatan.
Pahlawan yang memiliki nama lengkap I Mallombasi Dg Mattawang Muhammad Basir Karaeng Bontomangape Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Ballapangka ini adalah raja ke-16 Kerajaan Gowa yang dengan tangguh melawan VOC.
Perlu diketahui bahwa, perlawanan dengan bangsa barat baru terjadi setelah kerajaan Gowa dipimpin Sultan Hasanuddin.
Pada tahun 1653-1670, kebebasan berdagang di laut lepas menjadi garis kebijakan Gora di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, hal inilah yang menjadi alasan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) menyatakan keberatannya.
VOC sendiri adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan Asia.
Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada 1660. Di bawah komando Sultan Hasanuddin, pasukan Kerajaan Gowa yang terkenal dengan ketangguhan armada lautnya mulai mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk menentang dan melawan VOC.
VOC tidak tinggal diam, VOC juga menjalin kerja sama dengan Kerajaan Bone yang sebelumnya memiliki hubungan yang kurang baik dengan Kerajaan Gowa.
Setelah 3 tahun berselang, tepatnya 24 November 1966, terjadi pergerakan besar-besaran yang dilakukan pasukan VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janszoon Speelman.
Baca Juga: Penerbangan Rute Makassar - Bone Kini BIsa Ditempuh Selama 38 Menit
Armada laut VOC itu meninggalkan pelabuhan Batavia menuju ke Sombaopu (ibukota Gowa). Pada 19 Desember 1666, armada VOC sampai di Sombaopu, ibukota sekaligus pelabuhan Kerajaan Gowa.
Awalnya Speelman bermaksud menggertak Sultan Hasanuddin. Namun karena, Sultan Hasanuddin tak gentar, Speelman segera menyerukan tuntutan agar Kerajaan Gowa membayar segala kerugian.
Karena peringatan VOC tidak diindahkan, Speelman mulai mengadakan tembakan meriam terhadap kedudukan dan pertahanan orang-orang Gowa. Tembakan-tembakan meriam kapal-kapal VOC dibalas juga dengan dentuman-dentuman meriam yang gencar dilancarkan pihak Gowa.
Maka, terjadilah tembakan-tembakan duel meriam antara armada kapal-kapal VOC dengan benteng pertahanan Kerajaan Gowa.
Tidak kuat menahan gempuran VOC dan pasukan Kerajaan Bone, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Dengan perjanjian itu, Sultan Hasanuddin harus mengakui monopoli VOC yang selama ini ditentangnya.
Ayam Jantan dari Timur
Dikutip dari Kompas.com, walau tidak dapat mengusir bangsa barat, hingga akhir hayatnya Sultan Hasanuddin masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan Belanda.
Kegigihan tersebut dibawa sampai wafat pada 12 Juni 1670 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Memahami Isi Perjanjian Bongaya, Lengkap dengan Latar Belakangnya
Selama perlawanan, Sultan Hasanuddin diberi julukan De Haantjes van Het Oosten yang berarti Ayam Jantan dari Timur. Julukan itu diberikan karena semangat dan keberaniannya dalam menentang monopoli yang dilakukan VOC.