Sonora.ID – Peristiwa Rengasdengklok adalah awal dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Apa hasil kesepakatan pada peristiwa Rengasdengklok?
Peristiwa Rengasdengklok memuat perselisihan, pertentangan, hingga perbedaan pendapat yang cukup tajam antara dua generasi.
Ada perbedaan perspektif antara golongan tua dan golongan muda yang menyangkut waktu pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda menginginkan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang. Artinya, kemerdekaan Indonesia harus diusahakan sendiri, bukan menunggu pemberitaan dari Jepang.
Baca Juga: Peran Sayuti Melik dalam Proklamasi dan Setelah Kemerdekaan Indonesia
Golongan muda tidak menyukai keterlibatan PPKI yang dianggap sebagai badan bentukan Jepang.
Sementara itu, golongan tua tetap menginginkan keterlibatan Jepang dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Golongan tua
Golongan ini terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. Moh Yamin, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.
Golongan ini bersikap amat hati-hati dalam mencermati masa kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah pada Sekutu.
Golongan muda
Golongan ini terdiri dari Sukarni, Adam Malik, dr. Muwardi, Wikana, Chaerul Saleh, dan B.M. Diah. Golongan ini bersikap lebih agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan secepatnya dilaksanakan sebelum tentara Sekutu mengambil alih kekuasaan dari Jepang.
Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.
Melansir Intisari.grid.id yang mengutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan temannya, peristiwa tersebut berawal dari golongan pemuda membawa Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar kota.
Baca Juga: Susunan Acara pada Pembacaan Teks Proklamasi
Keputusan tersebut diadakan oleh para pemuda menjelang tanggal 16 Agutsus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarja.
Sukarni, Jusuf Kunto, dan lainnya sepakat untuk menculik Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Sehari penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok.
Meski rumusan proklamasi belum tertulis ketika berada di Rengasdengklok, namun Sukarno didepan Singgi menyatakan kesediannya untuk mengadakan Proklamasi itu segera sesudah kembali ke Jakarta.
Apa hasil kesepakatan pada peristiwa Rengasdengklok?
Mengutip buku Hafal Mahir Materi Ilmu Pengetahuan Sosial karangan Tim Grasindo (2015: 246), dalam pertemuan ini disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilakukan di Jakarta. Atas dasar kesepakatan itu, Ahmad Soebardjo segera menjemput Soekarno-Hatta di Rengasdengklok.
Rombongan tiba di Rengasdengklok pukul 17.30. Dalam pertemuan tersebut, Ahmad Soebardjo memberi jaminan kepada golongan muda dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Atas jaminan tersebut, golongan muda bersedia melepaskan Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta. Kembalinya Soekarno-Hatta sekaligus untuk memulai perumusan teks proklamasi serta membahas segala persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Sekretariat Presiden Kembalikan Teks Proklamasi kepada Arsip Nasional Republik Indonesia
Konsep proklamasi dibuat dalam selembar kertas, kemudian disalin menggunakan mesin ketik. Sayuti Melik berperan mengetik naskah teks proklamasi. Naskah tersebut kemudian dibaca secara langsung pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Sebelum naskah proklamasi dibacakan, Bung Karno terlebih dahulu berpidato mengenai bagaimana perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Baru setelah itu, dilakukanlah pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Suhud dan Latief. Acara diakhiri dengan sambutan Walikota Jakarta, yakni Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.