Sonora.ID - Pertemuan keluarga adalah hal yang menyenangkan, terlebih jika keluarga yang sudah lama tidak bertemu dan bertempat tinggal jauh, sehingga momen-momen hari besar seperti Lebaran menjadi momen yang menyenangkan.
Pada saat Lebaran dan bertemu dengan keluarga, masing-masing pihak biasanya mendapatkan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kehidupan keluarganya.
Itulah sebabnya, banyak anak muda yang kerap mendapatkan pertanyaan ‘kapan nikah?’.
Hal ini terjadi karena biasanya orang tua memiliki sudut pandang mereka sendiri bahwa pada usia tertentu harus sudah memiliki rencana untuk menikah, tetapi di sisi lain ada juga orang yang memang hanya ingin tahu.
Lalu bagaimana menjawab pertanyaan yang satu itu?
Dalam program Tap Out di Radio Motion FM, seorang Psikolog Klinis, Inez Kristanti memberikan bocoran untuk menjawab pertanyaan yang sensitif bagi beberapa pihak itu.
Pertanyaan dari orang yang tidak terlalu dekat
Jika pertanyaan kapan nikah datang dari orang yang tidak terlalu dekat dengan kita, kita tidak perlu memasukkannya ke dalam hati.
Kamu bisa meminta didoakan saja agar mendapatkan jalan yang terbaik, baik itu menikah atau tidak. Karena mereka melontarkan pertanyaan tersebut hanya sekadar basa-basi.
“Kalau misalkan orang yang enggak deket-deket banget yaudahlah ya, kadang nanyain buat basa-basi doang, enggak tahu mau nanya apa,” ungkapnya.
Pertanyaan datang dari orang yang dekat dan kita hormati
“Tapi kalau misalkan memang yang bertanya adalah seorang yang penting buat kamu, kamu bisa tanya balik sih,” sambung Inez.
Dengan demikian, obrolan akan terbuka, kamu bisa menanyakan apa alasan di balik pertanyaan tersebut dan bagaimana pandangan kamu terhadap pernikahan. Akan ada obrolan yang berbobot ketika pihak penanya memberikan pandangan mereka, sehingga kamu bisa memahami kedua sisi.
“Sebenarnya apa sih yang membuat orang-orang tersebut menginginkan kita punya pasangan, apa pertimbangannya? Jadi diajak ngobrolnya dari situ sih, karena kita supaya bisa memahami kita juga harus dengar dari ‘yang sana’. Walaupun kan ‘hidup-hidup gue’, tapi kalau itu datang dari seseorang yang kita respect dan orangnya penting buat kita, akan lebih enak kalau saling ngerti,” jelasnya.
Dengan obrolan terbuka tersebut, kedua pihak diharapkan bisa memaparkan latar belakang dari setiap keinginan mereka.
“Jadi, kalau misalkan enggak ketemu jalan tengahnya, at least bisa saling respect. Ok, memang beda. Hidup-hidup kamu, jadi bisa saling menghargai perbedaan pendapat juga,” tambah Inez.
Berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.