Sonora.ID - Dalam artikel ini kita akan mempelajari mengenai salah satu wujud simbol kebudayaan Provinsi Jawa Timur, yakni pakaian adat.
Berbicara mengenai budaya di Provinsi Jawa Timur sendiri memang tidaklah jauh berbeda dengan budaya di Provinsi Jawa Tengah.
Oleh sebab itu, kebudayaan termasuk baju atau pakaian adat dari kedua provinsi ini memiliki beberapa kemiripan.
Akan tetapi, sebenarnya dari segi penampilan, pakaian adat dari Provinsi Jawa Timur terkesan lebih tegas, namun tetap menjunjung nilai estetika.
Kesan tegas ini seakan menggambarkan karakter orang Jawa Timur yang memang tegas dan suka berbicara apa adanya, namun masih menjunjung tinggi kesopanan.
Untuk memahaminya dengan lebih baik berikut ini paparan mengenai jenis-jenis pakaian trasidional atau pakaian adat Jawa Timur lengkap dengan karakteristiknya.
Baca Juga: 7 Keunikan Pakaian Adat Bali yang Perlu Diketahui, dari Udeng sampai Kain Kampuh
Pakaian Adat Jawa Timur
Baju adat Jawa Timur ini berasal dari Madura dan merupakan pakaian khas untuk pria. Pakaian ini memiliki ciri khas, yakni terdiri atas kaos bergaris merah dan putih, baju luar berlengan panjang berwarna hitam serta celana longgar hitam.
Selain itu, biasanya juga dilengkapi dengan sabuk serta sarung yang dililitkan di pinggang. Bagian kepala dilengkapi dengan aksesoris odheng.
Pakaian adat Jawa Timur yang satu ini mudah kita temui di kehidupan sehari-hari lantaran biasanya juga digunakan oleh para pedagang sate Madura.
Digunakan oleh para wanita di Jawa Timur sebagai pasangan dari baju Pesa’an. Kebaya Rancongan yang kental dengan budaya Suku Madura ini biasanya dipadupadankan dengan kain batik sebagai bawahan yang dikenakan seperti rok panjang.
Kebaya Rancongan memiliki motif yang sederhana dan beragam, misalnya, lasem, strojan, dan tabiruan. Beberapa perhiasan seperti giwang emas, kalung emas yang berbantuk biji jangung, dan sisir emas atau sisir Dinar atau sisir Cucuk biasanya dikenakan pula sebagai pelengkap.
Baju adat ini digunakan oleh para pria. Ini merupakan baju adat dari Ponorogo. Baju gothil berwarna hitam polos. Model bajunya dibuat longgar di bagian tubuh dan lengannya. Biasanya dipadukan dengan celana longgar yang juga berwarna hitam polos.
Berasal dari Banyuwangi. Kata jebeng dan thulik merupakan bahasa Osing. Jebeng sendiri dikhususkan untuk kaum wanita, sedangkan thulik untuk kaum pria.
Baju jebeng berupa kebaya polos dengan kain khas Banyuwangi untuk bawahannya, sedangkan thulik adalah baju lengan panjang polos hitam yang dilengkapi kancing berwarna emas dan celana panjang yang berwarna senada.
Di Jawa Timur dapat ditemui festival serupa dengan Abang dan None Jakarta, yakni ajang kompetisi Cak dan Ning. Cak merupakan panggilan untuk laki-laki dan Ning merupakan panggilan untuk perempuan.
Baju untuk Cak biasanya berupa beskap lengan panjang yang dihiasi dengan beberapa aksesoris terutama di depan dada sebelah kanan.
Cak juga mengenakan odheng sebagai penutup kepala. Untuk bawahan ada yang mengenakan celana panjang yang dibungkus kain batik pendek di atas lutut, namun ada juga yang mengenakan jarik panjang bermotif batik hingga mata kaki.
Sementara itu, baju untuk Ning berupa pakaian kebaya dengan warna yang beragam dengan paduan bawahan berupa kain jarik bermotif batik.
Baju Mantenan untuk pria terbuat dari kain beludru hitam dan berupa beskap yang bagian depan dan belakangnya tidak sama panjangnya.
Beskap tersebut didominasi oleh motif berwarna emas yang terbuat dari kawat. Konon, dulunya kawat tersebut terbuat dari emas, namun seiring dengan waktu dan mengingat harga emas yang tinggi, bahan kawat bisa dimodifikasi.
Pada wanita, kemben merupakan pakaian yang pertama kali digunakan. Kemben merupakan kain yang digunakan untuk melilit tubuh wanita bagian dada dan perut.
Setelah kemben, baru pakaian manten dikenakan untuk menutupi bagian tubuh yang masih terbuka.
Baju Manten berbahan sama dengan pakaian pria, namun motif yang dipilih biasanya lebih terkesan feminim.
Untuk bawahan baju manten, baik pria maupun wanita, menggunakan jarik dengan motif batik yang sama.
Pengantin pria juga mengenakan kalung yang terbuat dari bunga melati. Sementara itu, mempelai wanita menggunakan rantai melati yang diikat di belakang kepala dan dibiarkan menjuntai ke depan pundak sampai ke perut.
Untuk penutup kepala sendiri bermacam-macam. Ada yang mengenakan blangkon, odheng, peci, dan topi sultan. Untuk pengantin wanitanya biasanya menggunakan mahkota yang diberi melati.
Selain penutup kepala, dapat ditemui beberapa aksesoris lain seperti senjata, sepatu, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Rumah Joglo: Sejarah, Filosofi, Bagian-Bagian, dan Jenis-jenisnya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.