Selain protein hewani, asupan gizi seimbang tetap harus dilakukan seperti mengkonsumsi sayur, buah, dan susu. Terutama pada usia hingga dua tahun (24 bulan) kecukupan gizi harus bener-benar diperhatikan.
“Sebab setelah 24 bulan ubun-ubun telah menutup, sehingga pertumbuhan volume otak sudah sangat sedikit bertambahnya. Maka periode emas atau 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak pembuahan sampai usia 24 bulan ini harus benar-benar dimaksimalkan pemberian asupan gizi agar anak bebas stunting dan tumbuh kembangnya termasuk intelektualitasnya berkembang maksimal,” jelas Hasto Wardoyo yang juga Dokter Spesialis Obgyn dan Pakar Bayi Tabung ini.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Sri Budi Utami melaporkan bahwa upaya penurunan stunting terbantu dengan peran para mitra yang yang turut ambil bagian dalam upaya pengentasan stunting melalui program Bapak Asuh Anak Stunting.
Salah satunya PT Welthek Healthin Indonesia yang menjadi Bapak Asuh dengan memberikan bantuan telur dua butir per hari selama 6 bulan kepada 51 anak stunting di wilayah Hargowilis dan sekitarnya.
Jadi setiap dua minggu anak resiko stunting akan menerima 30 butir telur yang harus habis dikonsumsi. PT Welthek yang diwakili Komisaris Ade Lis Mulyaningsih juga memberikan sekaligus lemari pendingin untuk menyimpan telur sebelum dibagikan.
Sedangkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Ariadi melaporkan upaya dan hasil percepatan penurunan stunting di Kabupaten Kulon Progo.
Baca Juga: BKKBN Riau Berupaya Memetakan Kendala dalam Penurunan Stunting di Riau
Kepala BKKBN mengapresiasi peran mitra sebagai Bapak Asuh Anak Stunting. Disebutnya konsumsi dua butir telur per hari secara rutin yang dibantukan tersebut akan memperbaiki pertumbuhan tinggi badan anak serta kemampuan intelegensianya.
Diskusi di balai desa ini diikuti oleh pemuka masyarakat Kapanewon Kokap, perangkat kalurahan, kader,dan remaja Generasi Berencana. Kepala BKKBN yang disertai Direktur KIE Eka Sulistia, Direktur Hanrem Vicktor Palimbong, dan Kepala Perwakilan BKKBN DIY selanjutnya mengunjungi rumah salah satu keluarga dengan anak resiko stunting di Kalurahan Hargowilis untuk memberikan bantuan dan menyemangati keluarga dengan balita tersebut.
Diketahui pasangan Enggar dan Putri menikah dini saat keduanya masih berusia 15 tahun dan segera hamil serta melahirkan anak yang kini berusia hampir tiga tahun yang beresiko stunting.
Keluarga ini termasuk salah satu yang mendapatkan bantuan telur selama 6 bulan. Hasto Wardoyo dalam kesempatan ini juga memberikan bantuan alat masak kepada keluarga muda ini, dan berpesan untuk rutin memberikan telur yang diterima kepada anaknya secara rutin.